Bab 3 apakah marah sebuah kesalahan?

19 3 0
                                    

"Apa?!"

"Kenapa? Elo kok kelihatan kaget gitu sih Varo? Apa elo gak ada niatan buat nikahin gue?" ujar Wanita itu lagi.

Varo menenangkan dirinya sejenak sambil membenarkan posisi duduknya.

Dengan pelan Varo berkata, "Bukannya hubungan kita sudah berakhir?"

Wanita yang ada di depannya sontak terkejut mendengar ucapan Varo.

"Apa maksud kamu Varo? Sejak kapan hubungan kita berakhir? Sejak kapan Varo!" wanita itu kemudian berteriak ke arah Varo.

Hingga pengunjung Cafe di sekitaran sana pun sampai menoleh ke arah mereka berdua.

"Elo bisa gak sih, gak usah teriak - teriak gitu!" pekik Varo.

"Gue gak mau pisah sama elo Varo, gue perjuangin buat elo."

Varo hanya tersenyum sinis ke wanita itu, "Apa elo bilang? Asal elo tau ya, gue nerima ajakan elo untuk ketemu karena gue mau balikin ini," Varo sambil mengulurkan sebuah paper bag.

Wanita yang bernama Zara Wiratmo, dia dari keluarga pak Wiratmo.

Zara kemudian membuka Paper bag yang di berikan Varo di atas meja itu.

Terlihat sebuah kain yang terlipat rapi di dalam paper bag tersebut.

Zara kemudian mengambil nya dan di bentangkannya terlihat syal rajut berwarna hitam.

"Kenapa kamu kembaliin?" tanya Zara sambil masih memegang syal berwarna hitam tersebut.

"Sesuai perjanjian kita di awal, kalau kita sudah gak bisa bersama syal ini akan kembali ke elo dan syal merah ini kembali ke gue," tutur Varo.

Zara hanya terdiam mematung memandangi syal yang dia beli waktu dia di Australia bersama Varo kala itu.

Mereka melakukan liburan bersama disana, terlihat Varo membeli syal untuk Zara demikian Zara juga melakukan hal yang sama.

Mereka mengucapkan janji manis di antara kedua nya.

Hingga, "Syal ini sebagai penentu jika kita bersama maka aku akan membawa syal berwarna merah ini dari mu Varo. Tapi, jika kita tidak bersama syal merah ini akan kembali ke kamu juga Varo. Begitu juga sebaliknya," ucap Zara di lokasi Opera house di syedney.

Pasalnya Varo membelikan Syal berwarna merah. Karena Merah adalah warna kesukaan Varo. Sesangkan Syal hitam adalah pemberian dari Zara, mantan pacar nya ini.

Mereka datang ke Australia juga tepat saat sedang ada musim dingin, dan tempat mereka mengucapkan janji itu di Opera House Syedney.

Tempat yang mana sebagai salah satu ikonik pariwisata di sana.

Mengingat ucapannya sendiri Zara terkejut dan kecewa. Bagaimana bisa ucapannya menjadi hal pahit untuknya.

Padahal niat hati Zara, ia berkata seperti itu untuk menguatkan tali kasih cinta mereka.

Hanya itu fikiran Zara, dia tak berfikiran untuk berpisah dengan Varo.

"Gimana elo bisa lupa sama ucapan elo sendiri?" ujar Varo.

Zara masih saja terdiam, dia masih tidak bisa terima dengan keadaannya saat ini.

"Elo kenapa mutusin gue Varo?" ucap Zara lirih.

"Bukan gue. Tapi elo, elo Zara!" pekik Varo.

"Apa perlu gue ingettin lagi?" lanjut Varo lagi.

"Elo lupa kalau elo bilang ke gue bakalan ke Amerika untuk karir elo? Karir elo sebagai model atau apalah itu. Gue apa pernah ngelarang elo? Gue gak pernah kan ngelarang elo? Tapi, apa balasan elo ke gue Zara? Elo malah bareng sama cowok lain cowok yang elo bilang partner kerja elo, tapi apa ada seorang partner bisa tidur bareng?" jelas Varo panjang kali lebar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri CEO Dingin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang