1. A

9 0 0
                                    

Atmaja Pradipta, seorang pemuda yang baru saja memasuki usia legalnya. Ia tak  menyangka 15 tahun ia bekerja di keluarga Smith bersama dengan ayah ibunya. Sejak kecil ia terbiasa untuk membantu ayah dan ibunya di keluarga itu. Akibatnya ia mahir sekali bekerja di ladang dan juga di dapur.

Seperti itulah, ia mahir dalam membuat makanan enak dan juga kue manis untuk dihidangkan. Selain itu ia juga pandai dalam mengurus tanaman, bahkan di rumah pondok yang diberikan keluarga Smith untuk ia dan keluarganya ditumbuhi berbagai macam buah buahan dan sayur-sayuran. Ia begitu bersyukur karena keluarga Smith masih memanusiakan orang rendah seperti mereka. Karena tidak banyak keluarga bangsawan memanusiakan budak seperti mereka ini. Rumah pondok itu juga sebagai bentuk hadiah oleh keluarga Smith kepada keluarganya karena telah setia pada mereka bertahun-tahun lamanya. Maka sebisa apapun Atmaja akan melakukan perintah dari sang majikan tanpa bantahan apapun. Atmaja beranggap itu adalah bentuk terimakasih yang bisa ia berikan atas kehidupan yang nyaman ini.

Seperti sore ini, Atmaja sedang berada di dapur membantu ibunya dan pelayan -pelayan lain untuk menyiapkan makanan-makanan untuk pesta sesuai perintah dari Sang Nyonya.

Ya benar, Pesta

Hari ini tepatnya di mansion milik keluarga Smith akan diadakan pesta penyambutan Putranya yang baru saja pulang dari perang di bagian barat sana.
Nyonya Smith meminta Atmaja untuk membantu pelayan dapur membuat kue-kue karena kue buatan Atmaja sangat lezat sekali. Wah rasanya Atmaja ingin bermimpi untuk membuat toko kue.Ya setidaknya bermimpi saja dulu.

Kalau dibilang apakah Atmaja pernah melihat wajah Putra dari pasangan suami istri itu? jawabannya adalah tidak. Karena, sejak umur Putra Nyonya Smith 2 tahun, ia sudah di bawa pergi ke negera untuk belajar agar ia bisa menjadi penerus keluarga Smith yang benar, karena ia adalah anak tunggal, maka dia dipaksa untuk serba bisa. Oleh karena itulah ia dan putra dari tuannya tidak pernah bertemu sama sekali. 

"Maja, tolong kau olah persik itu dan jadikanlah ia selai untuk roti ini"

Lamunan Atmaja terhenti ketika Bi Yanti-salah satu pelayan disana memanggilnya untuk membuatkan selai.

"Baik bi, akan Maja kerjakan ketika sudah selesai menguleni adonan ini. Bagaimanapun adonan harus tetap sempurna kan?" jawab Atmaja dengan senyum manis dibibirnya.

"Iya sudah, buah persik-nya akan bibi cuci terlebih dahulu, setelah itu tolong buatkan selai ya Maja, kita tak punya banyak waktu" Jawab Bi Yanti.

"Iya bibiku yang cantikk, akan Maja kerjakan"

"Ucapanmu manis sekali Maja, seperti buah persik ditahun ini, semoga wanita disana tidak mudah tergoda dengan ucapan manismu itu" jawab Bi Yanti sedikit meledek.

"Mana ada wanita yang mau denganku bi? mendekati ku saja sepertinya mereka tidak sudi" jawab Atmaja menimpali ledekan bibinya itu.

"Jangan bilang seperti itu Maja, bagaimanapun kau kan sudah harus sudah mencari pasangan untuk kau nikahi kelak, kau mau terus melajang?" masih saja dengan pembahasan menikah, lagipula wanita mana yang mau dengan kaum rendah dekil dan kusam sepertiku?pikir atmaja.

"Tidak apa-apa aku melajang, asalkan aku masih bisa membantu bi Yanti di dapur ini. Nanti kalau aku menikah dan jarang ke dapur ini, bi Yanti lah yang rindu padaku, kan aku tidak tega bi"
timpal Atmaja dengan canda mencoba memberhentikan topik ini.

" Yang ada aku tenang kau tak ada disini  Maja, kau disini aku malah tambah banyak bicara karena harus berkali kali memanggilmu" marah bi Yanti.

"Hehe, maafkan aku bi, lagipula kau kan juga butuh aku" jawab atmaja dengan senyum yang menunjukkan gigi putihnya.

"Aduhh silau sekali gigimu Maja, kau pakai pemutih pakain atau pewarna sih?sudah jangan tunjukan senyum mu itu bisa bisa perabotan disini tiba tiba mengkilap" jengkel bi Yanti

"Aduh bibi sungguh lucu sekalii" jawab Atmaja masih dengan senyumnya

"Eitss sudah-sudah, kalian ini seperti adik kakak yang berbeda umur jauh saja, kau juga Yanti, kau kan sudah tua, umur mu bukan remaja lagi, apakah tidak mau menikah dengan priamu itu?" tanya Diyah, ibu dari Atmaja yang muncul ditengah-tengah mereka sebagai batas untuk mereka berdua.

"Kakak, kenapa kau menanyakan seperti itu?? aku belum tua, umurku saja baru 27 tahun" rengek Yanti.

"Baru? 27 tahun itu sudah tua Bi, kau harus menerima itu, hahaha" tawa Atmaja karena berhasil meledek lagi bibinya itu.

"Apa katamu?!!Aku tua?!!cihh sini kau anak kecil akan kuhajar kau!!" marah Yanti dan berusaha menggapai badan Atmaja yang dibatasi oleh kakaknya.

"Aduhh! tidakk!! bibi saya minta maaf bi, ini adonan ku nanti akan tidak sempurna bi! tolong ampuni!!" teriak Atmaja mencoba meminta ampun karena Yanti masih terus mencoba menarik badannya.

"Haduh jangan seperti ini tolong, nanti nyonya marahh" Diyah masih mencoba menengahi mereka dengan menghalangi tangan Yanti agar tidak menarik badan Atmaja.

"Tidak bisa begitu kak! anak ini harus diberi pelajaran bagimana cara menghormati bibinya!" masih dengan nada jengkel, Yanti mencoba menarik badan Atmaja.

"Aduh bibi! aku itu berkata fakta bukannya berniat untuk tidak sopan!" Atmaja masih saja menjawab walau sekarang badannya sudah sedikit tertarik oleh bibinya itu.

"Tidak bisa!kamu harus bibi kasih pelajaran!

Masih dengan posisi saling dorong mendorong, tiba-tiba saja Nyonya Smith berkunjung ke dapur dan mendapatkan keadan dapur yang sangat ramai sekali.

"Ada apa ini?!!" marah Sang Nyonya.

Atmaja, Diyah, dan Yanti yang mendengar itu tiba tiba langsung diam berdiri sambil menundukan kepala mereka.Diyah yang melihat mereka berdua hanya diam, akhirnya mulai berbicara

"Maafkan kami nyonya, kami hanya sedang mengobrol dan bercanda" jawab diyah ketakutan.

"Bercanda?!! di hari spesial ini kalian masih bercanda?! apakah kalian tidak peduli dengan pesta ini hah?! IYA?!"

Diyah tersentak kaget, Atmaja yang melihat itu segera berbicara menggantikan ibunya.

"Mohon maaf nyonya, kami sungguh tidak bermaksud untuk tidak mengangap hari ini tidak spesial, kami hanya melepas penat kami dengan sedikit bercanda agar kebahagiaan tetap meliputi kami ketika membuat kue, sehingga rasa dari kuenya akan lezat nyonya, kami sungguh minta maaf" jawab Atmaja dengan sungguh-sungguh

"Yang dikatakan Atmaja benar nyonya, dalam membuat kue, perasaan yang membuat harus baik dan bahagi, karena rasa yang ada dalam kue itu adalah campuran perasaan pembuat nyonya"

Yang dikatakan Yanti seratus persen benar, karena dalam kita membuat kue, kita harus menuangkan perasaan kita dalam adonan agar kue yang dihasilkan terasa lezat dan membuat orang yang memakannya senang.

"Entah mitos darimana itu aku tak peduli, aku hanya ingin kue kue ini lezat tanpa sedikitpun cacat. Ingat! ini adalah hari penting! dan aku juga tak mau melihat kekacauan di dapur ini lagi, bukan hanya untuk kalian saja tapi untuk yang lainnya juga! PAHAM KALIAN SEMUA?!" teriak Nyonya Smith.

" Yes, madam." jawab mereka semua.






HAI HAI GUYSS
AKU NYOBA BUAT CERITA YANG BERLATAR BELAKANG TAHUN LALU😭karena aku lagi tertarikk sama cerita cerita yang berlatar belakang masa-masa 1900s gituuuu.
Aku baca di wattpad banyak yang menarikk tapi sayangnya banyak juga yang gak ngelanjutin, akhirnya yodahlah nyona menuangkan fantasi sendiri😜

SEMOGA SUKA YAAA

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA KAWANNN🤩

In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang