Capitolo 14

898 70 6
                                    

"ABANGGG JANGAN GANGGU KENA! MASIH NGANTUKK!" Teriakan Kena menggelegar ke segala penjuru ruangan.

Dia sangat kesal, bagaimana tidak, Vistar terus saja mengganggunya, padahal dia masih ngantuk.

"Bangun adek...." Vistar semakin semangat mengganggu Kena.

"Abang... Kena ngantuk lhoo." Kena semakin meringkuk berusaha untuk mengecilkan tubuhnya di dalam selimut tebal itu.

Vistar menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur Kena. Capek juga pikirnya.

"Kok bisa aku punya adek kebo ya," herannya dengan suara dikeras-keraskan.

Kena terduduk tak terima dikatai kebo. Dia mengantuk seperti ini juga karna ulang dia dan kakaknya.

"Abang ngatain Kena kebo?" sebal Kena sambil menggembungkan pipinya.

"Lah iya kan kebo? Ini udah jam 8 pagi, tapi adek masih aja bobo." Vistar terkekeh kecil.

"Huh, Kena mau main sama kak Nancy aja. Nggak mau main sama Abang. Kak Nancy mana?"

"Dia sekolah, ini udah jam 8 adek. Emang kebo kek adek." Vistar dengan santainya terus mengatai adiknya itu.

"ABANGG!! KENA NDAK KEBO!"

"ADEK KEBOO!!" Vistar lari keluar dari kamar Kena, menghindari amukan bocah mungil itu.

"ABANGGG!!"

Kena turun dari tempat tidurnya dan berjalan turun ke dapur dengan raut yang ditekuk.

"Tuan Kena mau sarapan apa?" tanya Bi Tami yang tersenyum geli melihat tuan muda nya itu.

"Kena mau cake berry merah sama susu berry ya, Bi," jawab Kena yang langsung duduk meja makan.

"Makasih bibi." Kena tersenyum senang.

" Kena tersenyum senang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagi dong." Vistar tiba-tiba datang dan mencolek cake Kena. 

Tentu saja hal itu membuat Kena marah. Lihat saja wajahnya sudah memerah dengan hidung kembang-kempis.

"Abang jahat!" Kena sangat marah dan tidak bisa berkata apa-apa lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Abang jahat!" Kena sangat marah dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tenggorokannya sudah sakit karna terus saja berteriak.

Kena memilih melanjutkan makannya dan meminum susu berry nya. 

"Eh, anak Daddy udah bangun?" Ryosuke tiba-tiba muncul dengan stellan jas nya.

"Iya nih, Dad, kebo adek nya, jadi baru bangun deh." Vistar masih saja mengganggunya. 

"Kena nggak kebo." Habis sudah tenaganya, dia sudah malas berinteraksi.

Mau bagaimanapun dia adalah bocah introvet bukan? 

"Nggak boleh gitu abang, adeknya ngambek itu," peringat Ryosuke sambil mengusap puncak kepala Kena.

"Adek ada kegiatan hari ini?" tanya Ryosuke.

"Kena mau ketemu abang Gavi, boleh Daddy?" tanya Kena hati-hati. Sudah hampir beberapa minggu dia di sini. Dia sangat merindukan Gavier, namun dia juga harus mendengarkan ucapan Ryosuke yang sudah sangat baik padanya.

"Kau sudah siap?" Mau tak mau Ryosuke juga harus membiarkannya, mau bagaimana pun Gavier adalah saudara kandungnya.

Kena mengangguk kecil. 

"Baiklah, nanti abang Vistar yang mengantarmu, tapi ingat, kamu harus kembali sama Daddy." Ryosuke tersenyum memberikan anak angkatnya itu kepercayaan.

"Tentu, Daddy. Makasih, Daddy emang yang terbaik. Kena janji bakal balik sama Daddy." Kena menengadahkan jari kelingkingnya dan dengan cepat Ryosuke menautkannya jari kelingkingnya pula dengan jari mungil itu.

"Ya sudah. Kalau begitu, Daddy berangkat kerja dulu. Hati-hati nanti di jalan, jaga adikmu Vistar," peringat Ryosuke sebelum berlalu pergi.

"Siap, Dad, aman." Vistar mengacungkan jari jempolnya.

Sesudah itu hanya hening yang melanda meja makan itu, ada perasaan yang tidak diinginkan untuk muncul pada saat itu.

Entah apa.

****

"Bahkan kalian sama sekali tidak bersedih, lihatlah, Kena baru seminggu meninggal, tapi kalian sudah begitu bahagia, serasa tidak kehilangan apapun," batin Gavier melihat kedua orang tuanya  dan adiknya itu tertawa bahagia.

Ia tidak habis pikir melihat sikap keluarganya yang acuh tak acuh pada Kena. Apa setelah ia pergi pun keluarga ini tidak bisa memberikan ia simpati sedikitpun?

Ah, adikku yang malang, tapi abang merindukanmu dek. Tanpa ragu air mata Gavier mulai mengalir.

"Gavier!" panggil Bella tetiba.

Gavier langsung mengusap air matanya dengan cepat dan langsung meninggalkan ruangan itu tanpa mempedulikan Bella yang memanggilnya.

"Abang rindu kamu dek."

****

"Apa sudah ketemu?" tanya orang di seberang sana dengan suara datarnya.

"Belum, Daddy. Mawar akan mencarinya lagi, kali ini akan berjalan lebih mulus, karna penghalang Mawar sudah mati," jawabnya sambil menyeringai, ia bahkan tidak seperti gadis lugu lagi.

"Baiklah putriku, bergeraklah dengan cepat dan cari barang itu, sebelum kamu ketahuan." Mawar adalah putri satu-satunya yang bisa ia andalkan, benar-benar sangat mirip dengannya.

"Baiklah, Daddy. Sudah dulu, ada yang memanggilku." Mawar langsung mematikan ponselnya saat ia mendengar suara Bella yang mendekat.

"Iya, Mom?" jawab Mawar segera menyembunyikan ponsel tersebut.

Mawar menyeringai saat melihat Bella yang mendekat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝕽𝖊𝖌𝖗𝖊𝖙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang