Masih ada yang baca WP kah jaman sekarang?
Aku tadinya mau up ini di AO3, tapi jujur takut kena kutukan AO3 wkwkwkwkwk.
Kalo di AO3 cerita ini bakalan jadi bahasa inggris, kapan kapan lah yaw....*
*
*"Conceal, don’t feel, don’t let it show."
Derapan kecil membuat Annelise terbangun dari tidurnya. Gadis berusia 6 tahun itu menutup kedua telinganya dengan bantal, bibirnya membentuk senyuman kecil. Adik kecilnya, Mallory pasti menyelinap masuk lagi ke kamarnya di tengah malam dan akan memintanya untuk membuat boneka salju.
“Lise, bangun!” suara kecilnya terdengar begitu manis di telinga Annelise.
“Tidak mau, sana kembali tidur.” Annelise mendorong pelan dahi Mallory dengan jari telunjuknya, membuat anak yang lebih muda dua tahun darinya terkikik kecil.
“Satu kali saja Lise! sebelum ulang tahunku, yaaaa? yaaaa?” Mallory menarik bantal yang menutupi seluruh kepala dan telinga Annelise kemudian melemparnya ke sisi lain ruangan.
“Dasar tidak sopan, baiklah satu kali ini saja ya!” Annelise duduk di atas kasur dan menatap Mallory yang langsung menariknya ke ballroom.
Mereka berlari kecil sambil sesekali menahan mulut mereka agar suara kikikan mereka tidak terdengar begitu keras. Besok Mallory berusia 5 tahun jadi anggap saja malam ini adalah hadiah ulang tahun Mallory dari Annelise. Ballroom sudah dihias sedemikian rupa, meja-meja panjang sudah ditata di sisi ruangan beserta dengan beberapa sofa empuk di sisi lain. Semuanya berwarna hijau, persis seperti warna kesukaan Mallory.
“Jangan main disini, nanti dekorasinya jadi rusak!” Annelise menarik tangan adiknya pelan.
Mallory menggeleng, “Aku janji tidak akan merusak dekorasinya, ayo Lise, ayo!”
Annelise menggelengkan kepalanya pelan dan mengusap kepala Mallory, baiklah apapun untuk gadis yang akan berulang tahun. Annelise menginjakan salah satu kakinya ke lantai dengan begitu es langsung menyelimuti seluruh lantai ballroom.
Mallory terkikik dan mencoba berjalan di atasnya tapi anak itu terpeleset. Annelise menahan tubuh Mallory kemudian gadis yang lebih tua melambaikan tangannya ke arah kaki adiknya seketika sepatu skate dari es terpasang di kakinya.
“Hati-hati” bisik Annelise.
Mallory meluncur kesana kemari kelewati meja-meja hingga akhirnya duduk di atas sofa hijau paling empuk di ruangan itu. Annelise membuatkan dirinya sendiri sepatu skate dan meluncur ke depan adiknya. Gadis itu melambaikan tangannya lagi, kini serpihan salju mulai terlihat di sekitaran mereka. Serpihan salju itu mulai menumpuk dan menggunung diantara mereka. Mallory berdiri dan menjatuhkan dirinya diatas hamparan salju buatan kakaknya.
“Aku suka sihir!” ujar Mallory
Gadis itu duduk dan mulai membuat bulatan salju di tangannya dan melemparnya tepat di wajah Annelise, membuat gadis yang lebih tua tertawa dan membalas perbuatan adiknya. Mereka bermain perang salju selama beberapa menit sebelum akhirnya mereka membuat boneka salju kecil di ballroom.
“Aku ingin memajang ini di ulang tahunku, tapi pasti cair ya?” Tanya Mallory.
Annelise mengangguk, untuk saat ini dia belum bisa mempertahankan sihirnya dengan lama, lagipula sebentar lagi es es yang ia buat di ballroom ini akan mulai mencair, jadi dia harus segera menyingkirkannya sebelum semuanya membanjiri ballroom.
“Ayo Mallory, sudah waktunya tidur!” ajak Annelise.
“Sebentar lagi ya kak!” Mallory tidak pernah memanggilnya kak sebelumnya, jadi mau tidak mau gadis itu akan menuruti keinginan adik kesayangannya.
Mallory meluncur dengan begitu cepat, membuat Annelise berkali-kali memperingatinya, tetapi kecepatan meluncur Mallory tidak kunjung melambat, gadis itu terus berputar, melompat dan terkikik. Sampai pintu ballroom terbuka dan menampilkan kakak laki-laki mereka yang sudah berekspresi marah, ini membuat Mallory terkejut hingga tersandung tumpukan boneka salju yang tadi dia buat. Annelise tidak sempat melakukan sesuatu, begitu dia menggerakkan salju untuk melindungi Mallory, tetapi hamparan salju itu malah mendorong tubuh anak itu kemudian kepala Mallory sudah menghantam sudut meja dengan keras.
Annelise dan kakaknya Desmond berlari ke arah adik kecilnya, salju yang berwarna putih kini sudah menjadi merah. Desmond memeluk adik kecilnya yang kini nafasnya sudah melemah. Annelise terpaku, seluruh ballroom menjadi sedingin puncak gunung Archenland.
“MAMA! PAPA!” Teriakan Annelise terdengar ke seluruh penjuru istana.
Ini salah Annelise, semuanya salah Annelise, dia tidak bisa melindungi adiknya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Witch
FanfictionEdmund tidak menyangka dirinya akan kembali berurusan dengan penyihir selain Jadis, kali ini dia akan benar-benar membunuh penyihir kecil itu dengan tangannya sendiri. Tidak ada yang bisa menghalangi Edmund kali ini, bahkan Aslan sekalipun. Fic gaak...