71. Promise

55 15 0
                                        

Kedua orang tua dan Kakak Meisya dibuat melongo oleh kata-kata Regy. Terlebih Meisya sendiri. Ia tidak menyangka, Regy akan melamarnya disaat seperti ini.

"Pak Regi serius?" tanya Mamah Meisya, terlihat shock. Beliau sama sekali tidak tahu tentang hubungan putrinya dengan lelaki sukses nan kaya raya tersebut. Karena selama ini, Meisya tidak pernah terbuka soal hubungan percintaannya pada Ibunya. Begitu pun dengan Sang Mamah yang tidak pernah kepo.

Regy duduk kembali. Ia menatap Meisya. Tersenyum, lalu membenarkan. "Saya serius Tante. Saya ingin menikahi Meisya dalam waktu dekat." tegas Regy, yang berniat menepati janjinya pada Meisya beberapa tahun silam.

"Insha Allah saya akan sukses beberapa tahun kemudian. Dan ketika saatnya tiba, saya akan menjadikan kakak sebagai Nyonya Regy Alvino."

Meisya balas menatap Regy dengan mata berkaca-kaca. Ia begitu terharu, sekaligus merasa beruntung bisa mendapatkan laki-laki sesempurna Regy.

Regy meneruskan. "Jadi , Om dan Tante tidak usah khawatir. Meskipun nanti karir Meisya harus berkahir, namun kehidupannya akan tetap terjamin. Dan saya juga berjanji akan membahagiakan Meisya selama sisa hidup saya."

Orangtua Meisya seakan speechless dan tidak tahu harus berkata apa. Satu hal yang pasti, keduanya merasa senang dan mendukung keputusan Regy untuk menikahi Meisya.

Lagipula siapa juga yang mau menolak laki-laki yang bukan hanya mapan tapi juga tampan, menjadi calon menantu mereka?

Sementara Rizky langsung menggunakan kesempatan itu untuk memanfaatkan Regy. "Gak cuma-cuma! Lo harus ngasih uang satu milyar biar kita mau merestui pernikahan kalian!"

"RIZKY!" bentak Papah Meisya, yang sudah tidak tahan lagi. Beliau bangkit dan berjalan tiga langkah mendekati putranya yang minus akhlak. "Jangan bikin Papah emosi yah!"

Meisya, Sang Mamah, dan Regy hanya diam sambil memerhatikan mereka.

Rizky tidak gentar dan malah menantang Ayahnya. "Kenapa? Kalau aku bikin Papah emosi, papah mau apa?"

PLAK!

Lelaki bertindik tersebut mendapat gamparan keras dipipinya. Sudah cukup Papah Meisya menahan kesabarannya selama ini. Sekarang beliau sudah tidak tahan lagi.

"Papah benar-benar menyesal punya anak seperti kamu!" ucap Papah Meisya, sadis.

Rizky terpaku dengan posisi kepala yang masih tertoleh ke samping. Dia seperti mengalami serangan shock.

Disaat seperti itu, tiba-tiba datang dua orang laki-laki yang merupakan anggota polisi.

"Selamat Malam semuanya, maaf mengganggu.. Kami disini ingin mencari saudara Rizky."

Rizky menatap Pak Polisi. Bekas tangan sang Ayah terlihat jelas di pipinya.

"Ada apa yah Pak?" tanya Rizky dengan suara bergetar menahan emosi.

"Anda yang bernama Rizky?"

Pemuda itu mengangguk, membenarkan.

Tanpa banyak bicara, Polisi tersebut mengeluarkan borgol dari dalam saku jaketnya, dan langsung mengunci kedua tangan Rizky dengan benda tersebut.

Rizky heran sekaligus panik. "Eh Pak? Apa-apaan ini? Kenapa saya di borgol?"

"Anda kami tahan atas tuduhan pengedaran dan penggunaan obat-obatan terlarang. Mari ikut kami ke kantor polisi."

Mereka yang berada di tempat kejadian, tercengang mendengar hal itu. Terlebih orang tua Meisya.

Rizky langsung menyangkal. "Atas dasar apa? Bapak jangan fitnah yah! Saya tidak pernah mengedarkan, apalagi menggunakan obat-obatan terlarang!"

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang