Bab 1: hujan

31 3 2
                                    



                     November, tanggal 12

             

Matahari menyinari setengah dari cahaya nya, lampu kota mulai meredup dan burung burung mulai bersiulan, di tambah udara pagi yang menyejukkan.
Dia berjalan di dalam lorong yang berbau bahan kimia, langkah nya berhenti di depan pintu yang berangka 13 tertulis "ruang inap" di atas nya, ia membuka pintu secara perlahan dan terlihat ada seorang pria berusia sekitar 40 tahun terbaring di alas tidur yang empuk.
Ia memanggil nya "ayah" sontak pria itu langsung menoleh ke arah pintu, dan tersenyum bagaikan melihat sosok putri kecil nya yang ia tunggu-tunggu.

"Selamat atas kelulusan mu, ayesha"
Ucap pria tersebut, sambil mengangkat tubuh nya agar terduduk.
"Trimakasih.. ayah"
Balas nya, sementara mata nya mulai bercucuran air mata yang tak tertahankan.

Sambil mengucurkan air mata ia melangkah ke arah sang ayah yang terlihat tak berdaya di atas kasur.
"Maaf, tubuh ku yang lemah ini tidak bisa datang ke acara berharga mu, namun ku harap kau tetap bersenang-senang menikmati perpisahan sekolah menengah pertama mu"
Lirih nya.
"Aku lebih senang saat berada di sisi mu. kumohon cepat lah sembuh, dan pergi hiburan bersama-sama"
Ucap aye, nada bicara nya yang terisak-isak membuat sang ayah ingin memeluk putri nya yang sedang menangis.
"Tentu, aku akan segera pulih. Kemari lah peluk ayah mu agar sembuh"
Ajak nya. Aye mulai melangkah cepat ke arah ayah nya, meraih tubuh nya yang lemah, sembari menangis seperti anak kecil.
Peluk kan ayah nya menenangkan hati yang khawatir, dia benar benar sosok ayah yang sempurna bagi aye.
Mereka menghabis kan waktu bersama di hari itu, makan bersama, menonton flim, bercanda dan tertawa, layak nya seperti keluarga pada umum nya. Aye berharap momen ini selalu terjadi di hidup nya.

Di pagi selanjutnya aye terbangun lebih awal dengan keadaan nya yang sudah rapih, ia membangunkan ayah nya yang sedang tertidur lelap, "Aku akan pergi bersama alpha hari ini, apa kau keberatan?"
Tanya nya dengan nada bersalah, takut membuat sang ayah merasa kesepian.

"Tidak, pergi lah aku akan selalu menunggu mu di sini"
Jawab ayah dengan lembut dan setuju akan rencana aye untuk pergi bersama alpha, "baiklah jika begitu, aku akan pergi. Selamat tinggal" Pamit aye kepada sang ayah, "ya, selamat bersenang-senang" sahut nya.

Aye berjalan ke arah pintu luar sambil melambaikan tangan nya dan tersenyum gembira.
Ia pergi dari kamar inap tersebut dan melanjutkan langkah nya ke depan gedung rumah sakit, untuk bertemu alpha yang sedang menunggu kehadiran nya di sana.

"Selamat pagi, bagaimana kabar ayah mu?" Sapa alpha, yang sedang melihat aye melangkah menuruni tangga, "dia sudah membaik" Jawab aye "syukurlah, turut senang mendengarnya" .

Mereka pun pergi berjalan meninggalkan gedung rumah sakit tersebut.
"Omong-omong, apa kau masih menyukai tentang sherlock holmes?" tanya nya, "Tentu, aku sangat mengagumi nya sejak dulu" Tutur aye
"Kau ingat? dulu kita ingin menjadi dektetif seperti diri nya, dan mencari tahu keberadaan ibu mu, apa kau masih ingin melanjutkan pencarian ibu mu?" Tanya nya, "itu hanya khayalan kita dulu, dan aku sudah tidak peduli dengan keberadaan nya" balas aye sambil berusaha tidak menatap mata alpha "Apa maksud mu? Muka mu tidak bisa berbohong, aku tau kau masih memperdulikannya" sahutnya sambil tertawa kecil meledek muka polos nya aye "lupakan! aku tidak sepintar dirimu, mana mungkin aku bisa mencari ibu ku kan?" Tegas nya sambil membuang muka seakan marah dengan perkataan alpha, namun alpha yang melihat reaksi nya itu membuat nya ingin tertawa keras "pft! Kau benar benar lucu, kau bisa menjadi dektetif dengan ke bodohan itu kok" ledek nya dengan tawa nya yang tak tertahan "kau meledekku? Apa yang lucu!" Protes aye, sementara kaki nya berhenti melangkah dan menatap ke arah wajah alpha dengan serius "maaf aku tidak bermaksud meledek mu, tapi ini sedikit lucu bagiku" sesal nya namun wajah nya masih menunjukkan tawaan nya "baiklah, kalau begitu kemana kita akan pergi?" Tanya aye, "kita akan pergi ke taman keabadian" jawabnya, "Taman keabadian?" lontar aye, "ya, di sana lah batu keabadian berada, konon katanya siapa pun yang akan memegang batu itu secara bersamaan mereka akan abadi bersama" sahutnya dengan mimik wajah yang ceria, "maksud mu kita akan memegang batu itu bersama? Layak nya pasangan suami istri? Bukan kah itu hanya untuk yang sudah menikah?" Timpal nya dengan muka nya yang memerah, "ah bagaimana kau tahu itu untuk pasangan suami istri?" Tanya alpha dengan wajah nya yang ikut memerah, "A-aku pernah melihat nya di sosmed" ungkap nya, "tapi aku rasa itu juga bisa di lakukan dengan teman" ujar alpha sambil membuang muka nya yang memerah, "baiklah, ayo kita coba" katanya sambil berat melihat ke arah wajah alpha.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hujan berdarahWhere stories live. Discover now