O1: Pacaran, ya?

25 1 0
                                    

Gemini segera menuju kelas dua belas ipa tiga begitu bel istirahat berbunyi, mengintip sedikit ke dalam kelas saat melihat seorang guru masih berada di dalam.

Setelah mengucapkan salam sang guru keluar dari kelas, kemudian Gemini berdiri di depan pintu, berbicara pada salah satu meja terdekat.

"Panggilin Prim, dong."

Siswa tersebut yang mulanya fokus menulis kini menatap Gemini sekilas dan berteriak pada seorang siswi yang duduk di samping jendela.

"Oi! Prim! Dicari pacar lo!"

Sontak gadis tersebut menatap pintu dan tangannya dengan cepat membereskan alat tulisnya yang berhamburan di atas meja.

Gemini dan Prim bersisian, sebelum jauh dari kelas gadis tersebut berteriak, "BUKAN PACAR GUE!"

Padahal belum lama bel berbunyi, tetapi keadaan kantin sudah begitu padat. Hampir semua kursi sudah terisi penuh, kecuali satu yang berada di tengah-tengah ruangan. Kedua orang tersebut berjalan menuju satu-satunya meja yang tersisa, duduk menunggu sementara yang satu pergi memesan makanan untuk keduanya.

"Nih, Gem, nasi goreng favorit lo spesial dari Bu Mirna." Nada mengejek terdengar jelas.

Gemini refleks menatap stand paling ujung, melihat sinis pada wanita berumur yang melambai genit padanya. "Gausah ngolok lo!" Ucapnya tidak suka.

Gadis itu tertawa sembari duduk dihadapan sang pria, mulai menikmati makanannya, mengisi perutnya sebelum bergemul kembali dengan pelajaran-pelajaran sekolah.

Tiba-tiba dua buah bayangan menutupi sebagian meja, membuat mereka yang sedang fokus makan refleks menatap ke atas.

"Permisi, boleh gabung, ngga? Meja lain penuh soalnya."

Melihat salah satu dari dua orang itu membuat Gemini dan Prim berhenti mengunyah, sedangkan sang lawan bicara menganggap keheningan tersebut sebagai iya.

"Fourth, duduk aja." Satang sudah duduk di samping Gemini meyakinkan sang teman untuk ikut duduk bersama.

"Izin, ya, teman-teman."

Dua orang tersebut masih terdiam, dua yang lainnya sudah menyantap makanan mereka. Namun, tatapan dari dua orang tersebut membuat Fourth tidak nyaman.

"Eh, kalau ngga boleh kita bakalan pergi, kok. Maaf ya udah ganggu kalian."

Fourth sudah hampir berdiri sebelum jemari lentik itu menahan pergelangan tangannya, Prim menahan dirinya.

Gemini mengangguk sembari kembali mengunyah lauknya. "Duduk aja."

"Maaf, ya." Fourth sedikit mendesis tidak enak.

"Santai."

Kegiatan makan itu canggung, menurut Fourth. Satang tidak peduli, yang penting perutnya kenyang. Prim hanya menundukkan kepala, menatap piringnya. Gemini malah asik menatap di seberangnya, sesekali mengunyah makanan di mulutnya.

-

Satang dan Fourth segera pergi dari meja setelah selesai makan, langsung menarik Satang begitu saja saat piringnya sudah kosong, mengundang tatapan tidak terima dari Satang.

"Makasih ya, Gem, Prim."

Beberapa meter dari kantin Satang menghentak tangannya, melepas paksa cengkraman Fourth pada lengannya.

"Heh! Gue belom selesai ngunyah, ya! Lo main tarik aja."

"Maaf ya, Satang. Emang kamu ngga ngerasa canggung gitu makan disana."

"Canggung apaan, engga ah."

Fourth meringis kecil. "Aku ngerasa ngga enak tau, kita kayak ganggu mereka pacaran."

"Lah, emang mereka pacaran?"

"Kata orang-orang sih begitu."

Satang menatap Fourth jengah. "Yaudah sih, cuma meja mereka doang yang kosong, ngga peduli ganggu mereka pacaran atau ngga, yang penting gue kenyang."

Fourth mengekori Satang yang sudah jalan terlebih dahulu, hatinya masih merasa tidak enak. Maklum, hatinya terlalu lembut

-

Update-nya engga nentu ya gusy, pokoknya kalau dah sampe 500 kata bakal langsung di publish.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TwistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang