10. Munafik

60 34 67
                                    

"Rasa rindu yang telah lama terpendam ini kembali lagi."

	Akhir pekan ini Lucas memboyong kami ke cafe milik Raga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir pekan ini Lucas memboyong kami ke cafe milik Raga. Anak sultan satu ini ceritanya lagi senang karena sedang PDKT dengan seseorang. Kurasa dia mengalami kemajuan sehingga mentraktir kami begini. Seperti biasa, aku tak pernah menunjukkan wajahku di hadapan mereka. Meski pertemanan kami terbilang sudah lama, dua tahun.

Aku duduk diapit Raga dan Lucas. Mereka berdua bak bodyguard-ku saja. Jika mau minum atau memakan sesuatu aku membuka masker tapi wajahku kututp dengan kacamata hitam. Ribet ya? Tapi bagiku tidak sama sekali. Aku menikmati saat aku menjadi sosok yang misterius seperti ini. Walau terkadang beberapa dari anggota gemar meledek untuk sekedar menjahiliku. Seperti mengatakan, ''Muka lo jelek ya makanya ditutupin gitu?'' ''Lo tersangka kriminal yang kena DPO ya?

Aku berusaha mengabaikan walau sedikit sakit hati. Untung saja ada Raga yang selalu jadi Yamaha, yang terdepan membelaku. *Tersenyum bangga 😌

Karena panggilanku The Killer, aku sekalian saja meminta mereka memanggilku K saja. Lucas yang menyematkan panggilan ini karena melihat aksiku di jalan bak membantai kendaraan yang ada.

''K!''

Aku menoleh.

''Gak pengap lu pakai masker gitu?'' tanya Wira, si paling penasaran dengan wajahku. Ah~ bener juga. Dia yang berulah waktu di club sama 2 anggota lainnya. Saat aku tidur, dia hendak membuka maskerku karena penasaran dengan wajahku. Akan tetapi, untung saja ada Raga yang kemudian memelintir tangan mereka. Begitu cerita yang aku dapat dari Lucas. Lalu keesokannya Wira dan kawan-kawan meminta maaf padaku.

''Nggak,'' seperti biasa aku menjawab datar.

''Gue ke toilet bentar ya,'' izinku.

Setelah lega membuang hajat, aku keluar dari bilik toilet untuk mencuci tangan. Sekalian saja aku mencuci wajah karena rasanya pengap dan lembab seharian memakai masker. Kuletakkan masker di sebelah watafel. Lalu mulai membasuh wajahku. Aku menatap wajahku yang basah dicermin. Bulu mata yang lentik, kulit wajah yang tidak terlalu putih serta bibir yang berwarna sedikit kemerahan alami. Bayangan perempuan berhjab tergambar di dalam cermin. Aku segera menggeleng dan mencuci wajahku sekali lagi.

''Ka-kania?''

Aku mendengar seseorang memanggil namaku dan seketika aku menoleh usai mematikan keran. Mataku membulat saat melihat siapa yang berdiri dari balik pintu masuk toilet. Dia teman sekelasnya Riski waktu SMA. Marisa. Anak paling centil dan sering buat ulah mengerjai teman-temannya dan lagaknya yang sok kecantikan.

''Lo Kania, 'kan? Mantannya Riski?''

Intinya aku rada kesal bertemu dengannya di sini disaat timingnya gak tepat. Aku meremas kedua tangan di sisi badan.

''Iya lo Kania.'' Tatapan matanya yang menyala seperti menemukan mangsa baru menusukku.

Buru-buru kuraih maskerku dan segera berlari keluar menubruk bahunya (sebenarnya ini gak sengaja) sebelumnya aku mengatakan, ''Kamu salah orang.''

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang