CHAPTER 4

143 12 2
                                    

k*

Saat sudah berada didalam, tin tiba-tiba tersadar

"Hah?"

tin mendengar suara derap langkah pavel dan membalikkan tubuhnya menatap pavel

pavel yang ditatapnya menampilkan ekspresi bingung

"ada apa dengan ekspresi kamu?" tanya pavel

"Tuan pavel, tuan memiliki ponsel!" ucap tin sambil menunjuk ponsel yang digenggam oleh pavel

pavel melihat ponsel yang berada ditangannya dan tersadar

"ahh.. kamu percaya apa yang saya katakan sebelumnya?" ucap pavel

"tentu saja! Mengapa tidak?" balas tin

"Siapa yang tidak punya ponsel?" ucap pavel

pavel kembali duduk di kursi meja makan, ia menatap tin sambil menggoyangkan ponsel yang ada ditangannya

"ingin bertukar nomor ponsel?" tanya pavel sambil tersenyum

tin menatap pavel tidak percaya

"berhentilah bercanda, saya benar-benar mempercayai kebohongan mu" ucap tin yang kesal

"baiklah maaf ya" balas pavel sambil terkekeh

"kamu benar-benar jujur-

penismu juga jujur" ucap pavel sambil menatap kebawah selangkangan tin

"apa yang tuan katakan?" ucap tin yang langsung menutup selangkangannya

'orang ini bisa lebih gila dari yang aku bayangkan'  batin tin

***

""untuk usia anda, anda memiliki badan yang bagus, tidak ahh ahh" "

pavel berdiri dari duduknya, tin menatap punggung pavel sambil tersenyum

'ada saat saat ketika emosinya muncul di wajahnya, aku diam-diam menikmatinya'  batin tin

KLEEK

bunyi pintu yang terbuka membuat tin menoleh, dan terkejut

pavel menoleh dan mendapati pria tinggi dan besar sedang berdiri didepan tin, tin menatap pavel dengan ekspresi yang terlihat begitu terkejut

"Mengapa kamu disini?" tanya pavel dengan nada datar

"siapa bilang kamu bisa masuk tanpa izin saya?" lanjut pavel dengan nada yang sedikit tegas

tin hanya diam berada ditengah-tengah mereka berdua, ia menatap berganti kearah pavel dan juga.. pria tinggi itu?

mendengar suara pavel, pria tersebut menunjukkan kunci yang berada ditangannya dengan wajah datar

"aku menggunakan kunci cadangan" ucap pria tersebut

"hei, apa yang terjadi dengan lenganmu?" tanya pria itu saat melihat tangan pavel yang diperban

"saya tersandung" balas pavel

"hah? kamu harusnya menelponku"

pavel menatap jengah kearah pria itu, disusul pria tersebut menatap tin yang sedang menatap mereka dengan tatapan bingung dan terkejut

"siapa orang itu?" tanya pria itu sambil matanya mengarah pada tin

pavel menggerang kesal, ia mendekat kearah meja kerja nya sambil menggerutu

"menyebalkan, itu sebabnya saya bilang saya tidak ingin melihat kamu sekarang" ucap pavel kesal

"aku khawatir!" ucap pria itu yang mendekati pavel

'apakah dia orang yang ditelepon kemarin?'

"Maaf krittin, dia dome, editor saya" ucap pavel sambil menunjuk kearah dome

"dan ini krittin, seorang mahasiswa" lanjutnya

Krittin berdiri dari duduknya dan sedikit membungkukkan badan

"kenapa kalian tidak mengenalkan diri kalian masing-masing?" ucap davel sambil berjalan kearah dapur

"apa? hei tunggu!" ucap dome, baru saja ingin mengikuti pavel, ia akhirnya membalikkan tubuhnya

"sialan" umpat dome yang berdiri dihadapan tin, ia menyerahkan kartu nama

"saya dome, penerbit pitchange, saya editornya"

tin mengambil kartu nama dome

"apakah kamu mengatakan namamu krittin?"

"ah iya, saya menyebabkan tuan pavel cedera karena saya menabraknya dengan sepeda" jelas tin

"saya tidak punya uang, jadi alih-alih membayar biaya medisnya, saya membantu pekerjaannya" lanjut tin

"membantu pekerjaannya?" tanya dome, tin mengangguk

sebenarnya dia sedikit takut dengan tatapan yang dome berikan untuknya

"membantu? apakah itu yang kamu lakukan sebelumnya?" tanya dome

"ya! dia pencatat saya" ucap pavel keras, pavel sedang merokok di dapur, tentu mendengar apa yang mereka bicarakan

dome berteriak terkejut mendengar pernyataan pavel

"apa kamu bodoh? apakah kamu tidak menulis novel erotis?" dome sedikit berteriak

dome menghampiri pavel dan berdiri disampingnya

"apakah kamu sekarang cabul? apa yang kamu pikirkan" tanya dome kesal

"dia bilang dia ingin bekerja alih-alih membayar tagihan rumah sakit" balas pavel

"hah.. aku tau kamu selalu mempunyai ide ide gila" ucap dome yang pasrah melihat pavel

tin menatap kedua orang tersebut dengan kesal, bibirnya sedikit maju dan matanya yang sinis

"kalian berdua terlihat cukup dekat" ucap tin yang berusaha menyembunyikan perasaan kesalnya

"kamu pikir begitu? ketika saya tidak memiliki uang, orang yang memperkenalkan saya pada pekerjaan ini adalah dome" ucap pavel sambil tangannya menyentuh leher dome

"jadi.. dia adalah penyelamat hidupku" lanjut pavel, wajahnya mendekat kearah dome, mereka saling bertatapan dengan jarak yang cukup dekat

tin semakin dibuat kesal melihat itu, melihat pavel yang mengelus pipi dome membuat hatinya memanas entah mengapa

dome menjauh dari pavel dan berjalan ke meja makan

"kami memiliki pertemanan yang buruk sejak kuliah- tunggu sebentar!" ucap dome sambil membalikkan tubuhnya kearah pavel

"ada apa?" tanya pavel

"bukankah kamu kida-

"DOME!" teriak pavel yang langsung menghampiri dome dan menggandeng tangannya menuju balkon

tin dibuat terkejut setelah melihat itu, pavel membawa dome ke balkon dan mendorong dome ke balkon

tin melihat pavel dan dome bertatapan sesaat dan dimulai dengan dome yang berbicara dilanjut pavel yang membalas ucapan dome

"apa yang sebenarnya terjadi? mengapa mereka berbicara secara rahasia?" gumam tin

'apa yang terjadi diantara keduanya'

tin melihat pavel menepuk pipi dome pelan dan mulai keluar dari balkon

"tin, dome datang berkunjung, mengapa kita tidak minum bersama?" ucap pavel setelah ia keluar dari balkon

"Hah? apa?" ucap tin dan dome bersamaan

pavel memberikan uang kepada tin

"bisakah kamu membelikan kami di supermarket dekat stasiun?" ucap pavel sambil tersenyum, tin mengambil uang dari tangan pavel

tin menatap pavel yang sedang tersenyum kepadanya

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NOVELIST (PoohPavel version) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang