Atmaja Pov
Pesta malam ini sangat meriah, banyak bangsawan-bangsawan yang memakai pakaian megahnya untuk hadir ke pesta.
Para Putri dari keluarga terpandang juga tampil cantik sekali malam ini. Bibir yang dipoles, sanggul yang ditata rapih, pakaian yang mewah, perhiasan di sana sini membuat mataku silau melihatnya. Apakah mereka tidak berat memakai itu semua? dilihat lihat kalungnya saja penuh dengan berlian besar, mereka tidak mungkin terkena bungkuk karena memakai kalung itu kan? sudahlah, namanya juga tuan putri.
Pastinya mereka sedang mencoba untuk menarik perhatian Tuan Muda keluarga Smith. Aku yakin mereka ingin sekali bisa berkencan atau menghabiskan satu malam dengan si Tuan Muda. Entahlah, kenapa orang-orang terlalu sibuk mencari pasangan, padahal sendiri saja itu lebih enak. Membuat kue, membantu ayah dan ibumu di ladang, menanam tanaman, memandikan kuda dan setelah itu kamu bisa duduk bersantai di bawah pohon sambil menikmati angin. Kenikmatan mana yang mau kau dustai? tidak ada.
Ngomong-ngomong malam ini aku sedang beristirahat dari pekerjaanku. Ya setelah membuat kue dengan jumlah lebih dari seribu itu aku meminta untuk digantikan oleh Andini -Kepala koki di dapur. Kalian kaget kan kenapa aku tidak jadi kepala koki padahal skil ku lumayan bagus? ya itu jelas karena pangkat kami. Aku hanya rakyat kecil tak berpendidikan yang dipungut oleh keluarga Smith, sedangkan Andini adalah lulusan universitas Sword, salah satu universitas terkenal di kota ini.
Sebenarnya aku jga tak berharap untuk dijadikan kepala koki, bisa membuat kue yang lezat itu sudah cukup untukku.Saat ini aku berjalan jalan sambil menikmati bunga di setiap sisi. Tanpa aku sadari ternyat aku sudah sampai di sebuah danau kecil yang berada di taman ini.Pohon apel yang tidak jauh dari danau berdiri kokoh di sana. Tanaman teratai yang mengapung diatasnya kebetulan sekali bunganya sedang bermekaran. Lihatlah warnanya yang putih itu, terlihat bercahaya dibawah sinar bulan, aku bertanya tanya, apakah dulu teratai adalah putri yang dikutuk menjadi bunga?cantik sekali.
Aku duduk di bawah pohon apel sambil kupejamkan mataku menikmati angin malam. Suara langkah kaki tiba tiba terdengar ditelingaku dan kurasakan sebuah bayangan menutupi penglihatan ku sepenuhnya.
Aku buka mataku perlahan dan sosok pria bertubuh tinggi serta berbadan besar masuk dalam penglihatanku.
Rambut blonde dan mata berwarna biru, wajah tampan yang terstruktur dengan sempurna, bibir yang indah bagai pahatan patung berada tepat di depanku menghalangi cahaya bulan. Apakah ia malaikat? siapakah pria tampan ini? sungguh begitu sempurna untuk seorang bangsawan.
Eh?
bangsawan?
bang.sa.wan?
HEH?!!
BANGSAWAN?!!
"Astaga! mohon maaf tuan! apa anda tersesat? apa anda tidak tahu pesta berada dimana? mari saya antar!"
Aku berdiri dengan cepat dan memberi hormat lalu mencoba menanyakan mengapa dia bisa disini. Aku heran, danau ini bukannya sangat indah, hanya danau biasa yang dipenuhi katak dan lintah jadi tidak memungkinkan para bangsawan mau ke danau yang lembab ini, ya tentunya karena masalah kebersihan. Mereka takut sekali kotor.
Aku segera berjalan dan mempersilahkan ia untuk memimpin jalan dan aku dibelakang akan menunjukan arahnya. Kenapa aku tidak memilih berjalan lebih dulu untuk menunjukkan jalan? karena budak tidak boleh berjalan di depan maupun di samping bangsawan. Tapi sebelum aku melakukannya, ia menarik tanganku dan membawaku ke dekapannya, eh ke dekapannya?terlalu vulgar.
"Untuk apa?aku tidak sedang mencari pesta"
Suara berat dan tegas itu menyapa pendengaranku. Alih-alih takut, aku terkesima dengan suaranya. Sungguuh sangat cocok dengan wajahnya.
Beberapa detik aku memandangi wajah itu dan aku baru sadar kalau kami masih dalam posisi yang sedikit aneh??
cepat-cepat aku berdiri dan membungkukan badan memberi hormat sekali lagi."Maaf tuan telah lancang, jikalau tuan tidak mencari pesta, lantas apa yang tuan cari di taman yang kotor dan lembab ini?mohon beritahu saya apa yang bisa dibantu" jawabku dengan sopan.
"Berdiri, tidak usah memberi hormat seperti itu" perintahnya.
"Maaf tuan, tidak sopan bagi rakyat seperrti saya untuk berbicara dengan kepala tegak tuan" jawabku.
"Siapa yang mengatakan itu?" jawabnya dengan dingin.
"Itu sudah aturan yang harus kaum kami patuhi, dan kami tidak bisa menentangnya." jawabku.
Ia tak langsung menimpali kalimatku, ia terdiam dan sepertinya sedang mengamati diriku.
Beberapa menit terlewati dan akhirnya dia berbicara lagi.
"Berdiri"
"Siapa namamu?" tanya nya.
Aku pun segera berdiri namun tatapan ku menunduk.
"Atmaja, Atmaja Pradipta tuan" Jawabku memperjelas namaku dan mencoba mengintip ekspresi wajahnya.
Dan aku sungguh menyesali perbuatanku, karena saat aku melakukannya, pemandangan yang sangat indah terlihat jelas dihadapan ku. Senyum yang teduh itu masuk ke penglihatanku
Sungguh sangat menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Past
Fantasy1950, dimana tahun itu adalah tahun negara Agansa ini kedatangan bangsa asing, negara yang berada di timur ini berdiri kokoh karena kemiliterannya yang kuat. Tahun itupula masih adanya kasta diantara manusia. Kaum bangsawan dan kaum rendahan atau ya...