Catatan:
Saya sangat menghargai setiap pembaca yang telah mengikuti cerita ini sejak awal. Untuk kalian yang lebih nyaman dengan nama karakter seperti semula, saya akan tetap menggunakan nama tersebut dalam cerita. Terima kasih atas dukungan dan pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Taeyoung duduk di kantornya yang mewah, dengan layar TV besar menayangkan berita tentang dirinya. Dia mengangkat gelas wiski, menyesap perlahan, dan tersenyum sinis.
Taeyoung bermonolog, "Lihatlah mereka, berusaha begitu keras untuk menangkapku. Lucu sekali. Mereka tidak sadar bahwa sebagian besar dari mereka sudah berada di dalam sakuku. Polisi-polisi bodoh, begitu mudah disuap dan dipermainkan." ia terkekeh dan tertawa, teringat beberapa waktu lalu ia membayar sejumlah uang pada sekelompok polisi untuk menyelundupkan barangnya.
Anak buah Taeyoung masuk ke ruangan, "Bos, berita ini semakin ramai. Apa kita perlu meningkatkan pengamanan?"
Taeyoung berujar sambil tertawa, "Tidak perlu khawatir. Kita sudah punya semua yang kita butuhkan. Mereka hanya buang-buang waktu. Pastikan saja semua orang tetap pada posisinya dan jangan sampai ada yang ceroboh."
Anak Buahnya mengangguk, "Baik, Bos. Kami akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."
Taeyoung menyeringai tipis, "Bagus. Dan satu hal lagi, pastikan informan kita di kepolisian tetap memberikan laporan rutin. Aku ingin tahu setiap langkah mereka."
"Akan kami lakukan, Bos." jawab mereka serempak.
Taeyoung kembali menyesap wiski, merasa yakin dan tidak terancam sedikit pun oleh upaya kepolisian. Baginya, ini semua hanyalah permainan yang sudah dia kendalikan sejak awal.