ATLET PANAH

3 1 0
                                    


Beberapa tahun sebelumnya..

Suasana kantin sepi tidak seperti biasanya, Hanya beberapa bangku yang ditempati oleh beberapa siswa yang sekedar istirahat dari jam pelajaran yang masih berlangsung lama, Tampak seorang laki laki SMA tinggi sedang duduk di kantin sekolah bersama kekasihnya dengan gitar di antaranya, Seolah kantin sekolah milik mereka berdua sahaja.

“Bra lo habis ini mau kuliah kemana ? atau langsung kerja ?” Pertanyaan itu tertuju kepada Ibra yang masih sibuk mengotak ngatik gitarnya

“Nad, Lo kan tau kondisi gua kek mana ? Gak mungkin kali gua kuliah”

Nadiya termenung oleh jawaban Ibra, Dia mengetahui kekasihnya di ambang keterpurukan, Karena kejadian beberapa bulan yang lalu, Yang memaksa ibra tak lagi menjadi siswa yang harus belajar, Namun juga menjadi siswa yang harus menghasilkan uang untuk kehidupan dirinya, adiknya dan ibundanya.

“Nad, Mending lo putusin gua aja”

“Hah, Nggak lah gilak, Ngapain ?

“Gua gak yakin bakal bawa kebahagiaan buat lo, Apalagi sampai ke ranah pernikahan” Jawab ibra dengan muka datarnya

Nadiya merangkul sang kekasihnya untuk menyakinkan nya “Gak, Gua gak mau, Gua bakal nerima lo apa adanya”

Ibra hanya tersenyum kecil mendengar perkataan itu, Dia bahagia memiliki kekasih seperti nadiya

“Oh iya bra, Lo nanti sung kerja habis pulang ?”

“Iyalah”

“Yaudah nanti malam bisa gak ? Gua mo ngajak Lo ke angkringan yang baru”

“Split bill ya, Gua gak banyak uang sekarang”

“Gua yang bayarin”

“Hah, Tapi nad-”

“Gak boleh nolak, selama ini lo yang bayarin mulu, Giliran gua lah”

Ibra hanya menghela nafasnya dengan kelakuan nadiya yang ingin mentraktirnya “Dah balik ke kelas yuk, Takut bu desi curiga”

Mereka akhirnya meninggalkan kantin dan langsung kembali ke kelas mereka yang di mana sedari tadi mereka berizin untuk mengembalikan buku perpustakaan yang dipinjam.

°°°°°°

Waktu ishoma telah tiba, Siswa siswa berhamburan kesana kemari untuk menunaikan shalat dhuhur atau pergi ke kantin untuk mengganjal rasa lapar mereka.

Ibra yang sudah menunaikan shalat nya bergegas menuju ruangan wakasek untuk menemui guru olahraganya, Yang di mana dia mendapatkan pesan untuk mengambil uang hasil jerih payahnya mendapatkan juara se provinsi dalam lomba panahan beberapa pekan yang lalu, Ia senang bukan main karena uang yang didapatkannya cukup bernilai tinggi dari pada lomba lomba panahan sebelumnya.

“Assalamualaikum pak” Salam Ibra

“Waalaikumsalam, Oh nak ibra ya, Ini silahkan” Semari menyodorkan amplop putih, piala dan sertifikat

“Kamu punya bakat nak ibra, Jarang jarang sekolah kita punya atlet panah seperti kamu, Namun sayang banget ya ntar lagi kamu lulus” Imbuh wakasek

“Ah, Bapak bisa aja, Pasti ada di luaran sana yang lebih mahir daripada saya pak, Cuman belum berani aja nampilin bakatnya”

“Iya iya”

“Kalau begitu saya langsung ke kelas lagi pak, Saya mau istirahat sudah pusing dengan pelajaran pak”

“Oh, Iya silahkan nak ibra”

Ibra langsung meninggal ruangan wakasek dan menemui nadiya yang di mana nadiya akan menyusulnya ke wakasek.

Dan benar saja nadiya sudah berdiri di luar ruangan wakasek yang satu gedung dengan ruang guru

“Cieee, Cair dapat berapa bra ?”

“Bentar” Ibra menyobek amplop putih itu dan mulai menghitung uang yang didapatkannya. “2 juta 800 Nad, Banyak buset”

“Widih, Lo simpen aja tuh uang, Gak kok gua gak bakal nyuruh lo bayarin buat nanti malem”

“Siapa juga kali yang mo berprasangka gitu, Dah ah balik kelas aja”

Nadiya senang mendengar hal itu, Menurutnya kekasihnya adalah laki laki yang sudah bisa menjadi calon suaminya, Kedua orang tua nadiya pun sudah akrab dengan Ibra, Yang di man Ibra sudah mendapatkan restu dari kedua orang tua nadiya.

°°°°°°

Sore menjelang mangrib, Ibra pulang ke rumahnya untuk melepas penatnya dari pekerjaan yang baru ia jalani, Ia menjadi pramusaji di sebuah warung makan, Dia menaruh tas gitarnya dan tas sekolah.

“Kak, kakak sekuat itu ya, Udah bawa tas sekolah bawa lagi tuh gitar”

“Emang kenapa toh ? Wong kakak kuat”

“Iya dah, Itu bunda udah masak, Sana makan”

“Oh iya, Bunda gimana ?”

“Tadi kambuh lagi kak, Obatnya udah diminum kok, Mungkin kecapean”

“Adek gimana sih, Gak becus banget jagain bunda, Udah tau bunda punya penyakit, Terus kenapa gak adek aja yang masak”

“Loh ? Adek pulang sekolah kak, Ibu dah masak pas itu, Jangan nyalahin adeklah”

“Ahh, Adek mah”

“Apa ?”

Ibra mengkerut kesal dengan perkataan adiknya yang seolah menantangnya, Namun Ibra juga sadar jika dia sudah salah memarahi adiknya

“Kakak minta maaf”

“Buat ?” Tanya adeknya

“Yang barusan”

“Iya”

Bunda mereka diam diam melihat pertengkaran singkat itu, Hatinya tak kuasa menahan sedih kedua anaknya, Bundanya merasa begitu bersalah karena dirinya tak pandai memilih lelaki sebagai suaminya, Dan yang akhirnya membawa keluarga mereka dalam kesulitan.

Ibra bergegas menuju kamar ibundanya, Untuk menyerahkan uang yang dia dapatkan

“Bun” Panggil Ibra di balik pintu kamar

“Masuk aja nak, Ada apa ?”

Ibra memasuki kamar bundanya, Dengan perlahan langkahnya menuju bundanya tak lupa Ibra bersalaman dengan bundanya “Ini bun, Uang ini hasil juara lomba panahan yang Ibra ikuti beberapa pekan yang lalu bun” semari menyodorkan uang nya

“Udah bra, Pegang kamu saja”

“Gak apa apa kok bund, Ibra udah ambil kok buat kebutuhan Ibra sendiri” jawab Ibra

Ibunya hanya tersenyum kecil melihat anak pertamanya berjuang sekuat tenaga untuk menghasilkan uang layaknya kepala keluarga.

Setelahnya Ibra bergegas untuk mandi dan menunaikan kewajiban agamanya.

°°°°°°

Jam dinding berdetak untuk sekian kalinya dan menunjukkan pukul 19.20, Di mana Ibra sudah siapa untuk keluar bersama kekasihnya, Tak selang lama dari itu bunyi motor menghampiri kediaman Ibra, Tak salah lagi itu
adalah nadiya.

“Masuk aja dulu nad”

“Iya, Gua mo ketemu sama bunda”

“Bunda ? Bunda gua sudnya?”

“Iyalah, Bunda Lo bunda gua juga”

Ibra hanya tersenyum di dampingi oleh adiknya yang heran kenapa nadiya menyukai kakaknya yang menurut adiknya biasa biasa saja, Tampang nya saja mirip kuda.

“Dek jagain ibu ya”

“iya iya”

Setelahnya mereka pergi tempat angkringan yang nadiya inginkan.

PELURU KELUARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang