『 Prolog 』- Lingkaran Iblis

44 12 2
                                    

"Sade!"

Kakiku sontak bertambat di atas keramik putih. Ratusan panah menusuk dadaku dalam satu waktu. Suara melengking itu terus menggema di gendang telinga. Mantra sang Siren yang menyelimuti panggilan itu telah menghasutku untuk segera berbalik—mencari tau sang pemanggil.

Suatu sosok masuk ke sudut mataku. Surainya yang bergelombang menyapu debu kehampaan. Seluruh pasangan mata tertuju padanya. Dengan kakinya yang elok, ia melangkah, menaburkan benih-benih senyuman ke sekitar. Binaran mata amber-nya telah menerangi hatiku yang gelap gulita—yang selalu dipenuhi kekosongan. Seragam putih abu-abu kebanggaan sekolah telah menyatu pada tubuhnya, menunjukkan tubuhnya yang rupawan nan jelita. Tak hanya kaum adam, bahkan kaum hawa juga terpikat oleh keindahannya.

Setelah kesadaranku kembali, teori dari berbagai arah seketika menyelinap ke dalam pikiran. Kenapa dia memanggil namaku? Apakah ada sesuatu yang penting? Apa guru BK memanggilku lagi? Apakah ... dia telah menyadari keberadaanku—tepat setelah masa abu-abu ini akan berakhir? Diriku yang culun dan hampa ini?

Diriku berusaha untuk menanggapi panggilannya yang tak diduga-duga—walaupun pikiranku masih belum kosong. Tanganku terangkat sembari menunjukkan deretan gigi putihku sebagai balasan—yang masih kurang—atas mimpi di kala malam itu, yang akhirnya terwujud tepat di depan mataku—secara nyata, bukan ilusi semata.

Tepat di detik itu juga, gadis itu lalu-lalang, tanpa melempar tatapan amber-nya yang menawan, tanpa mempersembahkan wajahnya yang rupawan padaku. Sepatu hitam dan lantai keramik nan dingin menjadi saksi lumpuh atas rasa kecewa dan juga rasa malu yang menggerogoti hatiku.

Gadis yang kuidamkan itu, kini bersikap malu-malu—seakan-akan masih perawan—sembari tersenyum lebar, tepat di depan lelaki lintah darat sialan itu. Sade Asmodeus—ialah lelaki sialan yang terkenal dengan cap: kehausannya akan nafsu yang selalu membara. Dari tatapan matanya saja sudah terlihat bahwa temperatur nafsunya sedang naik.

Diriku sejenak berpikir; semakin lama, diriku semakin bodoh. Meskipun begitu, aku—Sade Zadkiel—ialah lelaki beradab, tak seperti lintah darat dengan tatapan mesumnya itu. Bagaimana bisa aku ditakdirkan memiliki nama yang sama dengan lelaki biadab itu? Kurasa orang tuanya gagal menjahit benang-benang doa dalam namanya saat lahir.

Diriku menatap sekitar, beberapa ada yang memalingkan wajahnya dariku—ya, mereka menyaksikan kejadian memalukan itu, dan kurasa mereka merasa prihatin terhadapku. Ada juga yang berbisik-bisik sambil menunjuk menggunakan dagunya ke dua remaja yang sedang berkalbu dalam rasa cinta dan nafsu yang tak wajar.

Apa pun itu bukanlah urusanku, walaupun gadis idamanku itu berada dalam lingkaran iblis.

Sayang sekali, gadis yang polos itu kini berada dalam lingkaran busuk akibat hasutan kumpulan manusia—atau mungkin lebih tepatnya iblis.

Sade: Iblis dalam LingkaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang