✌️💤

741 92 22
                                    

"Ujan ujanan yuk, kamu gak ada temennya ya? Aku mau jadi temen kamu, aku Hamka, kamu siapa??"

Mark memalingkan wajahnya, menatap sepedanya mengabaikan anak dunia lain awal remaja itu berkenalan.

"Kenapa? Amka ga gigit kok."

Anak itu menjongkokkan diri dihadapannya, membuat Mark sedikit terbatuk karena wangi dari anak ini sangat kental dengan wangi bedak bayi.

Oh, yang membuatnya terbatuk bukan karena wangi bedak bayi, tapi bau amis dari sperma.

Mark melirik, melihat bagian bawah, maksudnya area intimnya makhluk mungil itu terluka dengan bercak darah dan sperma yang mengotori paha, perut dan tangannya.

Dia benar-benar dilecehkan.

Korban pemerkosaan.

Mungkin, anak ini saking takutnya dan tidak tahu bagaimana, anak ini menuangkan banyak bedaknya ke tubuhnya sendiri. Ia merasa tidak nyaman dengan bau sperma yang ada di tubuhnya walau ia sudah mandi berkali-kali.

Bau sperma menjadi traumanya.

"Amka mau main ujan, kamu gak mau ikut?"

Mark akhirnya menerima, ia menggeleng sebagai jawaban.

"Oh, kamu takut dimarahin mama kamu ya? Yaudah deh, Amka ga bisa maksa kamu. Amka tuh pengen main kapal-kapal, tapi Amka ga bisa bikinnya. Kamu bisa bikinin?"

Mark terdiam, menatap tatapan memohon anak kecil itu.

"Satu aja, Amka mau main.."

Lalu, anak itu menggambar asal dengan jari telunjuknya. Tampak murung menyedihkan.

Menghela napas, Mark merogoh tas sport kecilnya alias tas kuliahnya. Ia mengambil kertas binder yang tidak terpakai dan mulai membuatkan sebuah kapal-kapalan.

"Amka mau main, mau main!"

Mark terkekeh, anak itu begitu semangat ingin meraih kertas kapal yang sudah mulai jadi. Sangat antusias hingga membuat Mark terasa sesak.

"Sabar ya, nanti saya kasih kalau udah jadi, kamu bisa tenang dulu?" Mark sedikit melirik, anak itu menurut dan menduduki diri di sebelahnya.

Terasa, senyuman anak itu sangat lucu dan indah. Tampak polos juga manja. Cantik.

Sangat cantik.

"Amka mau pegang kertasnya boleh?"

Mark mengangguk acuh, disusul tangan mungil itu yang mendekat dan menembus dalam tangan besarnya. Rasanya panas, halus dan... kecil.

"Ugh, Amka bisa pegang! Kamu hebat ya!"

"Biasa aja, saya manusia biasa kok."

Sosok itu menggeleng, "Manusia biasa yang hebat kamu, kamu bisa liat aku, aku bisa megang kamu, kamu hebat!" Sosok itu, Hamka, bertepuk tangan heboh disampingnya. Mark tahu anak itu sedang tersenyum lebar menampilkan gigi lucu nan rapinya.

"Saya boleh tanya??" Tanya Mark masih fokus membuat kapal kertas. Sengaja ia lama-lama kan, takut makhluk itu akan menuntut yang lain jika satu keinginannya terkabul.

"Apa? Boleh bolehh! Amka bakal jawab! Karena kamu temen Amka!"

Mark terkekeh dan sedikit terbatuk karena bau sperma, darah dan bedak bayi itu. "Kamu, kenapa gak lapor ke keluarga kamu kalo kamu dilecehin?"

Pertanyaan Mark membuat suasana yang semulanya terang dan ceria, berganti dengan suasana yang gelap, murung dan sedih. Mark hanya terkekeh kecil, tahu jika pertanyaannya membuat anak kecil itu marah.

Ketempelan (Pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang