Taman Senja tidak pernah lagi kau datangi. Bunga daisy yang kita tanam telah mati dan layu, kursi ayunan sudah lapuk dan dikerubungi tanaman liar.
Taman favoritmu terbengkalai, dan salahnya aku juga tidak pernah datang lagi dan merawatnya seperti dulu. Waktu dimakan oleh kehidupan masing-masing, mungkinkah Taman senja merindukan Tuan dan Nona manisnya?
Aku datang ke Taman Senja, seorang diri. Aku pakai lagi gaun putih berenda dengan corak bunga-bunga kesukaanmu, tidak memakai alas kaki. Kubawa keranjang piknik berisi dua poti lapis dengan selai strawberry dan coklat, roti dan selai homemade-ku adalah kesukaanmu.
Kubawa juga kudapan yang selalu kau beli di dekat apartemenku, segala yang kubawa dan kupakai adalah kesukaanmu. Aku rindu tempat di mana kau selalu melepas penat dan membutuhkan telinga yang dapat mendengarkan segala keluh kesahmu.
Aku rindu bagaimana kau bercerita banyak tentang keseharianmu yang terdengar menyenangkan di setiap bagiannya. Aku juga rindu di mana kau sepenuhnya jadikan aku sebagai rumahmu ketika kau ingin pulang. Aku hanya bisa rindu, tak bisa kuminta waktu tuk ulang kembali, waktu terus berjalan membuat masa lalu dan kenangan.
Kubentangkan kain piknik berwarna putih yang biasa kita pakai di atas rerumputan, dulunya rerumputan ini tumbuh sangat hijau namun tak ada lagi kehidupan dan keindahan dalam taman ini, tak ada lagi keelokan.
Segalanya telah gugur, tidak ada lagi bunga-bunga dengan warna indah, tidak ada lagi aroma rerumputan basah yang diguyur hujan, tidak ada lagi irama nyanyian burung Kakaktua atau kicauan merdu burung Goldfinch. Bahkan tidak ada lagi pesona rancak sayap kupu-kupu biru dan cemerlang kepak sayap merpati, mereka adalah teman-temanmu.
Roti dan kudapan aku keluarkan dari keranjang, aku letak dan tata rapi di atas kain putih ini, juga dua tempat minum bening berisi coklat panas dan teh chamomile. Semua sudah lengkap, loka mengizinkanku berkunjung kecuali sosok yang tidak akan pernah datang ke taman ini lagi, telah pergi Tuan manis dari ranah kedamaiannya.
Senja juga pesona nabastala yang sangat kau sukai, kuberi nama 'Taman' dan kau beri nama 'Senja'. Aku nikmati piknik kesendirian ini dengan kalbu yang gamang, tak ada keindahan, tak ada dirimu.
Oh, gegana mendung ada di atas kepalaku, apakah dia akan membasahi sekujur raga yang sedari tadi dibelai oleh antari dingin? Ke mana senja favoritmu?
"Nona? Kaukah itu? kau datang lagi, cintaku?"
Siapakah pemilik suara itu? Oh, Tuan Manis? Dia datang!
THE END