Sekarang Langit Punya Bintang

28 4 0
                                    

"Kamu mau kemana sendirian bawa barang sebanyak ini?"

"Oh, mau nyumbangin buku buat perpustakaan sekitar sini." Venus mengarahkan matanya ke sebuah bangunan tua. "Mau ikut?"

Langit mengangguk, lalu membawa dus yang diletakkannya di trotoar tadi. "Ayo buruan."

"Eh? Mobil itu mau disimpen disana?" Tanya Venus.

"Nggak pa-pa lah. Aman kok."

Venus mengedikkan bahu lalu mulai berjalan meninggalkan Langit yang agak kesulitan dengan dus ditangannya.

Singkat cerita, mereka pun sampai di perpustakaan. Setelah bertemu Pak Narto sang penjaga perpus, mereka duduk di salah satu kursi disana.

"Aku baru tau ada tempat sekeren ini di daerah sini.' Ujar Langit pelan.

"Yah, orang-orang cuman nganggep tempat ini perlintasan. Bukan persinggahan. Sayang banget perpus sebagus ini jarang ada yang tau."

"Sayang banget." Langit mengangguk ringan. "Eh iya, kamu sekolah dimana Ven?"
"SMA Pelita Jaya."

"Serius?! Kok aku baru liat kamu sekarang ya?" Tanya Langit. "Kamu nggak tahu aku, gitu? Gini-gini kan Langit anak eksis."

Tanpa disangka, Venus menggeleng. "Nggak tuh. Lagian di sekolah nggak banyak kenalan juga." Venus mulai meraih salah satu buku astronomi dihadapannya.

"Eh, serius nggak tau? Aku ini bintang lapangan futsal, lho, Ven. Anak satu sekolah pasti pada tau sama Langit yang satu ini." Langit membusungkan dada, membuat Venus mengernyitkan dahi.

"Nah, kecuali aku. Aku nggak tau sama sekali tentang kamu." Venus meraih tas nya dan bangkit dari kursi. Niatnya membaca buku pun batal karena keberadaan Langit. Jadi, ia memutuskan untuk pulang. "Aku pulang duluan, ya. See ya!"

"Tunggu!!" Langit mengejar Venus yang sudah berada di tepi jalan. "Nggak mau bilang makasih gitu udah di bantuin?"

"Oh, iya. Thanks, Lang.' Timpal Venus.

"Udah? Gitu aja?" Tanya Langit masih menuntut.

"Yaudah, besok di sekolah, kamu dateng ke 12 ipa 1 buat nagih rasa terima kasihku. Gimana?" Jawab Venus sambil
mengedarkan pandangannya mencari taksi.

"Deal!" Tukas Langit penuh semangat.

******
Hari demi hari berlalu. Langit dan Venus yang dulunya tak saling tahu, kini justru saling mengenal dengan baik. Venus dapat membuat Langit menjadi sosok yang jauh berbeda. Langit yang sekarang bukan lagi Langit yang urakan.

Banyak orang yang bertanya kenapa langit berubah, dan jawaban Langit tetap sama.

"Sekarang aku punya bintang yang terang, yang mampu bikin aku nggak salah jalan."
Tentu saja, yang Langit maksud adalah Venus.

Setiap hari, sepulang sekolah, Langit dan Venus sepakat untuk belajar bersama karena UN telah dekat. Langit yang biasanya bermalasan pun kini malah menjadi sangat rajin. Hal itu membuat Bulan senang sekaligus bingung.

Apa hal yang membuat adiknya ini berubah?
"Langit." Panggil Bulan saat mereka makan malam. "Kalo boleh tau, kenapa sekarang kamu mendadak jadi beda ya?"

"Kak, Langit pikir, Langit emang harus banggain kakak yang sekarang hidupin Langit sendiri. Bukan malah jadi arogan kayak kemarin-kemarin. Tanpa ada mama sama papa pun kewajiban Langit ya itu. Banggain kalian semua."

Bulan tersenyum mendengar jawaban adiknya yang terdengar tulus itu. "Kakak seneng, Lang. Akhirnya kamu bisa sadar juga." Ujar Kakaknya lembut. "Kalo boleh tau, semua ini gara-gara Venus ya?"

Langit tersedak saat menyuapkan nasi dan ayam ke mulutnya. Jelas saja, setiap kali ada yang menyebut nama Venus, jantung Langit tiba-tiba berdegup tak karuan.
Langit menenggak air putih di hadapannya. "Venus itu bintangku, kak. Bintang yang jauh lebih terang dari Matahari, yang membuat aku menemukan jalan untuk pulang." Langit tersenyum tipis, "Venus itu, calon istriku kelak, Kak!" Ujar Langit penuh semangat.

Kakaknya hanya terkekeh mendengar pernyataan Langit. Didalam hati, kakaknya berdoa, agar harapan adiknya ini terkabul.
****
Hari ini mereka belajar bersama di Starbucks karena kehabisan ide mencari tempat makan yang enak dipakai belajar. Pelarian terakhir pun jatuh di Starbucks.

"Oke, karena kamu yang maksa pingin Starbucks, hari ini kita belajar gimana aku ya, Lang." Venus mengeluarkan notebook dari dalam tasnya. "Hari ini kita belajar, Fisika!!" Ujar Venus penuh semangat.

"Ih, kamu itu. Mau belajar udah kayak mau dapet undian aja." Langit mencubit gemas hidung Venus. Tanpa aba-aba, pipi Venus kontan memerah seperti tomat. "You're blushing, sweety." Goda Langit.

"Idih, Langit genit! Sana pindah jangan deket-deket!!"

Langit tergelak melihat Venus salah tingkah seperti ini. Venus jadi sangat menggemaskan.

"Ven? Kamu pernah pacaran?" Pertanyaan itu tiba-tiba meluncur dari mulut Langit tanpa bisa dipikir lebih dulu. Langit yang bertanya pun terkejut mendengar pertanyaan itu.

Venus terdiam sebentar. Ia terlihat berpikir dan menimang suatu hal. "Pernah, Lang. Tapi itu bukan hal yang mau aku bicarain sekarang. Laki-laki itu terlalu brengsek untuk aku ingat dan aku ceritain."

Jawaban Venus tak kalah membuat Langit terkejut. Perempuan selembut Venus bahkan bisa mencaci seorang laki-laki. Sudah pasti laki-laki itu memang jahat.

"Langit sendiri, pernah pacaran?" Tanya Venus lalu meminum caramel latte nya.
"Pernah, waktu sd. Lupa deh siapa nama ceweknya." Langit menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal.
"Loh? SMA nggak pernah? Katanya eksis?" Tanya Venus yang mulai tertarik dengan pembicaraan ini.

"Kalo Venus tau cerita tentang Langit, Venus pasti ngerti kenapa Langit nggak pernah pacaran pas SMA." Langit menegakkan posisi duduknya. "Langit itu orangnya jahil. Kelewat jahil. Sampe Langit sering banget dipanggil BK. Yah, pokoknya dengan jahilin orang, Langit ngerasa bebas. Ngerasa puas."

"Oh, pantes. Ganteng gini nggak laku. Ternyata pada takut, ya, sama Langit?" Ujar Venus sambil terkekeh.

"Ganteng? Venus bilang Langit ganteng?" Goda Langit lagi. "Akhirnya Venus sadar Langit itu ganteng!!" Seru Langit.

"Ih Langit kepedean banget sih!! Langit salah denger, kali." Pipi Venus memerah lagi, membuat Langit tergelak melihatnya. "Ayo belajar! Udah sore nih, Lang."

"Kamu kalo salting lucu deh, Ven." Ujar Langit masih tergelak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang