Terlalu banyak berharap

35 13 8
                                    

Bisakah sekali saja dia sedikit egois pada orangtuanya? untuk sekedar meluangkan waktunya hadir pada acara sekolahnya sekali saja.

"Apa aku benar-benar anak kalian?"tanya Ayana yang sedikit tertahan suaranya.

Orion Rawikara mengeraskan rahangnya mendengar pertanyaan Ayana, Putri bungsunya.

"Anak kurang ajar!"marah Orion

Plakk!

Tamparan untuk kesekian kali selalu Ayana dapatkan hingga ia merasa itu sudah menjadi kebiasaan yang dia dapatkan.

"Apa kau pikir, kami memungutmu dari panti asuhan secara sukarela?"Tanya Orion sangat lantang.

"Aku takkan bertanya seperti ini jika kalian benar-benar memperlakukanku secara adil seperti kakak-kakakku. Jika benar aku anak kalian."

"Memangnya apa kami tidak memberikanmu fasilitas yang lengkap untuk kebutuhan sekolahmu? Bahkan dari ujung kepala sampai ujung kaki kami yang memberikannya hanya cuma-cuma dan tidak berkurang satu apapun! Kau terlalu banyak mengeluh Ayana! Memangnya prestasi apa yang sudah kau hasilkan untuk keluarga ini?" Ucap Charita yang ikutan marah melihat anaknya itu.

"Apa Mama dan Papa pikir aku hanya membutuhkan dukungan harta? Apa kalian pernah sekali saja menanyakan keadaanku sekali saja? Apa hariku baik-baik saja? Apa aku bisa mengatasi masalah pertemananku?"

Charita Meraih ujung kerah bajunya Ayana dan menarik nya kuat-kuat,"Apa kau sudah berkaca, melihat dirimu itu? Kau terlalu banyak menuntut orang tua mu, tanpa pernah lihat kalo kau saja tidak becus jadi anak! Aku bisa saja melakukan lebih dari ini jika, kau benar-benar melakukan tanggung jawabmu sebagai anak!"Kemudian mendorong Ayana dengan hingga terjatuh tersungkur sangat keras.

"Akhhh... Ya Allah Nyonya!" Teriak Mbak Lana keras.

"Segera bereskan kekacauan ini! Setelah kami pulang semuanya sudah harus benar-benar rapi!"Perintah Orion tegas tanpa  ingin di bantah.

Mbak Lana mengangguk pelan, dengan air mata yang terus keluar. Iya melihat Ayana terkulai lemas. Samar-samar matanya menatap Mbak Lana yang terus memanggilnya.

"Non Ayana harus bertahan ya! Ada mbak Lana yang siap menjaga dan menyayangi non..." Isak Mbak Lana.

Tak butuh waktu lama, beberapa pengawal mengangkat Ayana untuk di bawa ke kamar.

∆∆∆∆∆∆∆∆

Sementara itu di sudut kota Bandung seorang Qufeel benar-benar memperhatikan ponselnya. Karena ia ingin memastikan bahwa gadis itu benar-benar menghubunginya.

Tidak, lebih tepatnya ia ingin gadis itu tidak terlalu lama menunggu balasannya jika menghubunginya malam ini.

Padahal dia sedang tidak ada waktu untuk melakukan hal bodoh ini. Tapi, bibit-bibit cinta telah bermekaran di hatinya.

"Kau terlihat sangat gelisah Tuan,"Tutur Elyas.

"Apa kau benar-benar memberikannya kartu namaku?"tanya Qufeel memastikan.

"Tentu saja Tuan."

"Tapi, mengapa sampai sekarang dia belum menghubungiku juga?"

"Dia mengatakan padaku tadi, jika aku ada rezeki lebih aku pasti akan menemui Tuanmu. Bukan ingin menghubungi Anda." Jelas Elyas yang mengulang kembali biar Qufeel tersadar.

Damn!

Benar kata Elyas, gadis itu tidak akan menghubunginya. Apa benar dia akan menepati omongannya untuk menemui ku?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Resah jadi LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang