Renjun menopang dagu dengan tangan kiri, sedangkan tangan yang satu nya sibuk mencatat apa yang sedang guru nya sampaikan di depan.Disamping kanan nya ada Haechan yang malah sama sekali tidak mencatat apapun yang guru mereka terangkan itu. Dia hanya memutar-mutar bahkan menggigit pulpen nya.
Sekilas ide jahilnya muncul, Haechan mengambil ancang-ancang kemudian menyenggol tangan Renjun yang sedang mencatat itu, alhasil sekarang sebuah goresan panjang tergambar di kertasnya.
Mata Renjun membulat, melirik Haechan lalu menjewer telinga laki-laki itu.
"Aduh aduh! Sakit!!" rintihan Haechan membuat seisi kelas dan guru nya menoleh.
"Renjun, tolong untuk tidak membuat ribut di kelas!" tegur sang guru.
"Tapi pa—"
"Sudah, perhatikan. Keluar saja jika kamu tidak ingin memperhatikan saya yang sedang berdiri di depan."
Renjun bungkam, sedikit merasa kesal juga. 'Kok jadi gue yang kena sih, anjing!' Renjun menggerutu di dalam hati nya. Ia pun menatap Haechan yang tampak sedang menahan tawa tersebut.
"Saya ijin ke toilet dulu, pak." suara Renjun.
"Silahkan, jangan lama-lama. Kelas saya hampir selesai."
"Baik, pak." Renjun pun berdiri dari duduknya kemudian berjalan keluar kelas.
Haechan menatap Renjun yang sudah pergi keluar dari kelas.
"Pak, saya juga ijin ke toilet. Udah kebelet." ujar Haechan.
"Ya, jangan lama-lama."
Haechan langsung bangkit kemudian pergi keluar. Ia berlari, menyusul Renjun yang belum berjalan jauh. Sekarang Haechan menyeimbangkan langkahnya dengan Renjun.
"Ngapain lo ikut keluar?!" tanya Renjun dengan nada yang sedikit tidak santai.
"Terserah gue lah."
Renjun menghela napas, tampak sudah sangat frustasi tapi itu malah membuat Haechan terkekeh.
"Sorry, ya. Jadi lo yang kena barusan."
"Gak usah minta maaf lo. Gak akan gue maafin!"
Haechan tersentak mendengar itu, "Kok gitu sih?? Ayo lah maafin gue, Renjun. Sama calon suami masa gitu."
Renjun langsung memasang raut wajah geli, ia melirik Haechan kemudian mendorong laki-laki itu untuk menjauh, "Apa sih, monyet!"
"Cie salting, ya~" Haechan malah menggoda Renjun, dia mencolek pipi remaja itu.
Namun Renjun langsung mengusap kasar pipi nya yang habis dicolek oleh Haechan itu, "Gak usah colek-colek! Rabies gue nanti."
Mendengar itu Haechan malah ingin semakin menggoda Renjun. Ia ingin terus melihat ekspresi lucu Renjun ketika sedang kesal itu, ada kepuasaan dalam hatinya ketika dia berhasil membuat remaja itu kesal.
"Diem gak, nyet??!!!" Renjun memperingati saat ia melihat Haechan hampir menyentuhnya lagi.
"Gak mau~" ucap Haechan sambil menjulurkan lidahnya.
Renjun mengepalkan kedua tangan nya, menahan agar ia tidak kelepasan menonjok wajah menyebalkan remaja Lee itu. Renjun mempercepat langkahnya menuju toilet, ia masuk ke dalam dan mengunci pintu nya. Meninggalkan Haechan diluar sendirian.
"Lo gak ajakin gue masuk??" teriak Haechan dari luar.
"Ya ngapain gue ngajakin lo masuk, bodo?!! Lo kalo dah kebelet ya ambil toilet sebelah!!" jawab Renjun yang juga berteriak dari dalam.
"Mau nya sama lo berdua!"
Tidak ada jawaban lagi. Tetapi tak lama dari itu, pintu di depan nya terbuka, menampilkan Renjun yang sekarang terlihat menggenggam sebuah gayung.
Haechan nyengir, lalu tertawa canggung, "Hehe, ampun! Lo mau getok gue, kan?"
Tanpa berkata-kata, Renjun benar-benar memukul kepala Haechan menggunakan gayung, tapi tidak terlalu keras namun tetap menimbulkan bunyi.
Setelah itu, Renjun meletakkan gayung tadi dan hendak pergi keluar. Tetapi Haechan malah mendorongnya untuk masuk lagi.
Kini kedua nya berada di dalam toilet. Renjun tentu saja terkejut karena itu.
"Chan! Lo mau ngapain sih?!!"
"Uhmm... enaknya ngapain?" ucap Haechan, membalikkan pertanyaan.
"Gak lucu. Kelas pak Yunho bentar lagi beres, kita harus cepet balik lagi ke kelas." ujar Renjun, nada nya terdengar sedikit panik.
"Gak lucu, ya karena yang lucu cuma lo." tangan Haechan meraih dagu Renjun, agar dia dapat menatapnya, "Ya mending gak usah balik lagi. Tanggung juga, kan?" Haechan semakin mendekatkan wajahnya pada Renjun.
Renjun sendiri hendak memundurkan wajahnya namun tidak bisa sebab Haechan dengan cepat menangkup wajahnya hanya dengan satu tangan nya.
"Jangan ngejauh gitu dong, sayang."
Perkataan Haechan membuat dahi Renjun semakin berkerut. Sial nya malah sekarang Renjun tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, detak jantungnya semakin kencang. Ia harap Haechan tidak mendengarnya.
Tangan Haechan yang lain bertumpu pada dinding, yang satu nya masih tetap setia menangkup wajah remaja di depan nya.
Perlahan Haechan semakin mengikis jarak, Renjun pun entah kenapa malah langsung menutup kedua matanya. Melihat itu Haechan terkekeh, gemas melihat reaksinya. Bahkan sekarang sudah terlihat jelas wajah remaja itu memerah.
Haechan berusaha semaksimal mungkin agar tawa nya tidak lepas begitu saja.
Hal selanjutnya yang terjadi, Haechan mengusak gemas rambut Renjun. Tentu saja mendapat perlakuan seperti itu, Renjun pun membuka matanya.
Ada sedikit perasaan kecewa dan juga kesal. Yah.. kalian tahu apa yang sudah Renjun bayangkan tentang hal yang akan terjadi berikutnya.
"Gemes deh. Udah yuk, keluar. Udah mau jam istirahat." Haechan membuka pintu toilet kemudian keluar duluan.
Renjun sendiri masih terdiam untuk beberapa saat. Ia menghela napas, lalu ikut keluar dari sana.
.
.
.Guys... vote komen yaa :"
KAMU SEDANG MEMBACA
Matchmaking 2 | Hyuckren
FanfictionAnother Story of Matchmaking Hyuckren - bxb! homophobic can left this