Bab 3

1.5K 36 0
                                    

Bruk

Arghh

Teriakan Selin terdengar saat paha nya terkena kuah soto yang masih panas .

"Astaghfirullah Selin" panik ana sambil menyimpan hp yang sedang dia pegang.

Mora dan seyna tak kalah kaget nya, ke dua teman Selin itu memandang tajam pada gadis yang masih terduduk di lantai kantin yang dingin itu .

"Apa apaan sih Lo!? Kalo jalan tuh pake mata!" Bentak mora dengan marah. Seyna mengusap tangan Mora guna menenangkan, namun tatapan mata nya tertuju pada gadis udik yang masih setia duduk di lantai itu.

"Kenapa Lo masih duduk di lantai? Mau caper Lo? Mau playing victim? Iya?" Tanya seyna dengan senyum sinis nya. Seketika, penghuni kantin yang mendengar itu terheran.

Benar juga

Kenapa dia masih duduk di lantai?

Saat ana hendak membawa Selin ke UKS, pintu kantin terbuka dengan kasar dan muncul lah pahlawan kesiangan kita.

Brak

"Selin! Apa apa an kau hah?!" Bentak Steven setelah berhadapan dengan selin cs.

Byur

Tanpa aba aba, Steven mengambil jus dari meja yang ada di sebelah nya.

Ana dan Selin kompak memejam kan mata nya terkejut, wajah Selin kini hijau karena jus alpukat yang memenuhi wajah nya, sementara ana hanya terciprat saja.

"Bajingan?!" Umpat Mora hendak memukul Steven, namun ana mengangkat tangan nya mencegah, meminta mereka untuk diam.

"Apa maksud Lo nyiram temen gue?" Tanya ana dengan dingin nya.

"Udah jelas jelas dia bully Mira, kenapa Lo gak jera jera hah?!"

Prok

Prok

Prok

Hahah

Ana bertepuk tangan sambil tertawa meledek.

"Bully? Lo pikir Selin bully udik itu?" Tanya ana masih dengan dingin nya.

"L–" sebelum Steven bicara, ana kembali memotong nya.

"Selin gak bully udik itu, jelas jelas dia yang salah di sini. Lihat?!" Bentak nya sambil menyingkap rok Selin. Untung nya, Selin memakai hotpants, hingga dalaman nya tak terlihat.

Paha Selin terlihat sangat merah dan sedikit mengelupas karena soto kuah itu.

"Gue heran, baru juga seminggu tuh udik sekolah di sini, tapi kenapa tiap hari nyari masalah Mulu sama Selin?"

"A-ku ng–gk sengaja kesandung" ujar Mira terbata sambil menunduk kan kepala nya.

Ana terkekeh sinis, ujung mata nya menatap salah satu teman Steven yang mendekat dan membantu membersihkan wajah Selin dengan tisu. Sedangkan Mora dan seyna terdiam kaku.

Benar juga. Kenapa tak terpikirkan?

"Jangan bicara omong kosong" bentak Steven emosi. Sudut bibir ana terangkat sambil mengangkat hp nya ke hadapan Steven.

"Lo liat, apa Selin bully dia? Apa Selin ngejulurin kaki nya buat dia jatuh? Ayo jawab" bentak ana lagi.

Steven diam tak bergeming, tatapan mata nya pokus ke arah ponsel ana.

Ana menoleh saat merasakan bahu nya yang di usap, sontak saja dia langsung menepis tangan itu dan sedikit menjaga jarak.

Raut wajah Ray bertambah suram, memandang ke arah ana dengan penuh protes.

"So? Lo udah liatkan?" Ujar ana , setelah itu dia memapah Selin yang memang kesusahan berjalan.

Greb

Eh?

Selin terlonjak kaget saat Kean menggendong nya dengan tiba tiba. Mata itu memandang Selin sekilas sebelum melanjutkan langkah nya.

Sudut bibir ana berkedut melihat kejadian itu, ana tak heran, karena dalam cerita aslinya, Kean memang mencintai Selin dalam diam.

Keandra Ardeantara salah satu teman Steven yang terbilang cukup misterius, wajah nya tak kalah tampan dari teman teman nyaa yang lain.

Ana menoleh dan mata nya langsung bertubrukan dengan manik mata Ray yang setajam elang.

Tiba tiba dia merasa de ja vu , wajah tampan Ray mengingat kan ana pada seseorang yang berasal dari dunia nya dahulu.

.

"Gue bisa sendiri"

"Diam!" Selin terlonjak kaget saat mendengar suara dingin Kean. Dia memandang ke arah tangan Kean yang menyingkap rok nya dan mengolesi paha nya dengan salep.

Entah kenapa , Selin hari ini merasakan perubahan yang berbeda pada tubuh nya dan perasaan nya.

Rasanya... Pikiran Selin lebih terbuka.

Kean mengobati paha Selin dengan telaten, sesekali pria tampan itu meniup nya.

Selin kegelian, bagaimana pun, paha adalah salah satu bagian sensitif milik nya. Tangan besar pria itu yang bersentuhan langsung dengan kulit nya membuat sensasi aneh dalam diri nya.

Namun, Selin tetap diam dan hanya memperhatikan. Tak ada niatan untuk menepis tangan itu.

Di balik wajah dingin nya, Kean sebenar nya sangat gugup. Walaupun paha Selin dalam keadaan tak baik, Kean masih dapat merasakan sensasi lembut dari kulit itu.

Kean merasa sangat brengsek saat menyibak rok yang di kenakan Selin.

Namun apa boleh buat

Kekhawatiran nya membuat Kean membentak Selin tanpa sadar dan  menyentuh kulit itu dengan langsung.

.

"Ayo kita susul Selin" ujar Seyna tergesa, namun ana memegang tangan nya sambil menggeleng kan kepala nya pelan.

"Biarkan Selin me time dengan Kean, siapa tau, hatinya pindah haluan" celetuk nya acuh tak acuh.

Seyna memandang ana dengan heran " maksudnya, Kean ada rasa sama Selin?" Tanya nya.

"Yaelah, oon sih lu. Lu gak liat? Tadi, si kean khawatir banget sama si Selin? Mana pake acara gendong gendong segala lagi" gerutu Mora dengan kesal nya

"Eh, iya juga yak?" Seyna hanya mengangguk nggangguk paham sebelum melotot sebal ke arah mora .

"It–"

Protestan seyna dengan cepat di potong oleh mora.

"Btw seng, apa yang Lo liatin sama si brengsek itu?" Tanya Mora dengan penasaran sekaligus ngehindar dari amukan singa betina.

Ana mengambil hp nya dan melihat kan sebuah video pada mereka.

"Buset, kok gw gak kepikiran dari dulu ya?" Gumam mora dengan raut bodoh nya.

"Kan lu emang oon"

Nah kan, seyna langsung membalas ucapan pedas mora .

Sudut bibir ana terangkat, gadis cantik itu bersedekap dada sambil memejamkan mata nya.

Dalam video itu terlihat Mora yang membawa nampan berjalan ke arah Selin dengan susut bibirnya yang terangkat sebelah.

Namun setelah dekat dengan Selin, dia memandang sekitar sebelum terjatuh dan memasang ekspresi paling tersakiti nya.

Ana tak heran, dengan adanya dia yang masuk ke dalam novel ini bisa saja menghancurkan alur novel yang sebenarnya.

Butterfly effect atau memang sifat Mira itu ppb?

Ana sudah memprediksi ini dari awal. makanannya, setiap ada prontogonis , dia akan siap sedia ponsel untuk berjaga jaga.

Haha

Prontogonis nya tak sepolos ternyata?

Transmigrasi AnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang