Bab XXXIX

386 63 13
                                    

Sejak pagi hari Sakura telah bersiap untuk menghadiri pertemuan dengan para petinggi istana yang akan diadakan di sore hari. Tidak lain hal ini akan berkaitan dengan tahta yang hendak diserahkan ke pada Haruno Sasori. Tentang setuju atau tidaknya sebetulnya Sakura tidak peduli, namun karena kerajaan itu dibentuk dari kelompok, maka akan lebih tepat jika ia mendengarkan suara yang lainnya.

Haruno bersaudara tentunya turut menghadiri pertemuan. Yahiko yang sudah menjadi kesatria sang Putri pun mendampingi Tuannya. Ketika rombongan itu hendak mencapai pintu aula rapat, mereka dipertemukan dengan Sosok Sasuke yang berjalan bersama Uzumaki Minato serta Uchiha Kakashi. Pangeran Sasuke memberikan penghormatannya pada Putri Sakura, diikuti yang lainnya. Kedua kubu saling berpandangan tanpa adanya kata. Manik Sakura beserta Sasuke dipertemukan dalam jangka waktu beberapa detik, dari dua sisi tersebut seolah tengah menyampaikan apa yang tak bisa disampaikan.

Saat memasuki ruangan, para petinggi rupanya telah hadir sepenuhnya, dan hanya yang baru masuk tersebutlah yang tersisa. Untuk kali ini, petinggi istana yang hadir tak hanya tetua dari lima klan terkuat saja. Melainkan ada dari klan Bangsawan besar yang mengikuti jalannya rapat.  Tentu saja hal itu atas undangan dari Sakura. Lantas, kehadirannya yang membawa serta paman dan bibinya tak pelak menjadi pusat perhatian. Untuk itu, Sakura segera menempati kursi yang disediakan dan memulai inti dari acara.

"Selamat pagi, para petinggi istana yang telah hadir sekalian," atensinya diarahkan pada masing-masing penghuni ruangan. Kendati Sakura
Merasa begitu berhak untuk mendapatkan posisi ini, namun dirinya sangat yakin pula bahwasanya ada beberapa yang tak setuju dengan hal tersebut, "Tentunya kalian sudah tau bahwa alasan aku melakukan pertemuan ini dikarenakan akan ada pembahasan yang cukup penting. Jadi tanpa berbasa-basi di waktu yang berharga ini, aku ingin mengumumkan bahwa yang akan kubahas adalah mengenai tahta."

Semua orang tentu saja telah menebak bahwa Sakura lah yang akan menempati tahta tersebut seperti deklarasi di pengadilan. Barangkali pertemuan kali ini adalah untuk menegaskan hal tersebut.

"Dan mengenai siapa orang yang akan menempati posisi tersebut, maka aku akan memberikannya pada Haruno Sasori."

Dan ya, seperti dugaan Sakura. Suasana berubah menjadi berisik dengan mulut terkejut serta protes semua orang. Maka untuk mendiamkannya, Sakura memukul meja sehingga mulut-mulut itu seketika bungkam. "Aku pikir kalian terlalu dewasa untuk meribut seperti anak kecil, dan lagi kalian adalah manusia dengan kesempatan terdidik di sebuah akademi, bukankah seharusnya kalian tau cara menyampaikan pendapat dengan benar?" Beberapa yang membuat keributan berdehem malu, lantaran ditegur perihal etika oleh seorang gadis belia, "Alasanku mengumpulkan semua di sini sudah jelas bahwa aku memberikan kesempatan pada kalian untuk berpendapat. Jadi tertiblah sebagaimana seorang petinggi istana."

Haruno Sasori serta Karin sama-sama tersenyum tipis, Gadis itu seperti magnet yang diamnya saja mampu menarik perhatian, lebih lagi ketika beraksi. Semua yang dilakukannya mampu menarik orang untuk dapat dipengaruhi.

"Izin bebicara yang Mulia," Yamanaka Inoichi unjuk Suara, "Apa Anda selama ini tidak tau bahwa sejak ratusan tahun Uchiha sang pemilik sharingan lah yang selalu memimpin tahta? Dan lagi, dengan Anda yang mengubah sejarah itu menunjukkan bahwa Anda tidak menghormati leluhur yang sudah menciptakan kerajaan ini, ialah Uchiha Madara."

Sakura menoleh, pertanyaan ini adalah kalimat yang telah ia perkirakan akan keluar. "Benar sekali, sejarah itu sudah terbentuk ratusan tahun lamanya. Namun tidak ada maksud dariku untuk tidak menghormati leluhur. Aku datang dan berpendapat bukan hanya sekedar berkoar-koar dan membuat keributan. Sejak aku mendeklarasikan diri sebagai pemimpin yang ingin membuat peraturan adalah karena yakin bisa bertanggung jawab atas apa yang kukatakan. Sedangkan yang tengah aku upayakan saat ini disebut revolusi dalam politik, sejarah adalah sejarah, mereka harus tetap dihormati dari generasi ke generasi. Namun dalam sebuah perkembangan, kita harus melalui yang namanya evaluasi, setelah kemudian mengetahui letak masalahnya untuk melakukan perbaikan. Kemudian pola pikir kita harus terbuka untuk tau mana yang berpeluang memberikan perkembangan itu sendiri," kalimat itu dijeda untuk menatap semua orang satu persatu.

THE MISSING QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang