2. who is that guy?

202 42 8
                                    


Reyhan POV

"Selamat Pagi Pak Rey." Gue menoleh, melihat Gedhe temen gue semasa SMA yang sekarang juga jadi kepala Departemen HR di Argantara, tersenyum lebar dengan setelan khasnya untuk berolahraga.

"Emang gue bapak lu?" Gue menjawab dengan risih, kurang suka dipanggil dengan sebutan 'Pak' di luar kantor seperti ini, Gedhe seperti biasa tidak mau kalah dan menambah berbagai cibiran yang merambah ke urusan umur yang gue sendiri udah muak ngedengerin.

Setelah selesai dengan 'pertikaian' kecil kita, gue sama Gedhe akhirnya mulai mengayuh sepeda seperti yang biasa kita lakuin tiap kali gue balik ke Bali. Gue sama Gedhe emang jarang ketemu, terlebih ketika gue ngelola bisnis di Aussie sampe tahun lalu, kayanya pertemuan gue sama Gedhe ataupun temen-temen yang lain bisa diitung jari dalam 5 tahun terakhir, dan akhirnya minggu pagi ini, memanfaatkan waktu sebelum gue aktif kerja lagi, gue akhirnya ngajak Gedhe buat sepedaan keliling.

Kurang lebih satu jam mengayuh sepeda, gue sama Gedhe akhirnya berhenti di salah satu tropical cafe yang merupakan cafe milik istri Gedhe sendiri, Shakila.

"IH KOK ADA TAMU JAUH?" Pekikan Shakila cukup bikin gue kaget, Shakila melewati Gedhe langsung menghamburkan dirinya ke pelukan gue, Gedhe terkekeh, sudah hafal dengan karakter istrinya yang memang cukup 'liberal', jadi dia gak pernah merasa terganggu dengan the way she acts.

"Eh gue bau keringet khil astaga." Ucap gue menjauhkan badan Shakila dari dada. 

"Gapapa, orang ganteng keringetnya ga bau kok, mau minum apa ganteng?" Jawabnya asal, kemudian menuju dapur, Gedhe mengekori ke belakangnya "Lo duduk dulu Rey, gue bikinin menu 5 star."

"KAMU GANTI BAJU DULU BISA GAK?" Pekik Shakila ketika Gedhe meraih bahunya, "LOH AKU JUGA GANTENG EMANG BAU?" Jawab Gedhe malah semakin mengeratkan pelukannya pada istrinya.

Gue menggeleng pelan dengan kelakuan pasutri tersebut, kemudian bergegas mencari meja di outdoor untuk mencari angin segar. Sambil nunggu pesenan dateng, gue membuka kolom chat yang ternyata berisi berbagai urusan pekerjaan yang bahkan belum mulai gue pimpin, muak dengan runtutan pesan masuk tersebut, gue akhirnya memutuskan buat menutup handphone, tapi tepat sebelum itu, mata gue membelalak ketika gue menemukan satu notifikasi dari orang yang gak asing buat gue.

 Sambil nunggu pesenan dateng, gue membuka kolom chat yang ternyata berisi berbagai urusan pekerjaan yang bahkan belum mulai gue pimpin, muak dengan runtutan pesan masuk tersebut, gue akhirnya memutuskan buat menutup handphone, tapi tepat sebelum ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo Mas Reyhan." Panggilan seseorang menyadarkan gue dari lamunan yang daritadi ga berpindah dari notif chat tersebut. Gue mendongak, menemukan seorang gadis mungil yang sudah cukup familiar di mata gue, Agatha, dengan rok pendek dan kaos yang dibalut dengan outer panjang bermotif ala gadis pinggiran pantai, tersenyum cerah sembari menurunkan 3 gelas minuman dan berbagai camilan dari atas nampan yang ia bawa.  

Gue menatapnya dengan tatapan bingung, perasaan dimana-mana kenapa gue ketemu nih anak mulu ya?

"Kok disini?" Gak memikirkan apapun, mulut gue tiba-tiba nyeletuk asal bunyi gitu aja, Agatha ketawa kecil, "Loh emang gak boleh disini?" Jawabnya gak kalah asbun

"Engga mak-

"Mbak Agatha, ada telfon." Belum sempat gue menjawab, ada salah satu server yang memanggil Agatha membawakan handphone yang sedang berdering, usut punya usut itu merupakan handphone milik Agatha, dia kemudian memberikan sinyal dengan tangannya untuk meninggalkan gue kemudian bergegas mengangkat telfon yang dibawa server tersebut.

Gak lama, gue ngeliat dia keluar mengambil kunci yang terlihat seperti kunci mobil kemudian bergegas keluar cafe dari meja kasir. Gue mengikuti arah pergerakannya sampe akhirnya dia hilang dari pandangan, gak sadar kalau ternyata Gedhe sama Shakil udah di depan gue, menarik kursi mereka untuk duduk berhadapan langsung sama gue.

"Buset, kedip Rey. Cantik ya?" Gedhe bertanya mengejek, notice daritadi gue ngelihatin Agatha.

"Kerja disini dia?" Tanya gue ke Shakila, tidak menggubris celetukan Gedhe. Shakila menggeleng, "Enggalah, emang sering kesini aja anaknya, temen gue itu, naksir ya lo?" 

Gue mendecak, "Eh sumpah ya, gue kayanya tatapan sama orang aja lu bilang naksir deh"

Gedhe sama Shakila ketawa, "Eh tapi kalo lo beneran naksir sama Agatha gue seneng deh, kasian anaknya disuruh nikah mulu."

"Iya katanya yang terbaru ini pacar adeknya hamil ya, makanya dia keliatan stress banget, padahal biasanya woles aja perasaan." Ucap Gedhe asbun, kemudian ditabok Shakila

"Eh jangan ngasal ya kalo ngomong, ada yang denger aku entar yang disemprot Agatha" 

Gue memincingkan mata, "Lah.. yang hamil pacar adeknya, kenapa dia yang disuruh nikah?" Gue nanya karena beneran bingung

"Makanya, denger-denger sih emang tradisi keluarganya kakak cewek gak boleh di lompatin adeknya gitu.. Gatau juga.. EH TUMBEN KEPO BANGET, BENERAN NAKSIR YA LO?" Pekik Shakila, emang salah gue nanya-nanya ke nih orang dua.

------


Agatha POV

Sehabis menghabiskan waktu pagi di Cafe Shakil, tiba-tiba aku mendapat telfon dari salah satu temen fotografer sekaligus temen kuliahku dulu yang lagi survey di Nusa Dua untuk pemotretan majalah terbarunya, doi yang asalnya dari Jakarta meminta rekomendasi spot di Bali sekaligus meminta bantuan untuk shoot lusa. Selesai kita survey, aku akhirnya mengajaknya untuk menghabiskan sore bertemu dengan salah satu temen kita waktu kuliah, Nada, yang sekarang jadi manajer di salah satu beach club di Nusa Dua yang seringkali jadi langgananku, Oh.. especially waktu aku lagi runyam kaya waktu itu.

Berbincang-bincang mengingat nostalgia semasa kuliah, kita akhirnya mulai membahas tentang kehidupan pribadi, lebih tepatnya kehidupan rumah tangga dari Rara.. aku dan Nada cukup invested dengan berbagai ceritanya tentang memulai sebuah keluarga. Nada yang rencananya sudah cukup yakin dengan Genta, kekasihnya, berkonsultasi tentang bagaimana kalau ia ingin beranjak ke jenjang yang lebih serius kepada Rara.

"Kayanya yang paling gue rasain setelah nikah sih, kestabilan. Ngerti gak sih, semasa gue pacaran gue selalu ngerasa bingung ini itu, gue takut sama banyak hal yang bisa aja terjadi setelah gue menikah,tapi sebenernya yang terpenting itu adalah orangnya. Kuncinya percaya aja, dan yang terpenting itu lo harus mencintai diri lo sendiri dulu sebelum lo memutuskan untuk berjalan sama satu orang di samping lo seumur hidup, jadi nanti ketika ada kemungkinan buruk yang terjadi, lo bakal tetep punya diri lo sendiri."

Aku dan Nada mengangguk paham sama penutup nasehat yang dikasih sama Rara, mataku kemudian menjauh menatap ke arah pantai, melihat gadis yang digendong ala bridal style oleh seorang pria, aku tersenyum pahit.... I've been treated so well like that.. but I choose to refuse it..

"Eh lo dejavu ya Tha?" Tanya Nada, aku memincingkan mata, kok bisa Nada tahu? Perasaan aku gapernah cerita apa-apa soal masa lalu ini ke Nada. Aku dan Nada memang satu kampus, tapi beda fakultas, kita pun juga baru ketemu ketika kita berdua sama sama pindah ke Bali, jadi aku gak pernah membahas apapun soal masa laluku ke Nada. Satu-satunya orang yang tahu masalah ini hanyalah Leo, sahabatku semasa SMA yang kini berkerja sebagai chef di salah satu Hotel di daerah Kute.

"Hah? Dejavu apa?" Aku mengambil minuman didepanku sembari bertanya untuk memastikan apakah aku secara tidak sadar memberitahu Nada tentang hubungan masa laluku.

"Lah lupa lo? Lo 3 hari lalu kan mabok dari pinggir pantai digendong cowok gitu juga?" 

BYURR-- 

Minuman yang masih belum sempat sampai di tenggorokanaku tersembur ke arah Nada didepanku. Mabok???? Di pinggir pantai???? Di gendong???  

Belum sempat Nada mengumpat, aku buru-buru bertanya, "SIAPA NAD? SIAPA YANG GENDONG GUE ANJIR?"






accidentally, continuosly. | woohye alternative universeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang