Anak Pak Bos; MarkNo

1.4K 28 1
                                    

"Ah, terimakasih telah menemani anak ku seharian ini Jeno. Aku akan memberimu bonus mingguan."

Ucapan sang bos membuat matanya membulat binar. Siapa yang tidak mau bonus gratis? Hahaha. Gratis? Ya, hari ini Mark—anak bos hanya datang bersama ayahnya. Dan saat sang ayah pergi, Mark ikut pergi. Dan kembali saat Jeno menyuruhnya.

"Benarkah? Terimakasih, terimakasih Pak."

Jeno membungkuk berkali-kali hingga ia kembali menegakkan tubuhnya. Dan bos Jeno tersenyum dengan menaruh amplop tebal di tangan kanan Jeno. "Baik, pekerjaan mu sudah selesai Jeno. Kau bisa pulang lebih awal sekarang."

Mata Jeno bertambah binar, ternyata tidak ada salahnya mengambil tawaran dari sang kekasih. "Wah, terimakasih Pak. Kalau begitu, saya permisi."

"Ya, hati-hati dijalan."

Jeno benar-benar pergi, dan duduk di kursi depan bangun pencakar langit itu. Ia berniat untuk mencari Taksi. Tapi, pemuda tampan dengan motor sport berhenti tepat di depannya. Dengan menggunakan jaket dan helm full face.

"Sayang, naik."

Ujar pemuda— pacar Jeno tanpa melepaskan helmnya.

"Nggak. Aku masih marah sama kamu!"

"Iya, sayang. Maaf. Tapi naik dulu, ya. Aku antar pulang. Nanti Papa keluar terus ngenalin aku."

Tidak mempunyai pilihan lain, Jeno dengan ogah-ogahan langsung naik ke motor sang kekasih. Sedikit dibantu oleh pemuda itu.

"Jangan cemberut gitu, nanti aku makan."

Jeno tak menjawab, ia malah semakin mencebikkan bibirnya dan memukul kuat pundak sang kekasih.

"Nyebelin banget! Cepet jalan!"

"Iyaa-iyaa sayangkuu."

Jeno berusaha menahan senyumnya dengan menggigit pipi dalamnya. Tapi, oknum Mark Lee yang berada di depannya kini terus-terusan menggodanya.

Jeno yang sudah tak kuasa menahan langsung menyembunyikan wajahnya di pundak sang kekasih, untung saja ia tidak menggunakan helm.

"Hyaa~ malu-malu monyet lo!"

Jeno langsung mengubah ekspresinya dan menjauhkan diri dari Mark.

"Bacot! Cepet, ngebut aja!"

"Siap, cantik~"

"Mark!"

Jeno dengan senang hati langsung mencubit bertubi-tubi tubuh sang kekasih.

"A- aw sakit, sakit sayang! Sakit!"

"Sikit, sikit siying!" Cibir Jeno seraya mengulur tangan untuk mengusap lembut bekas cubitannya tadi.

"Gemes banget sih, jadi pengen makan."

"Nggak!"

"Sayang~ udah tiga hari lho ga dikasih jatah~"

"Siapa suruh kasar!"

"Janji ga kasar lagi!"

"Jinji gi kisir ligi, nanti tetep aja kasar." Jeno yang kesal sedikit memukul bahu pemuda tampan yang sedang memboncengnya.

"Nggak! Sumpah. Ya, ya, ya?"

"Kalau di bilang nggak, ya nggak Mark Lee."

"Nangis nih?!" Ancam Mark dengan wajah sedih yang dibuat-buat seperti ingin menangis.

"Dih, jijik gue liat lo begitu!"

"Ya makanya kasih jatah, huaaaa!"

"Mark! Banyak orang ihh!"

Oneshoot✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang