3. Lumière

68 6 17
                                    

I want you to know it's enough for me,

because all that you are is all that I'll ever need.



Chapter 3 Part A

Sudah tiga hari ini tidur Tiffany memang tidak terlalu bagus. Mungkin dia hanya tertidur dua jam saja di malam hari, berpura-pura terlelap setiap kali Siwon akan memeluknya dari belakang. Lalu pada dini hari dia baru bisa tertidur sedikit tenang. Dan malam ini mungkin pertama kalinya dia tertidur normal. Awalnya dia pikir begitu, namun Tiffany sadar tak sadar mendapati dirinya kembali terbangun di tengah malam dengan mimpi buruk yang sudah lama tidak menghantuinya.

Sebenarnya tiga hari sebelum itu dia sudah memiliki firasat bahwa mimpi buruk itu akan kembali. Malam itu dia hampir tenggelam memasuki mimpi sialan itu, namun akal sehat duluan membangunkannya saat itu disertai keringat membasahi tubuhnya persis seperti malam ini.

Jika malam itu Tiffany bisa segera menenangkan diri merokok diluar rumah, kali ini sialnya dia semakin terkejut oleh Siwon yang menatapnya penuh khawatir. Tangan itu mengusap pipinya berkali-kali menunggu dia mengatur nafas kesulitan.

"Bernafas Tiffany.. bernafas.." ucap Siwon tegas namun tidak nyaring.

Tiffany masih berusaha memproses semuanya. Namun Siwon kemudian menariknya dalam pelukannya yang hangat. Pipi Tiffany menempel di dada telanjang itu merasa sedikit tenang, menyerah dengan keadaannya yang menurutnya menyedihkan.

"Sialan! Sejak kapan kau memiliki mimpi buruk lagi?" desis Siwon mengecup dahi itu penuh perasaan.

"I'm okay honey.." Tiffany tidak tahu apakah Siwon bisa mendengar suara kecilnya.

Pria itu menarik dagunya untuk menatapnya. Matanya memerah seakan marah. Entah marah dengan apa.

"Apanya yang baik?! Kau memimpikan peristiwa itu lagi Tiffany! Kau terus bergumam meminta Irene diselamatkan, meminta dirimu untuk jangan dibunuh. Sialan. Katakan padaku dengan jujur sejak kapan kamu mengalaminya?!" bentaknya membuat Tiffany menutup mata. Dia ingin itu menjadi bagian mimpinya saja kalau bisa. Tapi sayang dia bisa merasakan nafas hangat Siwon menerpa wajahnya memburu. Dia dapat merasakan emosi dalam tubuh itu.

Sebanyak apakah Siwon mendengar mimpinya? Seperti apakah dia bermimpi? Tiffany bahkan tidak ingat apa mimpinya. Dia hanya ingat itu sangat menyeramkan sampai menyesakkan dada.

"Demi Tuhan sayang. Jangan menyembunyikan apapun dariku. Sejak kapan Tiffany?"

Beberapa detik Siwon menunggu Tiffany tenang. Mengusap semua peluh di wajah dan leher itu.

"Tiffany-"

"Baru hari ini Siwon.. mungkin karena tidurku tidak nyaman beberapa hari ini."

Mata Siwon bergerak-gerak gelisah berpikir keras. Setelah dia ingat dia memang dapat merasakan Tiffany tidak pernah nyenyak dalam tidurnya sejak mereka bertengkar. Dia bisa merasakan ranjang mereka terus bergerak karena istrinya terus berpindah-pindah posisi tidur. Hanya saja dia tidak terlalu menyadari atau tidak berpikir sampai kesana sama sekali.

"Aku tidak apa-"

"Kau bermimpi buruk karena aku membuatmu kecewa soal bayi?" tanya Siwon kecil.

Tiffany membuka matanya berusaha menarik senyumnya. Hatinya bertanya-tanya kenapa suaminya itu berpikir seperti itu?

"Demi Tuhan tidak Siwon.. aku sepertinya terlalu banyak pikiran. Banyak yang harus ku urus nanti di Hawaii-"

"Kau tidak perlu pindah kesini jika itu berat untukmu sayang.. aku bisa memikirkan cara agar bisa tinggal bersamamu di sana saja."

Summer Sunsets [Bonus Book!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang