A

4 1 1
                                    

Di asrama yang telah disediakan oleh agensi TS, Kokomi menerima satu kamar yang dapat ditempati oleh dua orang. Dari informasi salah satu staf, Kokomi diberikan kunci kamar asramanya dan menemui orang yang akan menjadi teman sekamarnya.

"Hai, eumm... Kamu Nilou kan?" Tanya Kokomi sembari menepuk pundak seseorang pelan.

Seorang gadis yang diketahui bernama Nilou itu menoleh ke belakang, "Eh, iya, kamu teman sekamar ku ya?"

Kokomi pun menjawab, "Iya, aku Sangonomiya Kokomi, kalau gitu kita langsung ke kamar aja, staf udah ngasih kuncinya ke aku."

Singkat cerita mereka berdua telah membereskan barang-barang mereka. Hanya barang-barang penting seperti pakaian, skincare, sepatu, alat mandi yang mereka bawa. Menjadi trainee di agensi ini tidak akan berlangsung lama, hanya sekitar 2 minggu sebelum seleksi akhir. Memang terbilang sangat cepat karena ini adalah audisi eksperimental yang dibuat dengan waktu yang sangat singkat namun mendapatkan hasil berkualitas.

Keesokan harinya Kokomi dan para trainee lainnya memulai latihan oleh para pelatih di sana. Mulai dari olah vokal, gerakan tari, dan beberapa etika dasar seputar menjadi idol. Mereka juga diajarkan beberapa peraturan yang ada di agensi tersebut.

"Kokomi, aku balik ke kamar duluan ya, kamu mau balik kapan?" tanya Nilou sembari mengelap lehernya menggunakan tisu.

"Kayaknya nanti sebelum jam 6, aku mau jalan-jalan di sekitar taman dekat gedung ini dulu," jawab Kokomi.

Di taman yang dimaksud oleh Kokomi, terlihat sangat ramai sore ini. Dari beberapa percakapan orang sekitar, Kokomi mendengar mereka membicarakan tentang grup yang akan debut dari agensi TS, tempat Kokomi menjalani pelatihan menjadi seorang idola. Dan Kokomi berharap ia bisa debut sungguhan seperti yang dibicarakan orang-orang. Belum lama meninggalkan rumah, tapi Kokomi sudah rindu seseorang.

"Kita akan terus bersama, kan?"

Ah, kalimat itu teringat. Kokomi mengangguk pelan sembari berjalan seolah mengiyakan sesuatu. Namun... Bagaimana jika semuanya berubah buruk? Bagaimana jika ia gagal meraih impiannya? Bagaimana jika orang tuanya kecewa? Kokomi memang keras kepala, ia menolak keinginan ayahnya agar ia memasuki universitas jurusan hukum. Dan lebih menakutkan adalah bagaimana kalau Sara tidak akan pernah terlihat lagi setelah lama tak bertemu?

















Tinta tertinggal di selembar kertas putih. Itu adalah serangkaian lirik lagu yang ditulis oleh Kokomi. Ia menulisnya dengan judul "Can We?". Menurutnya ini cukup tidak jelas, karena ia menulisnya berdasarkan keadaan hatinya yang sedang khawatir sehingga kata-kata yang ada di dalamnya begitu acak dan mungkin sulit diserap maknanya. Kekhawatiran yang dua hari lalu ia pikirkan.

"Aku takut gagal."















"Untuk latihan kali ini kalian akan mencoba rapp, semuanya harus mencoba dan akan kami pilih beberapa yang sekiranya bisa dan akan menempati posisi rapper nanti," ucap salah seorang pelatih.

Kokomi sudah bisa lebih tenang sekarang. Dalam 3 hari ia sudah beradaptasi dengan lingkungan trainee. Ia sudah tidak khawatir dengan pikiran-pikiran buruk yang ada di kepalanya. Yang ia camkan hanyalah kata bisa dan semangat. Semua orang di sini berkompetisi untuk menjadi yang terbaik, akankah sebuah sinar diperhatikan jika dia tidak mempunyai cahaya? Yang artinya adalah tunjukkan bakat yang kalian punya hingga orang lain kagum.

Keluarga Kokomi kadang menelpon, tapi ia berharap telpon dari Sara lah yang masuk. Kokomi menunggu, namun mungkin tidak akan. Karena mungkin Sara sudah tidak peduli padanya.

"Kokomi, kau tidak boleh berpikiran seperti itu, kita berdua sama-sama sudah beranjak dewasa, sudah pasti sangat sibuk," ucapnya kepada dirinya sendiri.















"Kujou Sara!" panggil seseorang.

"Iya, maaf kapten!" ujar Sara kepada seorang kapten dari sebuah klub ilmu pedang.

Kapten itu umurnya tidak terpaut jauh dari Sara, namun ia lebih ahli dalam ilmu pedang. Sara masuk di klub ini karena ia sangat menyukai olahraga semacam ini. Selain pedang, Sara juga ikut klub memanah, dan ia lebih menyukai itu. Sara menjalani hari-harinya dengan lancar. Tidak sama sekali terpikir dengan teman masa kecilnya. Kini ia sibuk fokus mengejar cita-citanya. Soal cinta, akan ia urus belakangan.

"Dih, jomblo lo?" cemooh seorang siswi di sekolah Sara.

"Yang tolol siapa?" sarkar Sara.

Pasalnya dua orang murid terciduk sedang pacaran di kelas, padahal kesepakatan aturan kelas menyatakan hal itu tidak diperbolehkan. Ini pun demi kepastian masa depan murid-murid, tapi mengapa mereka mengabaikannya? (Knp ya? Hmm... /reaksi jujur author)

Sara dikenal sebagai anak yang tegas di sekolah ini. Tidak akan ada yang benar-benar berani dengannya. Hingga orang-orang malah membicarakannya seperti "wanita mahal yang tidak akan pernah laku hingga kapanpun". Sara juga mendengarnya beberapa, ia tidak peduli atupun marah, orang-orang bebas beropini selagi mereka tidak merusaknya citranya. Buktinya Sara tetap jadi ikon anak teladan di sekolah ini selama 2 tahun di sekolah ini. Hanya tersisa satu tahun lagi untuk menjadi anak teladan dan melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Kokomi dan Sara memang bertolak belakang kepribadian dan cita-cita, tapi mereka tetap bisa dipersatukan karena saling mengerti dan menerima apa adanya. Mereka tidak saling membenci, mereka saling menyayangi. Mereka tidak saling melupakan, tapi keadaan yang berbisik untuk melupakan. Percaya pada takdir, itulah hakikat persahabatan mereka.
































Singkat ajah cuy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Want so BAD [KokoSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang