epilog

44 20 3
                                    

“hai?”

good morning.

“hari ini anak kita udah genap lima tahun.”

she’s so pretty.. persis bundanya.”

i miss you so much ki.

“arabella seneng banget pas dikasih tau kakeknya tentang masa kecil bundanya, padahal tingkah lakunya ngga beda jauh.”

“dia cengeng banget sekarang.”

“apalagi kalau dia lihat foto pernikahan kita.”

“pasti ngomong ara mau ketemu bunda.”

“gue baru tau kalau ara ternyata suka banget sama pasta buatan neneknya.”

“makin ke sini gue bisa ngeliat kirana di ara.”

“mulai dari matanya, bibirnya, sampai caranya makan juga.”

“kina.”

“gue takut ngga bisa jagain ara sendirian.”

i need you.

please..” tok! tok! “ayah!” gadis kecil itu melangkahkan kakinya mendekati sadewa dan memeluknya. “bunda kapan bangun? ara tadi diejek temen ara.. katanya ara ngga punya bunda.”

“ara sedih..”

“tapi kenyataannya kan ara punya bunda.” sadewa mengusap kepalanya putrinya.

“tapi bunda ngga pernah bangun.” gumam arabella.

“bunda belum bangun.” arabella menatap tubuh bundanya yang terbaring dengan peralatan medis di seluruh tubuhnya.

“ara sayang bunda kan?” gadis kecil itu mengangguk perlahan.

“hari ini sudah berdoa buat bunda?”

gadis kecil itu menggelengkan kepalanya. “belum..”

“ara berdoa sama ayah ya habis ini.”

“pamit dulu sama bunda—” arabella mendekati tubuh bundanya dan memeluknya sembari memberikan kecupan kecil di pipinya.

“ara ditinggal terus sama ayah tau.. ara sendirian di rumah setiap hari.. bunda bangun yaa.. habis itu main sama ara.”

gadis itu meninggalkan kamar bundanya. “i’m sorry kin.”

sadewa mengusap rambut kirana. “i’ll try my best.” ucapnya lirih.

“gue pergi dulu.”

“nanti kita ngobrol lagi.”

i love you.

finish.

© whosnona.

she was bleeding and
losing a lot of blood after
giving birth.

we tried our best.

but..

she’s in a coma.

I will love you
till the end of time.

5391Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang