Sebelum mulai baca, jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar ya. Kalau ada typo atau kesalahan, jangan ragu kasih tahu, terima kasih sebelumnya!
Buat kalian yang baru pertama kali mampir di Wattpad-ku, jangan lupa follow agar tidak ketinggalan update cerita seru berikutnya!✧
Malam itu, Alya tak bisa tidur. Bayangan dari sosok tanpa wajah masih menghantui pikirannya. Setiap kali menutup mata, dia merasa sosok itu kembali, berdiri diam di ujung kamar, menatapnya dengan kehampaan. Meskipun dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa itu hanya ilusi, ada sesuatu yang sangat nyata dalam ketakutannya.
Pagi harinya, Alya memutuskan untuk mencari jawaban. Dia tak mungkin terus-terusan dihantui oleh sesuatu yang tak bisa dia jelaskan. Setelah bersiap-siap dengan tergesa-gesa, dia langsung keluar dari apartemen kecilnya dan menuju ke sekolah, berharap bisa menemukan petunjuk di sana.
Langit masih mendung, memberikan suasana suram pada pagi itu. Sepanjang perjalanan, Alya memperhatikan betapa sepinya jalan-jalan kota. Biasanya ramai dengan aktivitas pagi, tetapi sekarang semua terasa aneh—tenang, terlalu tenang. Seolah-olah kota itu sendiri ikut mati bersama dengan orang-orang yang telah jatuh sakit.
Saat Alya tiba di sekolah, suasana tak jauh berbeda. Biasanya tempat itu dipenuhi suara canda tawa siswa, tapi sekarang gedung sekolah seperti gedung kosong yang berdiri diam di bawah langit kelabu. Hanya beberapa siswa yang terlihat berkeliaran dengan wajah lesu. Alya mencoba mencari Andra atau teman-temannya yang lain, tetapi tak satu pun dari mereka ada di sana.
Saat melangkah di koridor yang sepi, Alya merasakan ada sesuatu yang aneh. Bukan hanya kesunyian, tapi lebih dari itu—seperti ada energi yang berbeda di dalam sekolah. Ruang-ruang kelas yang dulu terasa hidup kini tampak kosong dan dingin. Bahkan suara langkah kakinya terdengar terlalu keras, memantul di dinding-dinding yang bisu.
Setelah beberapa saat mencari, Alya akhirnya tiba di sebuah ruangan yang tak pernah dia sadari sebelumnya. Ruangan itu terletak di ujung koridor yang biasanya ramai, tetapi sekarang terasa seperti ruang terisolasi dari dunia luar. Pintu kayunya tampak tua dan berdebu, seolah sudah lama tidak dibuka.
Alya merasakan dorongan kuat untuk membuka pintu itu, meskipun dia tak tahu apa yang menunggunya di balik sana. Tangan gemetarnya meraih gagang pintu, dan saat dia menariknya perlahan, pintu itu berderit keras, membuka jalan ke dalam kegelapan. Udara di dalam ruangan terasa berat, hampir menyesakkan, dan seketika itu juga, Alya merasakan sesuatu yang tidak beres.
Di tengah ruangan itu, berdiri sebuah meja kecil dengan beberapa dokumen berserakan di atasnya. Cahaya redup dari jendela kecil di sisi ruangan memantulkan bayangan samar di atas dokumen-dokumen itu. Alya mendekat dengan hati-hati, mencoba melihat lebih dekat.
Sebuah dokumen menarik perhatiannya. Kertasnya sudah menguning dan kusut, seolah-olah sudah bertahun-tahun tidak tersentuh. Judul di atasnya berbunyi, "Proyek: Silent Plague". Jantung Alya berdegup kencang saat dia membaca judul itu. Apa maksudnya? Apa ini berkaitan dengan semua hal aneh yang terjadi belakangan ini?
Saat dia membuka dokumen itu, Alya membaca dengan cermat setiap kalimat. Dokumen tersebut menjelaskan sebuah penelitian rahasia yang dilakukan di kota ini beberapa tahun yang lalu. Penelitian itu berfokus pada sebuah wabah yang mereka sebut sebagai "The Silent Plague", penyakit misterius yang tak hanya menyerang tubuh, tapi juga pikiran korbannya.
Alya merasakan bulu kuduknya berdiri saat membaca bagian yang menjelaskan efek wabah ini. "Korban tidak hanya kehilangan kendali atas tubuh mereka, tetapi juga terjebak dalam dunia kegelapan, di mana realitas dan ilusi bercampur menjadi satu. Mereka akan melihat hal-hal yang tak kasatmata, mendengar suara-suara yang tidak ada, dan akhirnya kehilangan semua rasa kemanusiaan."
Alya menutup dokumen itu dengan tangan gemetar. Apa yang terjadi padanya? Apakah dia juga terjangkit wabah ini? Ketakutannya mulai meningkat saat dia menyadari bahwa mungkin semua yang dia alami—pesan-pesan misterius, sosok tanpa wajah, dan ketakutan yang terus menghantui—adalah akibat dari wabah ini.
Namun, sebelum Alya bisa mencerna informasi lebih lanjut, sebuah suara tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Dia berbalik cepat, hanya untuk menemukan bayangan lain berdiri di ambang pintu.
"Andra?" tanyanya, meski suaranya bergetar.
Bayangan itu tidak menjawab, tapi perlahan-lahan mendekat. Saat sosok itu keluar dari kegelapan, Alya mengenali wajah sahabatnya, Andra. Tetapi ada sesuatu yang salah. Mata Andra tampak kosong, tatapannya tak berfokus, dan wajahnya terlihat lebih pucat dari biasanya.
"Andra, kamu kenapa?" tanya Alya, langkahnya mundur secara refleks.
Namun, Andra tidak menjawab. Dia hanya terus mendekat, tanpa ekspresi, tanpa suara, seolah-olah dia bukan lagi dirinya sendiri.
Alya mundur sampai punggungnya menabrak meja, tak ada jalan keluar. "Andra! Jawab aku!"
Dan tiba-tiba, Andra berhenti. Hening sejenak, sebelum dia mengangkat tangannya perlahan dan menunjuk ke arah dokumen di meja. Suaranya serak, hampir tak terdengar, saat dia berkata, "Mereka... mengawasi..."
Seketika itu, Andra jatuh pingsan di lantai, meninggalkan Alya yang terdiam ketakutan. Napasnya tersengal-sengal, pikiran berputar dengan ribuan pertanyaan. Siapa yang mengawasi? Apa maksud Andra? Dan yang lebih penting—apakah dia juga terinfeksi?
Alya tahu satu hal pasti: wabah ini bukan hanya soal penyakit. Ada sesuatu yang jauh lebih gelap, dan dia harus mencari tahu apa yang terjadi sebelum semuanya terlambat.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SILENT PLAGUE
HorrorDi sebuah kota kecil yang tenang, penyakit misterius mulai menyebar tanpa peringatan. Orang-orang yang terinfeksi tidak segera berubah menjadi mayat hidup, tetapi mereka perlahan kehilangan kesadaran, menjadi terobsesi dengan suara tertentu yang han...