6

551 96 21
                                    

Setelah mengumpulkan suaranya, dr. Adhi menjawab.

"Baru kali ini saya mendapat pertanyaan seperti itu dan ini pertama kalinya seorang lelaki yang meminta ijin untuk mendekati anak saya"

"Apakah Shani juga sudah mengetahui hal ini?" tanya dr. Adhi dengan seksama, menunjukkan kekaguman yang jelas terlihat dari binar matanya.

"Untuk dr. Shani sendiripun belum, setidaknya saya harus mengantongi ijin dari dr. Adhi lebih dulu untuk memulainya, bagaimanapun dr. Shani saat ini sepenuhnya masih tanggung jawab dari dr. Adhi" jawab Yassa

Dengan anggukan kepala impulsif, dr. Adhi menjawabnya dengan senyuman.

"Saya sangat menghargainya dan saya juga akan mengijinkan jika Shani sendiri juga mau, dia cukup tertutup untuk asmaranya. Jika Shani mau, maka saya akan memperbolehkan niatmu itu" jawab dr. Adhi membuat senyum bahagia tercekat diwajah Yassa.

"Segera saya akan berbicara dengan dr. Shani dan terimakasih dokter atas ijinnya" ucap Yassa dengan menundukkan kepalanya.

"Selamat pagi" ucapan tiba-tiba datang dari balik tembok

"Pagi, nak"
"Selamat pagi, dokter" ucap dua lelaki itu berbarengan, dr. Shani yang sudah rapi dengan kemeja abu di masukkan kedalam celananya.

"Aku berangkat duluan ya pah" pamit dr. Shani

"Hati-hati di jalan" jawab papahnya

Sepanjang perjalanan hanya pertanyaan-pertanyaan sepele yang di biasa mereka lontarkan, di depan rumah sakit Yassa menghentikan mobilnya, sang dokter mulai mengambil barang-barangnya, tas hingga bekalnya.

"Nanti pulangnya aku jemput, hubungi aku kalau sudah selesai" ucap Yassa yang masih memperhatikan dokternya.

"Iya pasti, fokus kerjanya" balas sang dokter mengusap lembut bahu Yassa untuk memberikan semangat

Di balas anggukan mantap dan segaris senyum merekah yang mengantarkan sang dokter keluar, memastikan dokternya masuk kedalam gedung dan mulai melajukan mobilnya kembali, melintasi jalanan ibukota menuju kantornya. Disapa hangat oleh beberapa karyawan yang lebih dulu tiba, menggunakan lift untuk mencapai lantainya dengan tangan kanannya yang memegang kotak bekal untuk pertama kalinya, hanya terkekeh mengingat tatapan karyawan yang cukup kaget dengan tentengannya, bukan lagi lembaran dokumen yang akan memusingkan satu perusahaan.

Namun dokumen yang dimaksudkan itu tetap tak bisa dihindari, Aiko yang pagi-pagi bertamu ke ruangannya, menyampaikan pesan untuk segera mempersiapkan diri guna rapat keuangan perusahaan yang rutin Yassa lakukan. Seperti pertemuan sederhana, yang sudah Yassa lakukan puluhan kali selama bergelut dengan dunia industri ini. Menjelaskan dan mengamati laporan secara umum dan terbuka, mendiskusikan dengan timnya yang mampu dipercayakan, setelah pertemuan singkat, sisa hari itu cukup produktif tetapi Yassa benar-benar seperti orang autopilot, memaksimalkan kinerja yang dia miliki, sembari sesekali memeriksa ponselnya dan melihat pesan terkirim dari dokternya. Diwaktu istirahat, Yassa membuka kotak bekal yang dia dapatkan pagi ini, tak perlu repot-repot untuk turun mengambil makanannya, meskipun seringkali Aiko yang mengambilkannya.

//

Siang berlalu tak terasa hingga semburat jingga di langit sana mulai memanjakan mata, satu hal yang membuatnya gembira namun sedikit keluhan juga terucap saat ponselnya sudah mati, ingin mengabari Yassa namun dengan apa?

Memilih untuk mencari taksi yang tak jauh dari rumah sakit berbekal kartu nama Yassa yang masih tersimpan rapi di dompetnya. Tiba di gedung yang sesuai alamat, tak dapat mengubur tatapan kagum saat kepalanya mendongak untuk melihat tingginya gedung itu, meskipun gedung-gedung sebelah tak kalah tinggi, namun dr. Shani tetap terpesona dengan arsitektur yang menakjubkan, jendela-jendelanya yang berkilau memantulkan warna langit sore ini, membuat seluruh bangunan tampak bercahaya.

Semesta di Matamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang