5. DI BALIK BAYANGAN

136 5 0
                                    


Sebelum mulai baca, jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar ya. Kalau ada typo atau kesalahan, jangan ragu kasih tahu, terima kasih sebelumnya!

Buat kalian yang baru pertama kali mampir di Wattpad-ku, jangan lupa follow agar tidak ketinggalan update cerita seru berikutnya!


Alya tidak bisa tenang setelah kejadian di ruangan misterius itu. Setelah Andra pingsan, dia segera meminta bantuan dari beberapa guru yang tersisa di sekolah. Kepala sekolah memerintahkan agar Andra dibawa ke ruang kesehatan, namun ekspresi mereka menyiratkan bahwa ada lebih dari sekadar kekhawatiran biasa—ada ketakutan yang mendalam di mata mereka.

Sepanjang hari, pikiran Alya terus menerawang, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Dia berusaha untuk tidak panik, namun sulit baginya untuk mengabaikan apa yang baru saja dia temukan. The Silent Plague—penyakit misterius yang mempengaruhi tubuh dan pikiran—dan sekarang Andra yang tiba-tiba bertingkah aneh, seolah-olah dia terinfeksi oleh sesuatu yang tak terlihat.

Bel tanda istirahat berdering, dan Alya merasa ini adalah kesempatan untuk menyegarkan pikirannya sejenak. Namun, langkahnya terhenti ketika dia melihat sekelompok siswa berkumpul di sudut lorong, berbicara dengan bisik-bisik. Wajah mereka tampak tegang, dan Alya menyadari mereka sedang membicarakan sesuatu yang serius.

Dia memutuskan untuk mendekat, berharap bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan. Telinganya menangkap kata-kata samar, "anak hilang", "pingsan tiba-tiba", dan "bayangan gelap". Detak jantung Alya semakin cepat. Apakah ini ada kaitannya dengan apa yang baru saja dia alami?

"Ada apa?" Alya bertanya, memotong pembicaraan mereka.

Salah satu siswa, seorang gadis bernama Naya, menoleh dengan ekspresi cemas. "Kamu belum dengar, ya? Tadi pagi ada dua siswa yang ditemukan pingsan di kelas mereka. Dan bukan cuma mereka... beberapa hari terakhir, ada banyak anak yang tiba-tiba jatuh sakit, tapi dokter nggak bisa jelasin kenapa."

Alya terdiam, pikirannya mulai menghubungkan titik-titik. Apakah ini akibat dari wabah itu? Tangan Alya gemetar, namun dia berusaha untuk tetap tenang di depan teman-temannya.

"Apa mereka tahu kenapa?" tanya Alya dengan nada hati-hati.

Naya menggeleng pelan. "Nggak ada yang tahu. Katanya mereka semua pingsan setelah melihat sesuatu... bayangan, atau sesuatu yang aneh. Tapi nggak ada yang bisa jelasin lebih jelas. Dan... itu bikin orang-orang mulai takut."

Alya merasa seperti diselimuti oleh kabut tebal ketakutan. Sosok tanpa wajah yang ia lihat malam sebelumnya, dan sekarang cerita tentang bayangan aneh yang dilihat oleh siswa-siswa lain. Semua ini mulai terasa seperti bagian dari teka-teki yang sama.

"Alya, kamu nggak apa-apa?" tanya Naya tiba-tiba.

Alya terkejut, menyadari bahwa dia sudah terlalu lama terdiam. "Ah, iya... Aku cuma kaget aja. Aku... aku harus ke ruang kesehatan. Ada yang perlu aku cek."

Tanpa menunggu balasan, Alya bergegas meninggalkan mereka dan menuju ruang kesehatan. Dia harus memastikan kondisi Andra, dan jika perlu, dia akan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang penyakit misterius ini.

Saat tiba di ruang kesehatan, Alya terkejut melihat pintu ruangan itu dijaga oleh dua petugas keamanan. Ini jelas tidak biasa. Dia mendekat, tetapi petugas menghentikannya.

