i.

132 25 2
                                    

hari ini berjalan layaknya biasa. mengendap, tak tertangkap, lalu hilang sekejap.

menautkan seluruh jemarinya erat, jeongwoo berdoa, agar tempat yang menjadi saksi dosanya diberi berkat. dia tidak memohon ampun, hanya saja dia ingin barang yang telah diambilnya dapat kembali menjadi dua kali lipat. yah, walaupun mustahil sih.

jeongwoo tersenyum senang. kali ini lumayan banyak makanan yang telah dia ambil, cukup untuk konsumsi selama satu bulan kedepan.

jadi, tak perlu repot-repot mencuri lagi.

jeongwoo melepas masker hitam yang menutupi wajah tampannya. melepas tudung hoodie, kemudian tertawa kecil menatap rambutnya yang berdiri mencuat bagai rumput liar lewat genangan air didepannya.

beberapa menit lalu, hujan turun disertai kilat secara tiba-tiba. anggap saja jeongwoo beruntung, kalau tidak, pemilik toko yang dibobolnya tadi pasti menangkapnya!

dasar kucing kampungan, seenaknya nyenggol kardus. untung gak jadi ketauan.” —jeongwoo.

setelah dirasa tampan—menyisir rambutnya dengan tangan—jeongwoo berjalan penuh keangkuhan melewati gang kecil yang menjadi tempat istirahatnya sesaat. kedua tangannya penuh dengan plastik belanjaan, ssst padahal barang curian.

jeongwoo berjalan kaki untuk pulang. alasannya, ya karena tidak punya uang.

jarak jeongwoo saat ini dengan rumahnya lumayan jauh, ah tidak, maksudnya sangat jauh. masa mau mencuri dekat-dekat, ‘kan tidak lucu kalau ada yang melihat. bisa-bisa digebukin massal.

“bangsat!” umpatnya lelah. sungguh, demi apapun  jeongwoo tidak berbohong. ia sudah berjalan lebih dari seratus kilometer (lebay), namun rumahnya belum juga kunjung terlihat???!!!!

huft, tak usah tanya apa kebodohan jeongwoo. sok-sokan berangkat mencuri naik taksi, pulang jalan kaki kok mengeluh.

langkah demi langkah hampir goyah setelah satu setengah jam berlalu, jeongwoo memutuskan untuk duduk sebentar dikursi yang ada dipinggir jalan. mengatur deru napasnya yang sudah tidak karuan. ia menyandarkan punggungnya dengan lengan terbentang, meletakkan kedua plastik belanjaan disamping kiri kanan.

ini gue jadinya untung apa buntung ya?” —batin jeongwoo. ia tersenyum kecil kemudian mulai menutup matanya.

begitulah hidup, sesulit apapun kondisinya, menertawai diri sendiri adalah koentjinya.

ternyata, menutup mata sejenak dapat mengusir sedikit penat. mata yang semula tertutup perlahan terbuka dan membulat sempurna. jeongwoo terpesona akan hamparan bintang yang terlukis dibentangan kegelapan. udara menjadi lebih dingin, namun jeongwoo tidak peduli, ia menyukai suasana seperti ini.

"udah gelap aja, gue pikir tadi masih siang bolong." gumam jeongwoo yang masih setia menatap kemerlap cahaya kecil dilangit.

bangkit berdiri, jeongwoo memantapkan hati untuk jalan kaki lagi. tidak apa-apa deh, yang penting sampai rumah. dia sudah rindu berat ingin memeluk gulingnya erat-erat.

tapi, tunggu!

jeongwoo menemukan target, gotcha!

"hai?" sapa jeongwoo pada pemuda manis yang tengah berdiri seorang diri disamping kursi yang sedari tadi ia duduki. 

pemuda itu terlonjak kaget serta mengacungkan jemari telunjuknya kepada diri sendiri memastikan apakah yang diajak bicara memang dia, bukan orang lain. dan sang empu yang menyapa mengangguk sebagai balasan tingkah konyol pemuda itu.

“kamu ngomong sama aku??? beneran???” tanya pemuda tadi menggebu, suaranya begitu antusias dengan jemari yang bolak-balik menunjuk antara dirinya dengan jeongwoo. membuat jeongwoo terkekeh kaku,

“ya iyalah ngomong sama lu, masa sama setan!” —jeongwoo.

demi pulang tanpa dengkul kenyal seperti jamet kuproy jalanan, jeongwoo menahan amarahnya dan memberikan senyuman lebar untuk mengajak pemuda manis itu duduk dikursi.

“duduk dulu sini,”

“oke!”

"gue jeongwoo," ujarnya singkat memperkenalkan diri. meneliti pemuda itu dari ujung kepala sampai kaki, jeongwoo seratus persen yakin, anak ini merupakan anak orang kaya.

“gue gak boleh tau nama lo?” pancing jeongwoo.

“boleh, nama aku—junghwan.”

☁️



hai hai,
after quite some time, i'm finally back!^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

hope you all like it, jangan lupa klik bintang, komen, dan suskreb yaaaa

sama satu lagi, ini fiksi ^______^

out of the blue | woohwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang