Kasur keras tempat Namjoon dan Seokjin bersetubuh berderit kencang setiap Namjoon menghunjamkan dirinya masuk ke tubuh Seokjin.
Tangannya mencengkeram kencang pinggul Seokjin, sesekali mengelus pinggangnya yang meliuk sensual atau menampari bokongnya yang bulat menggoda.
Seokjin menungging dengan wajah terbenam di bantal yang dipeluknya. Punggung mulusnya seakan berpendar dibawah lampu ungu remang yang menyinari mereka. Pinggul kurusnya terangkat tinggi, menggeliat binal setiap gerakan Namjoon melambat karena lelah.
"Eugh... Fuck..." Namjoon mengerang saat ia merekahkan bokong Seokjin, menonton dirinya bergerak berirama, keluar masuk melalui sebuah lubang mungil yang kini mulai membengkak dan merah.
Dirabanya bengkak yang membentuk cincin melingkari batang kejantanannya. "Oooh..." Seokjin terlonjak dan mengerang panjang. Jelas bukan erangan nikmat, ada suara kesakitan yang jelas di dalamnya.
Namjoon menggigit bibirnya. Seokjin bukanlah seks berbayar pertamanya, dan ia tahu pasti betapa hebatnya pekerja seks memalsukan kepuasan yang mereka tunjukkan.
Tapi kenapa Seokjin berbeda. Kenapa semua polahnya begitu sensual? Kenapa setiap sentuhan membuatnya mempertimbangkan untuk membayar lagi untuk memperpanjang waktu mereka berdua? Kenapa setiap erangan Seokjin mereda Namjoon terdorong untuk menyetubuhinya lebih keras lagi. Karena ia ingin melihat tingkah pria ini saat mencapai puncak.
"Kasih lube. Perih." Seokjin merintih. Namjoon menurut. Bahkan hanya beberapa detik ia berada di luar tubuh pelacur ini membuatnya merasa membuang-buang waktu.
"Aaah... Ahnnn..."
"Owh...fuck... Yes... Owh yes..."
"Ahhh... Enaaak... Aaah..."
Ini terlalu berlebihan, Namjoon merasa seperti berada dalam film porno dimana aktornya membuat begitu banyak suara untuk menutupi seks yang biasa saja.
Sontak dibalikkannya tubuh Seokjin. Yang dilihatnya membuatnya seakan ingin meledak.
Wajah yang memandanginya begitu indah, dengan mata bening yang memicing karena kenikmatan. Setengah wajahnya berkilau basah karena air liur. Dan rambut ikalnya menutupi setengah wajah sisanya.
Dan saat Namjoon menyibakkan rambut itu, ia tahu dunia nya berakhir. Sesuatu dalam kepalanya menyenandungkan nada yang begitu indah. Ruangan yang remang mendadak terang benderang. Bulir keringat di dahi Seokjin berkilauan bagaikan embun dan lekukan bibirnya saat ia tersenyum membuat dada Namjoon sakit bagaikan terkena serangan jantung.
Digenggamnya tangan Seokjin dan diletakkannya di atas dada kirinya. Hangat telapak itu bagaikan defibrilator yang mengirimkan sinyal listrik untuk menghidupkan lagi waktu yang terhenti sesaat.
Ia jatuh cinta.
Pada pelacur ini.
Sialan.
Namjoon tahu ini tidak akan berakhir baik. Tapi otaknya berhenti bekerja, baginya sekarang akhir yang buruk tetap lebih baik daripada tidak bisa bersama pria ini lagi.
Ia tidak ingin menghentikan dirinya dari mabuk kepayang dengan tubuh kurus yang punggungnya melengkung dalam pelukannya. Hidung Namjoon menyidu aroma yang membalur kulit Seokjin yang bening hingga alur berwarna kebiruan membayang. Semua yang Seokjin lakukan adalah banjir endorfin bagi semua indera Namjoon.
"Namjoon, I'm cumming..." Suara itu mengawang dalam pikiran Namjoon. Tapi ia bisa merasakan jelas cengkeraman Seokjin di leher kekarnya. Puncak kepala Seokjin bersandar di dada bidang Namjoon saat ia meringkuk dan memainkan dirinya sendiri.
Namjoon tidak bergerak, menikmati pemandangan tangan Seokjin yang bergerak naik turun di kejantanannya sendiri bagaikan film terindah. Saat cairan pekat memuncrat tubuh Seokjin menegang, menjepit Namjoon dalam dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/374172929-288-k812909.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow [COMPLETED]
FanfictionSeokjin si pelayan restoran dan Namjoon si mantan narapidana bertemu di bagian tergelap kota. Dua jiwa kesepian dengan luka masa lalu, hubungan mereka terbangun diatas keinginan untuk lepas dari neraka dunia. Tapi, masih adakah hari esok untuk merek...