"Cakrawala udah bubar! kalau Lo tetep ngotot pake nama itu buat band baru kita, Gue mending keluar."
Dewangga menghela nafas, Dia harus memutar otak lagi untuk mempertahankan grub band-nya. Memahami manusia memang sulit, apalagi manusia seperti tema...
Pagi ini Satria berangkat ke sekolah lebih awal dari biasanya. Sembari melihat arloji di tangan kirinya, Satria menutup buku paketnya. Bahkan saat berada di dalam mobil pun Satria tak pernah melewatkan waktunya untuk belajar.
"Kita berhenti di sini aja pak"
"Loh, kan belum sampai gerbang mas?"
"Gak papa, aku mau mampir dulu ke fotocopy'an"
Pak Doni yang merupakan sopir pribadi keluarga Satria hanya mengangguk ringan, lalu memberhentikan mobilnya.
"Hati-hati yah pak"
"Iya mas"
Pak Doni kembali mengangguk dan melajukan mobilnya kembali saat Satria sudah benar-benar turun.
Satria berjalan menyebrang jalan untuk sampai di toko fotocopy mba Rini yang terletak tak jauh dari sekolahnya. Tidak banyak orang yang ada ditoko ini, hanya ada mb Rini dan Karyawannya. Mungkin karena masih pagi juga, belum banyak murid-murid yang datang ke sekolah.
"Mb, fotocopy 3 lembar yah"
"Iya, ditunggu yah mas"
Satria mengangguk, sembari menunggu ia mengecek ponselnya. Beberapa notifikasi muncul, salah satunya dari guru bimbel nya.
Mr.Han
'kita libur 5 hari dulu yah Satria, saya mau ke bandung ngurus kerjaan lainnya.'
06.36✓✓
Setelah selesai membaca pesan singkat itu Satria tak langsung membalasnya, melainkan kembali mengantongi ponselnya dalam saku celana.
Itu artinya dia punya 5 hari dalam satu Minggu ini waktu luang.
"Ini udah yah mas, totalnya 5k" mb Rini bersuara
"Ah, iya mb"
setelah membayar fotocopy an nya Satria membalikan badan untuk pergi, tapi—
"Astaga!"
"Hallo, Satria!" Dewangga menyapanya dengan senyum sumringah.
"Lo ngapain sih di belakang gue?!"
"Santai dulu dong, Sat. Gue mau ngomong sama Lo"
"Nggak penting!"
"Buset, judes banget tuh mulut. Biasanya juga gue yang lebih judes dari Lo"
"Lo pasti mau ngomongin yang kemarin kan? Gue udah bilang, GUE GAK MAU!!"
"Ayolah, Sat. Masa Lo tega sih ngebiarin band gue tanpa vocalis? Suara Lo tuh bagus Sat, jangan menyia-nyiakan pemberian Tuhan."
"Lo budeg yah? GUE NGGAK MAU!!" setelah meneriaki Dewangga tepat di depan mukanya, Satria berlalu meninggalkan Dewangga yang masih terpaku ditempatnya.
"SATRIA!" namun dengan cepat Dewangga sadar, dan segera mengikuti Satria.
Satria semakin mempercepat langkahnya. Hingga tepat saat sampai di depan gerbang sekolah, ia menghentikan langkahnya secara mendadak yang otomatis membuat dewangga yang tengah mengekornya dibelakang menabrak punggungnya.
Duugh..
"Anj**r, Lo berhenti gak bilang-bilang! Sakit nih kepala gue"
Namun Satria sama sekali tidak menggubris gerutuan Dewangga. Dia malah fokus pada pemandangan di depan matanya saat ini.
Tanpa berkedip, Satria melihat dengan jelas bagaimana Mikaila tertawa begitu manis dengan teman-temannya. Tawa yang selalu Satria kagumi di setiap tarikan sudut bibirnya.
Melihat Satria yang bengong kaya orang blo'on, akhirnya Dewangga mengikuti arah pandangan mata Satria. Sebenarnya apa yang membuat seorang seperti Satria sampai terpaku seperti itu?' pikirnya
"Lo masih naksir sama si Mika?"
Pertanyaan Dewangga barusan mengejutkan Satria.
"Lo bisa gak sih gak ngagetin mulu?"
"Yee..gue mah nanya biasa aja kali, Lo aja yang kebanyakan bengong"
"Eh tapi, beneran Lo masih naksir Mika?" tanyanya lagi
"Bukan urusan Lo!"
"Busettt, berarti bener dong Lo masih naksir si Mika. Gue bisa bantuin Lo buat dapetin dia, asalll.. Lo mau gabung di band gue"
"Gue gak butuh bantuan Lo!"
"Yakin? Coba liat kesana" Dewangga menunjuk kearah Mikaila yang sedang bersama murid laki-laki yang entah kapan datangnya. Teman-teman Mikaila yang tadi juga sudah pergi.
"Gue lihat akhir-akhir ini si Zico makin lengket aja sama si Mika, tepe tepe mulu tuh anak."
"Lo mau ngomporin gue?"
"Siapa yang ngomporin? Gue tuh cuma ngasih tahu Lo sebagai teman yang baik, biar Lo gak kalah cepet."
"Siapa bilang Lo temen gue?!"
"Ya— gini aja deh, kalau Lo setuju dan mau sama penawaran gue barusan. Lo dateng ke alamat ini sepulang sekolah" dewangga menulis alamat di sobekan kertas dan memberikannya kepada Satria.
"Kalau gue gak mau?"
"Ya gak usah dateng, byeee"
Setelah mengatakan itu dewangga berlalu, menyisakan Satria yang masih bimbang akan keputusannya.
To be continue...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisa biasa aja gak sat liatin Mikaila nya?
Cr : pinterest
Hallo readers.... Ini tulisan pertama aku, maaf kalo banyak typo atau kata-kata yang gak nyambung 😅
Kalian 17 Agust upacara atau nonton konser enha nih? Kalo author nonton hp aja deh😌 Belum bisa nyamperin Abang Jay🤧