02

358 49 1
                                    

Setelah kemarin Souta menggendong Azel, satu kampus heboh dengan isu bahwa Azel anak Souta.

Saat sampai di kampus pun semakin banyak tatapan yang dilayangkan oleh mahasiswa untuk Souta. Ingat bahwa Souta mempunyai tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

"Sou jadi anak siapa sih kemarin?" Tanya Echi.

"Pak Gin."

"What?!" Ucap Echi dan Garin bersamaan.

"Kemarin gua kan habis bimbingan, nah anaknya pak Gin nempel sama gua terus pengen ikut gua pulang nah malemnya dia jemput anaknya dirumah gua."

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan pada Souta dan Souta menjawab seadanya.

Souta, Echi, dan Garin Tengah berada di kelas, sekarang adalah jam mata kuliah Gin.

Semua mahasiswa sudah siap di kelas lima belas menit sebelum mata kuliah dimulai karena Gin tak memperolehkan mahasiswa masuk kelas jika ia sudah ada dikelas.

Dingin, tegas, hingga galak adalah image Gin didepan mahasiswa. Tapi karena image itulah Gin dikagumi oleh mahasiswa-mahasiswi dan dosen perempuan lainnya, apalagi dengan tubuh tinggi dan wajah yang tampan.

Hanya segelintir orang yang mengetahui Gin adalah single father alias duda.

Suasana kelas hening dan hanya terdengar suara Gin yang sedang menjelaskan. Hingga suara anak kecil didepan pintu memecahkan keheningan.

"Daddy" Panggil Azel pelan.

Sontak seluruh mata tertuju pada Azel, anak kecil itu berjalan menuju Gin tanpa mempedulikan mahasiswa yang memperhatikannya.

"Itu anaknya pak Gin kan Sou?" Bisik Echi.

Souta hanya mengangguk dan melihat interaksi anak dan ayahnya.

"Azel tunggu di ruangan daddy ya, sebentar lagi daddy selesai" Ucap Gin sambil mengelus rambut Azel.

Azel menjawab dengan anggukan.

Kemudian saat ia memutar badan menuju kearah pintu, matanya bertemu dengan Souta. Azel tersenyum dan melambaikan tangan.

Tatapan mahasiswa kini berpindah pada Souta, semua yang berada di ruangan terkejut bahwa anak ini adalah anak sang dosen tapi mengapa seperti dekat dengan Souta?

"Kakak cantik" Ucap Azel, ia berjalan menuju kursi Souta.

"Azel ada di ruangan daddy. Azel bawa buku mewarnai banyak loh, kita main ya" Bisik Azel.

Setelah berbisik pada Souta, Azel berjalan menuju pintu dan suara Gin Kembali fokus pada mahasiswa.

"Maaf, ayo kita lanjutkan. Jadi..."



Riuh terdengar kala Gin keluar dari kelas, para mahasiswa heboh dengan kenyataan bahwa Gin sudah memiliki anak. Selama Gin menjadi dosen tak pernah sekali pun ada anak kecil seperti kejadian tadi.

"Kalian duluan aja ke kantin, gue mau samperin anaknya pak Gin dulu" Ucap Souta.

"Oke Sou, gua masih ga nyangka kalo pak Gin punya anak" Ucap Echi.

Souta keluar dari kelas menuju ruangan Gin. Sesampainya disana, Azel lah yang membukakan pintu. Anak itu tersenyum dan mempersilahkan Souta masuk.

"Permisi pak" Ucap Souta sambil membungkukkan badannya.

Azel membawa Souta duduk di sofa, sedangakan Gin duduk di kursi meja kerjanya.

"Azel bawa dua buku mewarnai, Azel juga bawa pensil warna banyak banget" Ucap Azel, anak itu mengeluarkan semuanya dari dalam tasnya.

"Kakak cantik tolong bantuin Azel gambar kelinci sama bunga."

Souta menuruti keinginan Azel, sesekali ia melihat ke arah Gin dan woopsie kali ini mata mereka saling bertemu. Souta langsung mengalihkan pandangannya lagi pada Azel.

Tangan Souta refleks mengucir rambut Azel yang tergerai bebas, sepertinya Azel kesulitan menggambar dengan rambutnya itu.

"Terimakasih kakak cantik."

Gin yang memang memperhatikan mereka hanya tersenyum, Azel bukanlah anak yang bisa dekat dengan orang saat pertama kali bertemu dan ia bersyukur ketika Azel bertemu dengan Souta tampaknya Azel sangat senang.

Azel dan Souta sibuk mewarnai dan diselingi oleh cerita Azel saat disekolah.

Ketukan pintu menghentikan mereka, Gin membuka pintu dan masuk membawa beberapa keresek.

"Makan siang dulu."

Azel dan Souta menghentikan aktivitasnya, mereka membereskan buku dan pensil warna.

'Pengen pulang huhuhu awkward banget' batin Souta.

Gin memberikan kotak makanan cepat saji pada Souta dan Azel.

"Makan dulu nanti lanjutin lagi mewarnainya" ucap Gin.

"Souta makan" Lanjutnya.

Souta mengangguk kaku, canggung sekali berada di situasi saat ini.

"Kakak cantik bisa tolong potongin dagingnya?" Tanya Azel.

"Sini."

Dengan telaten Souta memotong daging hingga menjadi kecil-kecil.

Setelah mereka menghabiskan makan, mereka Kembali ke aktivitas masing-masing.

Azel dan Souta kembli menggambar namun tak sampai sepuluh menit anak itu terlihat mengantuk.

"Bobo siang dulu, sini kakak gendong."

Dengan mata sayunya Azel naik ke gendongan Souta, Souta menimang anak itu. Badan Azel kecil jadi ia tak merasa berat saat mengendongnya.

Lagi-lagi Gin tersenyum melihat Souta yang sedang menggendong anaknya.

"Souta" Panggil Gin pelan.

Gin sudah menyiapkan bantal dan selimut diatas sofa, dirasa Azel sudah terlelap Souta pun menidurkan Azel diatas sofa.

Souta membereskan buku mewarnai pada tas Azel, ia segera pamit untuk keluar dari ruangan kecanggungan ini.

Gin menghampiri Souta yang sudah berdiri didekat pintu.

"Saya ucapin terimakasih lagi karena kamu mau menemani anak saya dan maaf karena anak saya aktivitas kamu jadi terganggu."

"Gapapa kok pak" Ucap Souta sambil tersenyum.

"Tapi tolong jangan terlalu menuruti kemauan Azel, saya tau kamu sibuk apalagi kamu harus membuat skripsi."

"Saya seneng main sama Azel dan selagi saya bisa menuruti keinginan Azel dan saya bisa kenapa engga. Wajar untuk anak sekecil Azel mempunyai banyak keinginan" Jawab Souta.

"Saya ga mau nantinya Azel menggangu kamu terus."

"Saya rela kok pak diganggu anak selucu Azel" Ucap Souta melihat Azel yang sedang tidur.

"Saya pamit pak, makasih makan siangnya."

Gin mengangguk dan diam melihat Souta keluar dari ruangannya.

Gin duduk dihadapan Azel, tangannya mengusap rambut yang menutupi wajah anaknya.

"Maaf daddy jarang main sama Azel, maaf udah titipin Azel sama oma sampe daddy ga tau kamu udah tumbuh sebesar dan secantik ini" Ucap Gin pelan.

"Jadi anak baik untuk daddy ya."





                                        See You Next Chapter

My Boyfie LecturerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang