Prolog

10 1 0
                                    

Nama adalah doa...

Aku mempercayainya, karena itu terjadi padaku... Dan dihadapanku sudah berkumpul semua keluarga ku, termasuk kakek dan nenekku.

Aku tidak menyalahkan mereka, karena ini memang salahku, meski semua bukan sepenuhnya salahku.

"Katakan pada ayah! Siapa ayah dari anak itu!"

Aku bisa melihat kilatan api amarah daei mata ayah.

"Nala tidak tahu ayah..." Aku hanya bisa menjawab lirih.

"Tidak perlu di tutupi nak... Kami akan meminta dia bertanggung jawab..." Nenekku membuka suara.

Aku diam. Aku tidak berbohong soal aku yang tidak tahu siapa ayah dari anak yang ku kandung. Itu terjadi disaat aku tak sadarkan diri, saat aku ditinggalkan di rumah karena keluargaku menghadiri acra pertemuan dengan rekan bisnis ayah diluar kota.

"Kau aib!"

Aku tak pernah berpikir kalimat itu akan terlontar dari orang yang melahirkan ku...

"Kami akan memperkenalkan mu pada dunia di usiamu yang menginjak 17 tahun nanti, tapi apa ini? Bahkan usiamu belum menginjak 16 tahun!"

Kakek melampiaskan rasa kesal dan malunya padaku...

Padahal, jika saja mereka tidak meninggalkan aku dirumah sendiri tanpa pengawasan dan seorang penjaga saja, mungkin ini tidak akan terjadi...

Mereka juga tahu, saat itu aku tidak sadarkan diri karena pukulan keras di kepala bagian belakangku, bahkan beberapa waktu lalu baru selesai diperiksa. Mereka juga tahu, jika ada seseorang yang menyusup masuk ke rumah, dan itu di katakan benar juga oleh pihak kepolisian.

Tapi kalian harus tahu, ini salahku... Karena aku adalah anak perempuan, tunggal dengan nama Anala, yang berarti api... yang seharusnya membakar kesengsaraan di keluarga, kini malah membakar keluarga dari kebahagiaan.

"Gugurkan anak itu."

Aku mendongak, menatap bunda yang kini menatapku penuh amarah.

"Tidak." Ucapku yakin.

"Maka keluarlah dari keluarga ini." Tegas Ayah.

Aku terdiam sejenak, "Baiklah... Aku akan keluar." ucapku beranjak dari tempat duduk.

"Jangan membawa apapun dari rumah ini! Bahkan sepeser uang pun!"

Aku berhenti melangkah, memejamkan mataku menetralisir amarah. Semua kesalahan ada padaku ya... hm, lucu sekali.

Aku keluar dari rumah itu, ah, apakah pantas dikatakan rumah? Bahkan aku tidak pernah merasakan bagaimana rumah yang sesungguhnya.

Aku hanya tahu, aku harus menjadi apa yang  mereka inginkan. Bahkan, aku bisa lulus diusia 15 tahun dengan ijazah SMA, itu karena mati-matian aku belajar dan terus loncat kelas hingga beberapa kali.

Mungkin ini jawaban dari semua doa-doaku, doa-doaku akan hari dimana semua menjadi lebih baik dengan apa yang ingin aku lakukan sejak dulu.

Ini langkah pertamaku, langkah pertamaku menjadi bebas tanpa tali pengikat yang mengontrol ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Anala RubikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang