Prolog

56 23 0
                                    

"Udah?" tanya Aga sambil terus menatap ke arah Natha yang juga ikut menatapnya dengan raut wajah yang sangat bingung.

Natha benar-benar nggak tau harus ngomong apa, karena pertanyaan itu begitu singkat dan Natha juga bingung untuk siapa pertanyaan yang di lontarkan Aga barusan. Kalau untuk temannya gak mungkin kan, soalnya dari tadi yang melihat ke arah Aga cuman dirinya dan temannya juga sepertinya tidak mendengarkan pertanyaan Aga. Lalu siapa yang di tanya cowok itu? Gak mungkin dia kan? Secara Aga itu orangnya sangat cuek dan mana mungkin Aga bertanya kepada Natha.

Kok dia liatin terus sih, jawab aja kali ya, Batinnya sambil terus berjalan dengan mata yang masih tertuju ke arah Aga begitupun dengan Aga yang masih terus menatapnya seakan menunggu jawaban darinya.

"Iya, udah." jawab Natha dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh Aga saja, dan tepat saat Natha mengatakan itu Aga berbalik ke posisi semula.

Semua pergerakan Aga tidak luput dari pandangan Natha, seketika jantungnya berdegup sangat kencang karena Aga barusan mengajaknya bicara walaupun hanya satu kata saja. Natha benar-benar bahagia hari ini sampai lupa kalau dia sudah punya pacar.

"Ternyata benar kata orang-orang, ketika kita berkeras untuk menghindari cinta, tanpa sadar kita sudah memanggilnya. Semakin keras kita berusaha menepisnya ia hanya semakin melekat dalam hati kita." Monolognya Seraya berjalan ke arah ruang praktek siswa.

Bunga Yang Tak Pernah MekarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang