2

21 4 1
                                    

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, dia memutuskan untuk mampir ke swalayan yang terletak dekat dengan sekolahnya. Dengan tas yang masih tergantung di pundaknya, Jimin melangkah dengan malas menuju swalayan tersebut. Di dalam swalayan yang dingin itu matanya menelisik dimana tempat berkumpulnya para cat rambut itu berada.

Ketemu.

Langkahnya yang santai ia membawa dirinya ke depan etalase itu. Matanya bergerak ke kanan dan kiri untuk menemukan warna hitam yang dicari, "mending blue black kali, ya? Lebih bagus" monolognya.

Sambil membayar di kasir, Jimin berbincang-bincang dengan kasir yang ramah, karena dia seorang cewek saja sih sebenarnya. Selesai berbelanja, Jimin melanjutkan perjalanannya pulang dengan mulut yang berisi permen dan menunggangi motornya untuk kembali ke rumah.

✧✧✧

"Mah! Baginda raja pulang" ucapnya sambil meletakkan tasnya di kursi sofa itu.

"Hm, sini makan dulu" jawab sang Ibu sembari menata letak makanan yang dihidangkan.

Jimin memilih beranjak ke kamarnya terlebih dahulu untuk berganti baju, langkahnya lemas dengan menenteng tasnya untuk ia bawa ke kamarnya. Mengganti seragam putih itu untuk digantikan dengan kaos hitam polos.

"Kok ganti bajunya doang, mas?" Tanya ibunya.

"Males ganti celana, nanti aja"

Selesai dengan makanannya, Jimin langsung menuju ke kamarnya. Tangannya meraih gitar untuk ia mainkan sebentar.

I wish i was who you drunk texted at midnight

Wish i was the reason you stay up till 3

And you can't asleep

Waiting for me to replay

Matanya terpejam dengan mulut yang terbuka untuk melanjutkan lirik berikutnya, namun layar pipih yang berada di dalam sakunya itu berbunyi, menggagalkan niatnya untuk bernyanyi. Tangannya merogoh saku dan bergerak ke atas untuk menjawab panggilan itu.

"Halo, pak"

"Jimin, sudah ganti cat rambut?" Tanya guru itu dalam panggilannya.

"Belum pak, hehe. Tapi udah beli kok, gimana kalau bapak aja yang semir saya?" Ia tertawa pelan di ujung kalimatnya.

"Kamu jangan main-main sama saya, besok berangkat sekolah langsung ke ruangan saya, anak nakal" lalu panggilan itu terputus.

"Hahaha baperan banget anjir. Kira-kira gua besok diapain ya" monolognya.

Jimin beranjak dari kasur, menuju ke rak pojok kamarnya untuk mengambil sebuah wadah bekas minuman gelas, menuangkan cat rambut yang sempat ia beli ketika pulang sekolah tadi, dan mengoleskan pada rambutnya.

"Ganteng juga gua"

✧✧✧

"Muka lo kaya gitu ganteng darimananya? Tambah cantik gitu, Gi" ucap Harua saat temannya itu sibuk menata rambutnya, mereka berjanjian untuk pergi ke sebuah toko buku.

Ruangan luas dengan beberapa rak yang berjejer panjang itu diisi oleh puluhan bahkan ratusan buku yang tertata rapi. Dari buku yang dikhususkan untuk anak-anak hingga dewasa, bermacam-macam juga genrenya. Yoongi dengan Harua melangkah ke sebelah timur, mendapati sebuau rak putih bersih yang berisi komik Jepang itu.

"Kira-kira bagus yang mana, ru" tanya Yoongi.

"Mana aja deh, kan yang suka lo" jawab Harua.

"Gue jadi ikutan bingung" tangannya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Kakinya berjalan pelan ke arah samping, hingga tidak sengaja menabrak seorang pria, "sorry" ucap Yoongi.

Pemuda itu menunduk, menatap kearahnya dengan alis yang terangkat satu. "Apa?"

"Budeg, ya? Sorry, gak sengaja" ulangnya.

Harua yang sedari tadi mencari-cari buku ikut menoleh ke sumber suara, ia mendekati Yoongi dan menariknya pergi dari sana.

"Lo apa-apaan sih narik-narik, orang dia yang budeg" tangannya melepas dari cengkraman Harua.

"Sstt! Itu kakak kelas kita, anjir" Harua menoleh kebelakang dan tersenyum, "namanya Jimin"

"Oh, terus?"

"Ya nggak apa-apa sih. Nih gue udah nemu buku, kayanya bagus deh, ini aja yuk"

Yoongi mengangguk, lalu berjalan terlebih dahulu menuju ke arah kasir untuk membayar bukunya.

"Jangan marah ngapa, gitu doang marah lu anjir"

✧✧✧

" -Gimana saya nggak marah kalau kamu ngeyel seperti ini? Kamu ini sepertinya perlu diajarkan sopan santun ya, Jimin. Saya ini guru kamu, jangan bertingkah seperti saya ini temanmu!"

"Maaf, pak. Saya janji nggak akan ngulangi lagi, saya ngerti saya sudah besar, bukan waktunya main-main kaya dulu. Maaf ya, pak" ucap Jimin sambil menunduk.

Sepertinya memang benar, ia sudah beranjak dewasa dan bukan lagi waktunya untuk bermain-main seperti ini. Ia harus belajar sopan santun, dan tidak bertingkah layaknya bocah kurang perhatian.

Jimin berjalan keluar, menuju ke UKS untuk tidur, ia butuh tidur saat ini.

T R I C K YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang