Januari 2024
Semua muridnya kini terduduk di kursi masing-masing. Tidak ada yang bersuara, takut pada seseorang di depannya. Rav menatap marah. Kemarin mereka sangat ramah dan baik, tapi kenapa sekarang menjadi ... ah, sudahlah.
"Lofi, balikin uang Ibu! Siapa yang ngajarin kalian jadi anak nakal?" tegas Rav.
Anak itu memberikannya dengan sedih. Namun, sebuah tanda tanya besar muncul di otaknya.
"Memang kalo buang sampah sembarangan, tidak menasehati yang berbuat salah, ngomong kasar, mencuri, atau telat, kenapa anj-"
Plak!
Tamparan keras dari Rav mendarat pada pipinya. Sampai-sampai kepala muridnya itu menoleh.
Tangan Rav bergetar, dia tanpa sadar telah melanggar aturan nomor satu seorang guru: 'dilarang menyakiti murid.'
Plak!
Anak lain menampar teman sebangkunya. "Aku gak suka sama mukamu, jamet soalnya."
Korban memegang pipinya yang merah. Namun tangan lainnya mengepal keras. Dilemparkan pukulan cepat ke perut, hingga targetnya terbatuk.
Disusul oleh anak-anak lain mulai berkelahi satu sama lain. Buku, pensil, dan penggaris berterbangan karena dilempar. Suara gaduh terdengar menggelegar. Teriakan, benda pecah, dan benturan.
Dengan panik Rav lari keluar kelas. Tidak menyangka muridnya yang pendiam berubah jadi mesin penghancur. Bukannya merasa baik, justru keadaan di lapangan sekolah lebih parah. Guru dan seluruh warga sekolah ikut berkelahi. Memberi Rav suatu kesimpulan.
"Ini ... bukan muridku yang berubah, tapi dunia yang kurubah," gumamnya.
Sampah yang berserakan di lapang, berlomba-lomba dilemparkan sampai terkena wajah Rav. Panik karena mulutnya jadi pahit, dia menyingkirkan sampah itu sembarangan. Namun perhatian tetap tertuju pada sampahnya.
Kulit pisang yang dia buang ke sungai terlintas di kepala. Begitu pula dengan sampah di depan rumahnya dan truk yang membuangnya ke sungai. Namun saat itu masih ada warga yang menasehati, tapi Rav tak acuh. Lalu semua orang juga tidak ada lagi yang peduli dengan pelanggaran. Seperti kata umpatan yang Rav keluarkan, diikuti juga oleh satpam dan muridnya.
Bahkan ketika dia telat, muridnya menormalkan. Parkir juga sepi, mungkin staff sekolah belum hadir semua. Mengingatkannya dengan sesuatu, langsung saja dia merogoh kantung celananya. Ada sebuah uang 100 ribu, milik kepala sekolah yang dia ambil untuk makan siang. Menjadikan lofi mencuri dompetnya.
"Semua perbuatan buruk, diikuti oleh semua orang?"
Kaki Rav berlari ke gudang dan diam di sana. Dia perlu ruang sepi untuk berpikir. Niat hati ingin ke toilet guru, tapi tempat terbersih itu pasti sudah jadi XXXXX (terlalu menjijikkan untuk ditulis).
Raf duduk di kursi kayu tak terpakai yang berdebu. Berusaha mengingat apa yang terjadi kemarin. Dia mengajar seperti biasa, lalu membuang sampah ke sungai karena terburu oleh Baim. Rumahnya ditebari garam. Lalu dia pusing memikirkan masalahnya-seperti sekarang-dan berandai bisa merubah semua manusia. Setelahnya hanya aktivitas normal, tidak ada yang aneh.
"Tunggu, apa mungkin do'a tentang mengubah manusia itu terkabulkan?" Bohlam seperti muncul dan menyala di atas kepalanya dan menyala.
Namun itu bukan kiasan lagi, karena Rav benar-benar menyalakan lampu ruangan. Banyak alat tidak terpakai yang berdebu: kursi, meja, matras, tapi matanya tertuju pada sapu dan kemoceng.
Si guru langsung saja mengambilnya dan bersih-bersih. Dimulai dengan membersihkan meja, lalu kursi. Rav bersih-bersih sampai bell istirahat berbunyi, artinya sudah satu jam dia di gudang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bala Raya Cloververse
Science FictionDi seluruh dunia dan seluruh masa, kisah penciptaan semesta raya tercipta. Semuanya terdengar tidak masuk akal. Begitu pula kisah penghancurannya. Namun apa jadinya jika ada makhluk paling logis bisa menyatukan kedua kisah? Entah anugrah atau kutuka...