"Tolong aku!"
Teriakan seorang gadis terdengar dari arah belakang, berhasil membuat Fikri dan yang lainnya menoleh. Mereka membelalak ketika mendapati Ana, gadis yang sempat bergabung dengan komunitas tersebut sedang berlari dari kejaran seekor beruang hitam.
Ukuran beruang yang sedikit lebih besar dari biasanya spontan membuat Kemal bergidik ngeri. "Aku enggak salah lihat, nih?"
"Ambil apa aja yang bisa dipake! Kita harus bantu Ana!" teriak Aldo memberi komando.
"Cuma ada batu dan pohon di sini!" balas Catris cepat.
Beruang tersebut berhenti berlari ketika Ana bersembunyi di balik tubuh Fikri dengan kaki bergetar hebat. Ia kemudian berjalan pelan, menyeringai lebar seolah manusia. Sebuah liontin kristal kepala jackal berwarna biru terang terlihat menggantung di lehernya.
Ven memicingkan mata seraya berbisik pada diri sendiri. "Liontin Anubis ...?"
Beruang itu tampak bersiap-siap untuk memangsa, kemudian melolong kuat seolah mengibarkan bendera kemenangan. Namun, sebatang kayu berukuran sedang terlempar masuk tepat ke tenggorokan sang mamalia berbulu hitam, berhasil membuatnya mundur beberapa langkah.
"Lemparan yang bagus, Kak Cha," puji Lofi pada Chacha.
Melihat sang beruang masih berusaha mengeluarkan kayu dari tenggorokan, Tara segera melempari batu dengan kepala beruang sebagai targetnya. Meski hanya batu-batu kecil, lemparan beruntun dari Tara berhasil membuat hewan berkaki empat itu kewalahan.
"Terus lempari dia pake batu! Kalau bisa incar matanya!" komando Fikri seraya ikut mengambil batu-batu berukuran cukup besar sebagai amunisi.
Aldo mendapatkan sebuah ide ketika melihat batu besar terletak tak jauh di sebelah Clara. Spontan ia mengajak Riq dan Aka untuk mengangkat batu tersebut yang akan menjadi senjata pamungkas dalam menghabisi sang beruang.
Predator pecinta madu itu mengerang kesakitan ketika Lav berhasil mengenai matanya dengan batu yang ia lempar. Tak ingin membuang kesempatan, Aldo langsung memberi komando. Mereka bertiga kemudian berlari dan menghantam kepala beruang dengan batu besar tersebut.
Sang mamalia berbulu gelap terjatuh tak sadarkan diri seiring dengan darah yang mengucur deras dari kepalanya. Kemal kemudian berlari dengan kayu runcing di tangannya, menusuk dada sang beruang bulan untuk memastikan bahwa ia tak lagi bernyawa.
Keempatbelas pemuda yang terengah-engah kemudian larut dalam diam. Suara napas menjadi satu-satunya melodi yang terdengar di telinga. Mereka saling tatap dan tersenyum puas atas keberhasilan mereka mengalahkan si beruang.
"Guys, liat ini deh. Liontin ini kayak bentuk Anubis gak sih?" Ven memperlihatkan kalung yang ia pegang kepada teman-temannya setelah mengambilnya dari leher sang predator, "dewa kematian yang mengawal jiwa ke akhirat menurut budaya Mesir."
KAMU SEDANG MEMBACA
As After, So Before
Mystery / ThrillerMereka bersembunyi dalam sajak anak-anak. Kami harus berpura-pura demi meraih cahaya abadi. Kalian, para jiwa-jiwa yang rapuh, cepatlah pulang atau kita semua akan mati. . . . a fan fiction of Four Leaf Clover amazing cover by: anomaliez