"Maaf, dek, nggak boleh masuk. Ada instruksi dari kepala sekolah," kata salah satu petugas.

"Aku teman Andra. Aku cuma mau lihat dia, gimana keadaannya," kata Alya dengan nada memohon.

Petugas itu tampak ragu sejenak, tetapi kemudian menggeleng. "Maaf, dek. Tapi instruksi ini langsung dari kepala sekolah. Kami nggak boleh kasih siapa pun masuk."

Alya merasa ada sesuatu yang semakin aneh. Kenapa sampai ada penjagaan seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruang kesehatan itu? Tidak ada cara bagi Alya untuk masuk ke sana sekarang, jadi dia memutuskan untuk kembali dan berpikir ulang tentang langkah selanjutnya.

Saat melangkah pergi, tiba-tiba, sebuah suara aneh terdengar di dalam kepala Alya. Suara itu seperti bisikan, namun jelas. "Jangan percaya mereka. Kembalilah malam ini. Kebenarannya ada di sana."

Alya terkejut, berhenti di tengah lorong, dan melihat sekeliling. Tidak ada siapa pun di sana. Apa itu tadi? Suara siapa yang dia dengar? Apakah itu hanya imajinasinya? Namun, suara itu begitu jelas, seolah-olah seseorang sedang berbisik langsung ke telinganya.

Dia menggelengkan kepala, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, satu hal pasti—ada lebih banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan, dan dia tidak bisa mempercayai siapa pun begitu saja. Malam ini, dia akan kembali ke sekolah. Dia harus mencari tahu apa yang sedang terjadi di balik pintu-pintu ruang kesehatan itu, dan mungkin, jawaban tentang wabah ini ada di sana.

Ketika bel sekolah berbunyi tanda pulang, Alya mengemasi barang-barangnya dengan cepat. Namun, kali ini dia tidak langsung pulang. Alih-alih, dia bersembunyi di salah satu ruangan kosong, menunggu hingga malam tiba. Rasa tegang merayapi dirinya saat matahari perlahan tenggelam di balik gedung-gedung kota, meninggalkan sekolah dalam kegelapan yang sunyi.

Saat jam menunjukkan pukul delapan malam, Alya keluar dari persembunyiannya. Sekolah sekarang benar-benar sepi. Tak ada suara kecuali derit lantai kayu di bawah langkah kakinya. Jalanan di luar sekolah juga telah sepi, menyisakan keheningan yang mencekam.

Dengan hati-hati, Alya berjalan menuju ruang kesehatan. Ketika dia mendekati pintu, dia melihat sesuatu yang aneh. Cahaya redup keluar dari celah di bawah pintu. Pintu yang sebelumnya dijaga ketat oleh petugas keamanan itu sekarang tampak tak terkunci, dan tidak ada siapa pun di sekitar. Alya menelan ludah, mengumpulkan keberaniannya, lalu meraih gagang pintu dan perlahan membukanya.

Di dalam ruangan itu, ada sesuatu yang membuat darah Alya berdesir. Sebuah tempat tidur kosong, tirai yang bergoyang lemah, dan di sudut ruangan, ada sebuah kursi dengan seseorang duduk di atasnya. Sosok itu tampak familiar, tapi sekaligus tidak.

"Andra...?" bisik Alya dengan suara tercekat.

Namun, ketika sosok itu berbalik, Alya langsung tahu bahwa ini bukan Andra yang dia kenal. Mata sosok itu gelap, kosong, seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Mulutnya bergerak, mengeluarkan bisikan yang tak jelas.

"Alya... jangan percaya... mereka," suaranya terdengar serak, seolah-olah berasal dari tempat yang jauh, namun sekaligus dekat.

Alya merasakan ketakutan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Sesuatu yang jahat, lebih jahat dari apa pun yang pernah dia bayangkan, sedang bersembunyi di balik bayang-bayang sekolah ini—dan mungkin, jawabannya ada di sini.


To be continued...

THE SILENT PLAGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang