''Rumah bukan lagi tempat ternyaman buatku untuk singgah dari lelahnya menjalani kehidupan.''
#KaniaAku mengantar Raga dan Lucas check in dulu di hotel sekalian berganti pakaian dan menaruh barang-barangnya di sana sebelum akhirnya aku memboyong mereka berdua ke rumahku. Bukan rindu yang aku rasakan ketika aku tiba di rumah meski ibu memelukku begitu erat.
''Ibu kangen sama kamu, Nak,'' ucapnya dengan wajah penuh haru. Seperti biasa, tidak seperti anak-anak pada umumnya yang gembira bertemu ibunya setelah sekian lama gak pulang dari perantauan. Ekspresi wajahku datar-datar saja.
Setelahnya aku memperkenalkan Raga dan Lucas sebagai temanku dari Bandung yang hendak berlibur ke sini. Kami kemudiani dipersilakan masuk dan gak kusangka aku bertemu dengan kak Lintang, anak pertama ibu dari almarhum suami pertamanya. Ya, jadi sebelum ibu menikah dengan bapak, ibu sudah pernah menikah dan punya dua anak yang keduanya perempuan dari pernikahan pertamanya. Sayangnya ketika usia anak-anaknya masih kecil suaminya meninggal.
''Kania? Hmph! Pulang kamu. Aku pikir kamu gak inget rumah karena terlalu nyaman sama pergaulan bebas di sana.''
Aku memutar bola mata. Sudah biasa bagiku menerima komentar-komentar pedas darinya. Hidupnya kalau gak ngejulid emang gak pernah tenang.
''Kamu bawa siapa ini? Cowok kamu? Ya ampun Kania, udah lepas hijab sekarang malah pacaran lagi? Tahu gitu ngapain belajar agama dulu kalau tahu-tahunya kamu begini.''
''Lintang, sudahlah, adekmu baru pulang. Biarkan dia istirahat dulu.''
''Bu, aku tu cuman mau ngasih tahu dia, kalau melakukan sesuatu, ya harus ditotalitas. Belajar agama tapi kok ya setengah-setengah. Ujung-ujungnya jadi bahan cibiran tetangga, kan?''
Tanganku sudah mengepal di samping badan. Perkataan kak Lintang membawaku melintasi waktu ke belakang ketika untuk pertama kalinya aku pulang ke Lombok usai satu tahun di Bandung dalam keadaan sudah melepas hijab. Kedua kakakku terutama kak Lintang menghinaku dengan komentar-komentar pedasnya seperti, ''Baru juga setahun merantau, udah lepas hijab aja. Sudah pasti kena pergaulan bebas. Kamu gak aneh-aneh kan di sana?'' atau ''Kamu gak nyabu kan di sana?''
Belum lagi obrolan para tetangga yang julidnya gak habis-habis. Mengatakan aku orang yang hina, munafik dan malu-maluin keluarga. '
''Katanya anaknya mau jadi hafidzoh tapi sekarang liat tu, hijabnya dilepas.''
''Itu makanya saya gak mau anak saya kuliah di luar kota. Apalagi di kota-kota besar yang pergaulannya gak bisa dijaga.''
''Ibu Afifah tiap hari banggain anaknya tapi malah jadi gak bener.''
''Denger-dengeri ibu Afifah itu selalu menekan anaknya buat belajar terus, mungkin makanya anaknya jadi tertekan dan ikut pergaulan bebas buat pelampiasan.''
Ibu jadi bahan pembicaraan di kampung. Imbasnya aku dimarahi olehnya karena jadi anak yang gak bener dan mempermalukan dirinya. Untuk itu aku jarang pulang ke Lombok malah nyaris gak pernah meski libur ujian semester.
''Coba deh contoh anakku, Arkam, lulus dari pesantren dia jadi hafidz. Oh iya, besok malam ada acara syukuran Arkam yang udah hatam 30 juz, jangan lupa dateng dan pakai kerudung. Bu, aku pamit dulu ya. Assalamu'alaikum.''
Setelah puas menghinaku, kak Lintang beranjak pergi dari rumah ini. Tatapan mataku yang tajam tak lepas darinya.
''Bombastis side eyes-nya keluar, bro,'' bisik Lucas ke Raga.
''Maafin kakaknya Lintang ya, dia aslinya baik kok tapi ya gitu. Namanya juga lagi nasehatin adeknya,'' tutur ibu, seolah memberi pengertian pada dua temanku ini.
Aku jadi mendadak ingin muntah mendengarnya. Aslinya baik? Hmph!
Adzan maghrib pun berkumandang. Ibu mempersilakan tamunya untuk melaksanakan ibadah shalat sebelum makan malam tiba. Namun beliau melihat Raga tidak kunjung ikut shalat saat kami sudah selesai lalu melontarkan pertanyaan.
''Kamu gak shalat, Nak?''
''Saya kristen tante,'' jawab Raga dengan sopan.
''O-oh gitu ya,'' balas ibu dengan sedikit terkejut
''Kenapa, Bu?'' Aku datang dari pintu ruang tengah menuju ruang tamu, mendengar sekilas percakapan mereka. Nada bicaranya agak dingin.
''Heran aku berteman sama orang kristen, ibu gak suka. Takut aku murtad?'' Aku melepas pantatku di samping Raga di atas karpet--maklum rumahku gak pakai sofa.
''Ya-ya gak gitu, ibu gak mikir ke situ kok, Nak.''
''Tapi sempet terlintas kan mikir ke situ?'' Aku sudah tahu jalan pikiran ibu apalagi dari gelagatnya yang terlihat ragu dan agak kurang gak suka.
Lucas kemudian muncul dari tempat aku keluar tadi dengan planga-plongo karena situasi yang canggung ini.
''Ya udah, karena semuanya sudah shalat, ajak temen kamu makan gih. Ibu sudah masak makanan kesukaan kamu.''
#pensi #eventpensi #pensivol12 #teorikatapublishing
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SUDAH TERBIT]
General Fiction#pensi #eventpensi #pensivol12 #teorikatapublishing Rumah yang seharusnya menjadi tempat Kania pulang, bagai neraka dunia yang terus membuatnya tenggelam dalam luka. Dia berkelana di luar untuk mencari sebenar-benarnya rumah, bukan sekedar tempa...