Bab 3: Pertemuan Pertama (2)

9 5 1
                                    

Jamuan makan malam telah selesai. Semuanya telah kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Sementara itu Aurora memilih untuk tetap terjaga dan tidak bisa tidur. Bukan karena banyaknya pikiran, tetapi hanya ingin menghirup udara segar saja.

Aurora melangkah pelan menyusuri koridor istana menuju taman, ditemani Marta, pelayannya yang setia. Malam itu, udara segar dan aroma bunga-bunga yang mekar di taman memberikan ketenangan yang ia cari. Sambil berjalan, Aurora menikmati keindahan langit malam yang bertabur bintang, bercakap-cakap ringan dengan Marta.

Ketika mereka mendekati taman, Aurora tiba-tiba berhenti. Di kejauhan, di bawah pohon yang rimbun, dia melihat sosok kakaknya, Putri Evelyn, sedang berbicara dengan Pangeran Arthur. Dengan cepat, Aurora memberi isyarat pada Marta untuk tetap diam dan mengikuti Aurora bersembunyi di balik semak-semak dekat mereka.

Dari tempat persembunyiannya, Aurora dapat melihat Evelyn dan Arthur berbicara dengan akrab. Suara mereka pelan, tapi terdengar cukup jelas bagi Aurora yang penuh rasa ingin tahu. Evelyn tampak anggun dan penuh perhatian, sementara Arthur tersenyum hangat, menatap Evelyn dengan mata yang bersinar.

Aurora mencoba menangkap beberapa potongan percakapan mereka. "Aku sangat senang bisa berbicara denganmu, Evelyn," kata Arthur dengan nada tulus. "Aku berharap kita bisa bertemu lagi seperti ini."

Evelyn tersenyum lembut dan menjawab, "Aku juga senang, Arthur. Semoga kita punya banyak kesempatan untuk berbicara lagi."

Aurora menahan tawa, merasa menemukan bahan baru untuk menggoda kakaknya. Di dalam pikirannya, dia sudah membayangkan berbagai cara untuk mengolok-olok Evelyn tentang pertemuan rahasia ini. Ketika percakapan mereka selesai, Pangeran Arthur mengucapkan selamat malam dan berjalan pergi melalui jalur yang berbeda, meninggalkan Evelyn sendirian.

Evelyn berdiri sejenak, tampak tersenyum dan memegang pipinya yang memerah. Ada kilauan bahagia di matanya yang tidak bisa ia sembunyikan. Aurora yang memperhatikan dari kejauhan merasa semakin yakin bahwa ada sesuatu yang istimewa antara kakaknya dan Arthur.

Ketika Evelyn mulai berjalan kembali menuju istana, Aurora memutuskan untuk menghadangnya. "Kakak, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Aurora dengan nada menggoda, membuat Evelyn terkejut dan wajahnya semakin memerah.

"Oh, Aurora!" seru Evelyn, berusaha menutupi kegugupannya. "Kamu mengagetkanku. Aku hanya... hanya menikmati malam ini."

Aurora tertawa kecil. "Iya, tentu saja. Malam ini memang indah, apalagi dengan pangeran tampan yang menemanimu." Dia menyenggol lengan kakaknya dengan isyarat bercanda.

Evelyn mencoba menjaga ketenangannya, tapi senyum malu-malu tidak bisa ia sembunyikan. "Kamu ini, Aurora. Selalu saja menggoda."

Aurora tertawa menanggapi komentar kakaknya, lalu merangkul Evelyn dengan penuh kasih. Mereka berjalan bersama menuju kamar, berbagi kehangatan sebagai saudara.

"Sepertinya Anda menikmati malam Anda, Tuan Putri Evelyn," ujar Marta dengan nada bercanda dari belakang mereka.

Evelyn menoleh, wajahnya masih tersipu malu, dan berkata dengan nada sedikit memohon, "Marta, kamu jangan ikut-ikutan mengejekku juga."

Marta tersenyum simpul, menambahkan, "Saya hanya senang melihat Anda bahagia, Tuan Putri."

Aurora mengangguk setuju. "Benar, Kak. Malam ini kau terlihat lebih bersinar. Pangeran Arthur pasti terpesona."

Evelyn mencoba menahan senyum, meski rona merah di pipinya semakin jelas. "Kalian ini, sudah cukup menggoda aku. Mari kita kembali ke kamar sebelum aku semakin malu."

Aurora, yang sudah puas menggoda kakaknya, tiba-tiba matanya tertuju pada sesuatu di tangan kiri Evelyn. Sebuah buku cantik dengan hiasan emas di sampulnya menarik perhatiannya. "Apa itu hadiah dari Pangeran Arthur, Kak?" tanya Aurora penuh rasa ingin tahu.

Melodi Waktu: Petualangan di Kerajaan Yuemeda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang