Di tengah keramaian kampus yang selalu hidup dengan hiruk-pikuk kegiatan mahasiswa, Reyihan mendekati Caraka, sahabat karibnya sejak mereka duduk di bangku kuliah.
"Si Jendra mane?"
Caraka, yang sepertinya tidak peduli dengan dunia di sekelilingnya, tetap fokus pada layar ponselnya. Suara jari-jarinya yang gesit menari di atas layar menunjukkan bahwa dia sedang tenggelam dalam permainan Mobile Legends, salah satu game online yang sedang digandrungi banyak anak muda.
"Balik. Si Manda kecelakaan katanya," jawab Caraka singkat, tanpa mengalihkan perhatian dari permainan yang membuatnya begitu asyik.
Reyihan terkejut, ekspresinya berubah drastis. "Hah? Kecelakaan gimana?" tanyanya, nada suaranya mengandung kekhawatiran yang mendalam. Dia tahu betapa pentingnya Manda bagi Jendra, dan berita ini membuatnya cemas.
Caraka hanya mengangkat bahunya, tampaknya tidak begitu peduli dengan detail lebih lanjut. Sementara itu, Reyihan, merasa gelisah dan tidak nyaman dengan informasi yang baru didapatkannya, segera mengambil ponselnya dari dalam tas. Dengan cepat, dia membuka aplikasi pesan dan mulai mengetikkan pesan untuk Manda. Jari-jarinya bergerak cepat di atas layar, berusaha mengirimkan pesan yang penuh perhatian dan berharap mendapatkan kabar lebih lanjut tentang keadaan Manda.
𓍯𓂃𓏧♡
Alamanda
"Sakit?" tanya Kak Jendra dengan nada khawatir saat melihatku meringis kesakitan. Aku baru saja dirawat di rumah sakit setelah mengalami kecelakaan.
Tadi, aku sedang berjalan di trotoar yang tidak ada, dan tiba-tiba sebuah motor menabrakku. Aku sudah berjalan dengan hati-hati, jadi aku merasa tidak bersalah dalam insiden ini.
"Banget," jawabku sambil berusaha menggerakkan kakiku yang terasa nyeri. Setiap gerakan terasa menyakitkan dan membuatku merasa semakin frustrasi.
"Ya ampun, kamu ini kenapa sih nggak hati-hati?" Kak Jendra terus-menerus memarahi sambil duduk di samping tempat tidurku. Wajahnya menunjukkan campuran antara kemarahan dan kekhawatiran.
Aku menarik nafas panjang, mencoba menenangkan diri. "Apasih? Aku jalannya sudah benar, kok. Itu motor yang tiba-tiba nabrak aku! Lagian, jalannya emang nggak ada trotoarnya, jadi bukan salahku!" aku berkata dengan nada berapi-api, berusaha menjelaskan posisiku.
"Ya udah tahu nggak ada trotoarnya, kenapa masih nekat jalan di situ?" Kak Jendra tetap saja tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluh, suaranya masih terdengar penuh penekanan.
Mama yang berdiri di sudut ruangan segera ikut campur, menghiburku. "Uudah, Jendra, jangan marahin adikmu terus. Adik kamu biarkan istirahat dulu," katanya dengan nada lembut, memberikan dukungan yang sangat kurindukan.
Kak Jendra menghela napas panjang dan berdecak pelan. "Lain kali hati-hati. Untungnya kamu cuma luka-luka," Dia masih tampak khawatir dan sedikit posesif, seperti biasanya.
"Iya, Kak. Aku kan selalu hati-hati, tadi ini apes doang."
Ting!
Tiba-tiba, suara ponselku berbunyi dengan nada notifikasi pesan yang khas. Aku mengernyit, menyadari bahwa itu adalah pesan dari Reyihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Kita | Juyeon & Giselle
FanfictionReyihan dan Alamanda telah saling mengenal sejak hari-hari mereka di bangku sekolah. Alamanda, adik dari sahabat Reyihan, adalah sosok ceria yang sering kali harus menghadapi kekecewaan dari pria-pria yang tidak layak. Di sisi lain, Reyihan, sang pl...