Sebelum mulai baca, jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar ya. Kalau ada typo atau kesalahan, jangan ragu kasih tahu, terima kasih sebelumnya!
Buat kalian yang baru pertama kali mampir di Wattpad-ku, jangan lupa follow agar tidak ketinggalan update cerita seru berikutnya!✧
Alya mundur perlahan dari sosok di kursi itu, darahnya membeku. Andra—atau siapapun dia sekarang—tidak bergerak. Cahaya samar dari lampu ruang kesehatan memancarkan suasana aneh, seakan-akan bayang-bayang di dinding hidup dan bernafas. Meski tubuh Alya memerintahkannya untuk lari, ada dorongan lain di dalam dirinya yang membuatnya tetap bertahan. Suara bisikan itu kembali terdengar dalam pikirannya, lebih jelas dan mendesak dari sebelumnya.
"Jangan takut. Dekati aku..."
Dengan jantung yang berdebar kencang, Alya mengambil langkah maju, mendekati Andra yang duduk di kursi. Namun, setiap langkah yang ia ambil, udara di sekitar semakin terasa berat, seperti tertimbun oleh sesuatu yang tak terlihat. Suhu ruangan semakin menurun, membuat bulu kuduk Alya berdiri. Saat ia akhirnya sampai di depan Andra, sosok itu mengangkat kepalanya perlahan, memperlihatkan wajah yang pucat dan kosong.
"Andra...?" suara Alya terdengar bergetar, seolah memohon agar sosok itu bisa mengenalinya.
Andra menggerakkan bibirnya, suaranya nyaris tidak terdengar. "Alya... aku... mereka..."
Alya berusaha mendekatkan diri, mencoba mendengar dengan lebih jelas. "Siapa mereka, Andra? Apa yang terjadi?"
Namun, sebelum Andra sempat menjawab, pintu ruang kesehatan tiba-tiba terbuka dengan keras. Alya terlonjak kaget, menoleh dan melihat dua orang guru memasuki ruangan dengan tergesa-gesa. Di antara mereka adalah Kepala Sekolah, Pak Ridwan, dan seorang pria berjas hitam yang Alya belum pernah lihat sebelumnya. Mata pria itu tajam, seolah menelanjangi setiap sudut ruangan dengan tatapan dinginnya.
"Alya! Apa yang kamu lakukan di sini?" suara Pak Ridwan terdengar keras dan tegas, memecah ketegangan.
Alya terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasakan ada yang tidak beres dengan cara Pak Ridwan menatapnya—ada sesuatu yang ia sembunyikan. Pria berjas hitam itu melangkah mendekat, pandangannya terpaku pada Alya. Ada rasa dingin yang menjalar saat pria itu menatapnya, seolah dia tahu sesuatu yang Alya sendiri tidak tahu.
"Maaf, Pak," Alya mencoba berbicara, suaranya teredam oleh ketegangan. "Aku hanya ingin memastikan kondisi Andra..."
Namun, sebelum dia bisa melanjutkan, pria berjas hitam itu mengangkat tangannya, menghentikan pembicaraannya. "Tidak seharusnya kau ada di sini," kata pria itu dengan nada datar tapi tegas. "Sekarang, tinggalkan ruangan ini. Kami akan menangani sisanya."
Alya ingin memprotes, namun tatapan Pak Ridwan dan pria berjas hitam itu tidak memberinya ruang untuk berargumen. Dengan perasaan tidak tenang, Alya akhirnya berbalik dan meninggalkan ruang kesehatan. Namun sebelum pintu tertutup di belakangnya, dia mendengar bisikan samar dari dalam ruangan.
"Alya... lari..."
Bisikan itu begitu lemah, namun penuh makna. Alya tahu, sesuatu yang jauh lebih besar sedang terjadi, dan dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun, sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, suara langkah kaki yang mendekat menyadarkannya dari lamunannya.
"Alya!" Suara itu berasal dari Maya, salah satu teman dekatnya. Wajah Maya tampak penuh kecemasan, dan dia berlari kecil mendekati Alya. "Kamu nggak apa-apa? Aku dengar kamu ada di ruang kesehatan."
Alya mengangguk pelan, meski di dalam hatinya, dia tahu bahwa dia sama sekali tidak baik-baik saja. "Aku nggak tahu, May. Ada yang aneh. Andra... dia nggak seperti biasanya. Dan aku merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan."
Maya menatap Alya dengan tatapan penuh tanda tanya. "Sesuatu? Maksud kamu apa?"
Alya menarik napas dalam-dalam, berusaha merangkai semua yang dia alami selama beberapa hari terakhir. "Ini tentang wabah itu, Maya. The Silent Plague. Ini bukan hanya soal penyakit. Ada sesuatu yang jauh lebih gelap dan... menyeramkan."
Mata Maya membesar mendengar penjelasan Alya. "Jangan-jangan ini terkait dengan rumor yang beredar di sekolah? Tentang bayangan misterius yang muncul di malam hari, dan siswa-siswa yang tiba-tiba jatuh sakit?"
Alya terdiam sesaat. "Mungkin," gumamnya. "Aku belum tahu pasti. Tapi tadi aku mendengar Andra bicara tentang mereka. Dia sempat bilang sesuatu sebelum Pak Ridwan dan pria itu datang."
Maya mengerutkan dahi. "Pria itu? Siapa dia?"
"Aku juga nggak tahu," jawab Alya, mencoba mengingat lebih jelas. "Tapi dia terlihat... berbahaya. Ada sesuatu dalam caranya bicara yang membuatku merasa tidak nyaman."
Maya tampak berpikir keras, mencoba menghubungkan informasi yang didapat. "Kalau begitu, kita harus hati-hati. Jangan sampai mereka tahu kalau kita sedang mencari tahu lebih jauh."
Alya mengangguk setuju. "Iya, kita harus menyelidiki ini secara diam-diam. Aku yakin jawaban dari semua ini ada di sekolah ini."
Malam itu, Alya pulang dengan pikiran penuh. Rasa takut masih menyelimutinya, namun ada juga dorongan kuat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang penyakit atau wabah misterius. Ada kekuatan gelap yang bersembunyi di balik bayang-bayang, dan dia harus menemukan kebenarannya, secepat mungkin.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SILENT PLAGUE
HorrorDi sebuah kota kecil yang tenang, penyakit misterius mulai menyebar tanpa peringatan. Orang-orang yang terinfeksi tidak segera berubah menjadi mayat hidup, tetapi mereka perlahan kehilangan kesadaran, menjadi terobsesi dengan suara tertentu yang han...