5

14 1 0
                                    

Matahari berada di seperempat lingkar bumi, suhu udara pada hari itu pun tidak kalah panasnya. Angin yang berhembus pelan dari luar ruangan itu pun tidak berpengaruh sama sekali.

Denting bel saat pulang sekolah itu telah berbunyi. Semua murid berbondong-bondong keluar dari kelasnya untuk menuju ke parkiran. Lain dengan Jimin saat ini sedang duduk santai di kantin, niatnya hanya untuk menunggu parkiran sepi tadinya. Namun keberuntungan datang kepadanya, keuntungan baginya dan kesialam bagi seseorang yang kini ia dekati itu.

"Hei" sapa Jimin.

Ia menoleh tidak menjawab, memberikan tatapan tidak suka saat Jimin menyenggol bahunya.

"Jawab dong, kalau nggak gua bakal gangguin lo sampai rumah" ucap Jimin lagi.

"Mau lo apaan sih? Nggak usah ganggu gue bisa, nggak?"

"Eits.. santai dong, Gi. Gua cuman mau ngajak ngobrol lho"

"Gue nggak mau" ucapnya lalu pergi meninggalkan Jimin yang senyuman asimetris diwajahnya.

"Mas, itu pacarmu, yo? Lagi marahan apa gimana kok dia duluan ndak nungguin sampean?"

Jimin terlihat bangga sekarang, bahkan bapak-bapak kantin pun menyebut Yoongi sebagai pacarnya, "iya, pak. Biasalah, saya duluan, ya pak. Udah sore" ucapnya dan berlari menjauh dari sana.

Kendaraan beroda dua itu masih mengikuti Yoongi yang diboncengkan dengan seorang berjaket hijau itu, sekarang ia merasa kalah dengan ojek. Padahal jok belakangnya hanya membawa angin, namun kenapa Yoongi tidak mau bersamanya saja? Hingga sampailah Yoongi di rumahnya, dengan Jimin yang sengaja berhenti di sebuah toko kecil didekat sana. Sengaja agar tidak mendekati Yoongi, ia takut juga bahwa dianggap penguntit lalu kasihnya itu akan menjauh 1000km darinya.

Jimin melanjutkan perjalanannya pulang dengan kecepatan ringan, sengaja agar dapat menikmati angin sore yang berhembus pelan menyapu wajahnya. Langit pun perlahan semakin petang, cahaya terang berwarna oranye yang semakin bersembunyi disela-sela gunung di sana. Sampainya di rumah, ia langsung melakukan rutinitasnya, seperti mandi, makan, menata kamar dan tidur hingga keesokan harinya.

✧✧✧

Pagi telah tiba, seperti biasa keadaan penghuni rumah Jimin yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Ngomong-ngomong Jimin adalah anak tunggal, jadi memang tidak ada keributan lain selain suara ibunya yang berteriak dari bawah agar mereka bersarapan dengan masakan sedapnya.

"Jimin berangkat yah, mah" ucapnya saat bersalaman.

Saat mengisi bahan bakar kendaraannya, Jimin tidak sengaja melihat Yoongi, di sana, ia sedang berjalan sembari menenteng tas yang berisi entahlah Jimin pun tidak tau.

"Hai, ayo naik" sapa Jimin.

Yoongi hanya menatap malas, dan melanjutkan langkahnya kembali. Berjalan lebih cepat agar segera menjauh dari manusia yang mengganggunya.

"Ayo dong, kasian nih jok gua nggak ada yang dudukin" masih dengan percobaannya membujuk Yoongi agar berangkat bersamanya.

"Gua kejar terus, Gi. Sampai lo mau bareng sekolah sama gua, sampai sekolah gua harus jalan sambil naik motor gini juga oke aja"

"Nggak usah gangguin gue, pergi sana." Jawab Yoongi pada akhirnya.

"Nggak mau, naik dulu sini, nanti gua diem deh"

Yoongi memejamkan matanya, lalu menghadap ke Jimin dengan malas dan menaiki motor tinggi itu. "Buruan"

"Let's go!" Serunya.

✧✧✧

"Dih ni anak siapa deh bareng Jimin"

"Selain suka caper sama guru dia caper juga ya sama Jimin"

"Pansos doang sih kata gue"

Dan banyak kata-kata lainnya.

Yoongi tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan panggilan cacian dan kataan tidak enak dari seisi koridor kelas itu.

"Gi! Tungguin ngapa dah, cepet amat jalannya" ucap Jimin saat berhasil meraih lengan Yoongi.

"Sana! Ngapain sih ikutin gue" tangannya menepis tangan Jimin dengan kasar.

"Weh.. santai, gua cuman mau nemenin jalan sampai ke kelas kok"

"Nggak butuh, lo diem di sini" dan Yoongi meninggalkan dirinya untuk kesekian kali.

"Kenapa susah banget, sial" batinnya.

✧✧✧

"Hahaha kan gue udah bilang kalau Yoongi tuh nggak segampang itu" tawa Hoseok mengisi keheningan diantaranya.

"Kaya lagu" kata Jimin.

"Beda lagi goblok!" Rutuknya. "Kalau gue jadi Yoongi nih udah gue pukul duluan pala lo, Jim"

"Telat, gua udah pernah di gebuk pake bukunya"

"Miris"

"Udahlah gua mau cabut, kasian pacar gua nungguin" ucapnya dan pergi dari sana.

"Si anjing ternyata udah punya pacar lagi!"

✧✧✧

"Halo, sayang. Maaf ya telat dateng, tadi nemenin Hoseok makan dulu, biasalah dia kan jomblo" ucap Jimin saat terduduk di bangku kelasnya dan merangkul tangan perempuannya.

Perempuan cantik itu tersenyum manis, "iya, nggak apa-apa. Aku bawa bekal, mau nggak?"

"Mau dong"

"Aku suapin ya?"

"Iya, sayang"

Begitulah suasana istirahat hari ini. Suasana kelas yang tidak begitu ramai tambah mendukung keduanya untuk berduaan. Mata Jimin pun tak sengaja menatap Yoongi yang baru saja memasuki kelas ini, menatapnya dari awal masuk hingga duduk di bangku yang berada didepan meja guru.

"Kamu sekelas sama Yoongi, yang?" Tanya Jimin.

"Heem" jawabnya sambil mengarahkan sendok berisi nasi itu padanya. Jimin mengangguk bahagia, tambah senanglah ia menghampiri kekasihnya, sekalian cuci mata.

"Nih satu lagi.. habis"

"Enak. Aku ke kelas dulu ya, bentar lagi masuk" ucap Jimin dan pergi dari sana.

✧✧✧

"Gue pulang telat, ru. Nanti kalau lo mau duluan nggak apa-apa" Yoongi berkata kepada karibnya yang sedang memakan kotak bekalnya.

"Yaudah deh, jadi nggak bareng gue ya pulangnya?"

"Pake nanya lagi"

"Emang kenapa pulang telat? Heran deh gue sama lo"

"Gue harus ke perpustakaan dulu pinjem buku sains"

"Oh gitu, untung gue nggak dipilih buat ikut lomba ya"

"Lo mah semua diuntungin"

T R I C K YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang