MM 1

488 73 9
                                    

Vote & Comment












































*kringgg

*kringg

*kri-

Telpon yang sedari tadi berbunyi kini akhirnya mendapat atensi dari sipemilik ponsel, sipemilik yang masih setengah sadar itu berdehem seolah bertanya ada apa kepada si penelpon.

"Reva Fadelia Hapsari, sampai kapan lo molor anjing? ini udah jam 9 pagi dan ada 1 pasien lo yang nunggu, lo lupa ada jadwal!?" suara yang melengking seusai menyebut namanya lengkap itu membuat Adel mengetahui siapa yang menelpon, tanpa peduli sipenelpon Adel segera mematikan sambungan itu dan bergegas bersiap.

Tak perlu waktu lama Adel bersiap ia segera menuju ke mobilnya dan bergegas ke rumah sakit K48 Jaya. tidak lupa dirinya untuk memberikan sebuah pesan kepada sahabatnya agar meminta pasien menunggu 10 menit lagi.

Beruntungnya di jam 9 ini Adel tak perlu menghadapi yang namanya kemacetan sehingga jarak rumah sakit dari apartementnya yang tak terlalu jauh itu tak memakan waktu yang lama.

Setelah sampai, ia berlari menuju gedung khusus Psikolog dan Psikiater bertugas, menuju ruangannya yang berada di lantai 4 dari 8 lantai dengan menggunakan tangga akibat merasa terlalu lambat untuk menggunakan lift.

Hampir sampai diruangannya, dapat Adel lihat pasiennya yang tengah menunggu sehingga perasaan bersalah pun hadir di dirinya karena dia sendiri yang menjadwalkan janji pertemuan dan dia malah lupa serta ketiduran.

"Ekhem. Mau sekarang?" ujar Adel dengan intonasi yang melembut agar tak mengejutkan pasien, pasien yang terlihat lebih muda darinya itupun segera mengangguk dengan senyuman sumringahnya.

Memerlukan hampir 1 jam setengah untuk Adel memberikan solusi kepada pasiennya yang bernama Cella berumur 19 tahun itu, memang terbilang muda untuk dia berani datang ke psikolog seorang diri namun Adel tak menggubris hal itu.

"Semua perlu proses, okey? Kamu udah berusaha yang terbaik buat mereka hanya saja mereka belum melihat kehebatan kamu selama ini, saya akui kamu sungguh hebat bisa bertahan dan hidup sampai sekarang, jadi jangan lakukan hal berbahaya untuk dirimu lagi ya? Saya bakal kasih kamu obat penenang jika anxiety kamu kambuh dan jika trik penenangnya tidak berhasil, lalu jika ada apa-apa hubungi dokter lagi ya?" Jelas Adel panjang lebar, memberi pengertian kepada Cella yang kini mulai tenang setelah menangisi hal yang dia alami dalam hubungan dirinya dan keluarga yang kurang mendapat apresiasi.

Cella mengangguk mendengar penuturan dokternya, mulai tersenyum kembali dan merasa tenang dengan mencoba trik dari Adel, solusi yang sebelumnya diberikan oleh Adel juga membuatnya semakin kuat, ia memang hanya perlu seseorang untuk mendengarkan beban yang dia alami karena ia sama sekali tak berani bercerita kepada siapapun bahkan teman dekatnya.

"Dokter Adel makasihh ya aku jadi ngerasa percaya diri lagi setelah semuanya aku ungkapin ke dokter ditambah apa yang dokter sampaikan, aku juga berusaha buat engga nyakitin diriku lagi," ujar Cella masih dengan senyuman terpahat indah diwajahnya.

"Sama-samaa, oh iya sebelum kamu pergi silahkan ambil ini sebagai apresiasi saya ke kamu karena udah hebat!" Adel menyodorkan sebuah permen lollipop berasakan susu dan strawberry yang bercampur, mata Cella seketika berbinar dan mengambil permen itu dengan girang, berterimakasih lagi kepada Adel lalu barulah ia pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My MedicineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang