Prolog

7 1 0
                                    

-  VOTE & COMMENT GENGS -

- HAPPY READING -

****

     "Giaaaa, ada berita heboh!"

     "Gia, stop!"

     "Huaaa, demi apa? seorang Darka bakal sekolah disini, Gia!!"

     Gia yang ingin cepat-cepat pulang harus dicegat oleh ketiga sahabatnya ini. Fara, Vanya dan Teo. ketiganya heboh dengan berita yang baru saja mereka dapat. Tentu saja berita tentang seorang Darka---salah satu anak dari pengusaha terbesar, sekaligus anak pemilik SMA KARYA, SMA mereka.

     Siapa yang tidak tau Darka? bahkan ke sekolah terpelosok sekalipun tau Darka dan keluarganya. Tetapi, dari 4 bersaudara hanya seorang Darka yang di pindahkan ke SMA Karya. 

     "Darka pindah ke sekolah kita?khayalan gue selama ini jadi nyata. " Fara meremas kedua tangannya, bersyukur pada Tuhan karna laki-laki yang diidam-idamkannya bisa satu sekolah dengan mereka.

     "Stress, berita darimana emang?" Gia melirik Fara sekilas tak percaya. Gia tak mengenal Darka. Dia hanya tau dari ketiga temannya ini yang terlalu mengagung-agungnya seorang Darka yang bahkan belum pernah mereka temui.

     "Instagram sekolah. Lagi rame. Heboh bangat. Tambah rajin nih gue ke sekolah kalo gini ceritanya. Apalagi Darka kan seangkatan nih sama kita. Bisa aja dia satu kelas sama kita, huaaa." Vanya  memukul-mukul lengan Gia. Membayangkannya saja mampu membuat Vanya gila.

     "Beruntung Gia udah ada Farel. Jadi, saingan gue berkurang satu deh." Ceplos Teo.

     "Dih." Fara dan Vanya melirik Teo jijik. Gia hanya tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. Biarkan saja mereka dengan khayalannya, selagi tidak sampai gila.

     "Gak dapat Gio, Darka pun gapapa, Tuhan." Teo menadahkan tangannya seolah berdoa.

     "Makin menjadi gilanya." Ucap Fara menoyor kepala Teo.

     "Ya udah Gia, lo mau bareng gak pulang?" tanya Vanya.  "Teo kan bareng Fara. Biar lo sama gue."

     "enggak deh,duluan aja. Gue di jemput Bunda."

     "Ooh, gitu. Oke deh, kita duluan yah, Bye!!" Teo merangkul Fara di sisi kiri  dan Vanya di sisi kanannya dan pulang dengan motor matic mereka. 

---- 

Farel.

sayang, Aku sama Gio ada urusan penting sama anak-anak lain. Sampai rumah kabari yah. 

GIANARA.

Urusan penting tawuran lagi? udah hapal aku mah. Awas kalo kenapa-kenapa. Gak bakal aku maafin kamu sama Gio.

FAREL.

Siip, gak bakal.

     Gia tak lagi membalas. Lelaki yang sudah satu tahun ini bersamanya, membuatnya hapal apa yang di lakukan cowok itu bersama Gio saudara kembarnya Gia. Masih dengan lamunannya, sebuah mobil berhenti tepat di depannya. segera Gia masuk ke dalam mobil.

     "Bun..." Gia menyalim tangan Ghea,  Bundanya.

     "Farel sama Gio kemana lagi? bisa-bisanya mereka dua itu. Bunda heran saudaranya Gio itu kamu apa Farel sih? kok bisa mereka lebih lengket." Omel Bundanya. Gia hanya terkekeh. 

     "Mereka kan temanan udah dari kecil, Bun." Bela Gia.

     "Lah, terus kamu? udah dari dalam perut Bunda bareng terus sama Gio." Kesal Ghea.

      Ghea bukan menyalahkan Farel, dia lebih kesal ke Gio anak pertamanya tak pernah mau menjaga Gia adiknya. Gio yang petakilan kemana-mana giliran sakit harus berbagi dengan Gia. Iya, jika Gio sakit maka Gia juga akan ikutan sakit. 

     Gia tak mau lagi menanggapi, Bundanya itu hanya mengomel seperti biasa tapi bukan berarti marah besar. Hanya kesal di mulut saja.

     "Gia tau gak? rumah yang tepat di depan rumah kita itu, sekarang udah ada yang nempatin. iiihhh, Bunda senang bangat tau. Ini Bunda mau belanja dulu, mau buatin kue sama mereka sebagai tanda perkenalan." Antusias Ghea. 

     Gia memutar kedua bola matanya. Ternyata teman-temannya dan Bundanya sama-sama gila dengan orang baru.

     "Bunda udah lama bangat pengen rumah itu ada yang huni biar gak serem gitu. Hehe. Oh iya, Bunda juga tadi dengar dari ibu-ibu komplek katanya anak-anaknya pada ganteng lho. Gak sabar, Bunda pengen liat juga."

     "Ooh..."

     "Kamu kalo mau berpaling dari Farel juga gapapa lho, Gia."

     "Dih, apaan sih Bunda!!" Gia melotot lalu mencubit lengan Ghea pelan. Sontak membuat Ghea tertawa. "Udah cukup sama Farel aja."

     "Hahahaha. Bunda bercanda, tapi kalo mau sama anak tetangga kita yang baru gapapa kok."

     "Gak kenal Bunda." Rengek Gia, agar Ghea berhenti mengejeknya.

     "Kalo kenal mau?"

     "BUNDA!!"

     Ghea tertawa terbahak-bahak. Ternyata mengoda putri satu-satunya ini sangat menyenangkan. Pantas saja Farel dan Gio suka sekali membuat Gia marah. Ternyata ada kesenangan tersendiri.

     Setelah berbelanja, akhirnya Gia dan Ghea pulang juga. "Gia, bawain kantongan belanjaannya yah, Bunda ke belet pipis." Ucap Ghea berlari ke dalam rumah.

     Gia turun dari mobil dan membuka bagasi mobil. Sekilas Dia memandang rumah di seberang jalan sana tepat di depan rumahnya.  Benar kata Bundanya rumah itu sudah ada penghuninya terbukti dengan adanya beberapa mobil dan motor yang terparkir di halaman rumah itu.

     "Anggota keluarganya banyak kayaknya."

**** 


Halo, Aku Ika. Kalian bisa manggil aku apapun sesuka kalian, selagi sopan.

 Aku harap kalian baca karyaku dengan hati yang senang tanpa paksaan. hehehe.

Sampai jumpa di next part, kalian di perbolehkan untuk spam komen di setiap paragraf.

DARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang