🍁
Sebab terkadang,
dibutuhkan proses yang lebih lama
untuk memetik hasil yang lebih sempurna.Gangguan kesehatan mental bisa dirasakan dari berbagai kalangan usia, dimulai dari anak- anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Dalam beberapa penelitian, usia remaja yang paling rentan untuk mengalami masalah kesehatan mental.
Hal tersebut disebabkan karena rasa cemas atau tekanan atas ketidaksiapan emosi dalam dirinya, untuk menyelesaikan masalah seperti kekerasan, kemiskinan, atau tindakan abusive lainnya, yang diterima oleh remaja tersebut.
Berikut adalah gambaran prevalensi depresi, salah satu gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi oleh semua kelompok usia:
Prevalensi Depresi Menurut Usia Kelompok
Sumber: Riskesdas, 2018. Dapat dilihat dalam Jurnal Infodatin Pusat Dara dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa usia rentan mengalami depresi ada pada individu yang berusia 75+ tahun. Akan tetapi, usia 15-24 tahun, lebih rentan terserang penyakit depresi ketimbang tiga generasi setelahnya.
Pasalnya, depresi menjadi penyebab terbesar dari gangguan kesehatan mental di seluruh dunia, dan memberikan beban ekonomi terbesar bagi negara.
Gejala depresi untuk remaja di Indonesia dengan rentang usia 15-19 tahun mengalami gejala yang sudah ditahap depresi tertinggi jika dibandingkan usia lainnya. Persentase untuk remaja perempuan yang berusia 15-19 tahun memiliki tingkat depresi 32%, dan remaja laki-laki dengan usia yang sama memiliki tingkat depresi 26%.
"Kenapa hal itu bisa terjadi?" Tanya Dokter yang baru saja memperoleh gelarnya sebagai Ph.D. di Universitas Columbia. Lalu, salah satu muridnya berdiri dan menjawab.
"Karena sedari kecil mungkin anak-anak itu telah mendapatkan trauma dari keluarga." Dokter yang mendengar jawaban itu tersenyum.
"Benar. Kecenderungan entitas paling besar dalam menumbuhkan kecemasan dan depresi pada anak-anak adalah keluarganya sendiri." Dokter tersebut menatap satu per satu muridnya. "Ingat. Manusia dapat menularkan emosi dan kita bisa merasakan distres yang dirasakan oleh orang lain."
"Bayangkan, anak yang tumbuh bersama Ibu dan Ayah yang memiliki permasalahan emosional. Pun, hidup mereka dapat dikatakan sangat kurang dari segi pengetahuan, ekonomi, atau bahkan, mereka tidak tahu permasalahan diri mereka sendiri. Lalu, berujung pada tindakan yang bisa menyakiti anak-anak mereka."
"Sebesar apa pun orang tua ingin melindungi anak-anak dari distres yang dirasakan, dan sebesar apa pun rasa cinta pada anak-anak, saat kekacauan itu terjadi, anak-anak akan menginternalisasi bahwa ia memiliki keluarga yang tidak sempurna."
KAMU SEDANG MEMBACA
#MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]
Fiksi Penggemar"Jika Kita Bertemu Kembali" SERIES III : MARKNO AU #MOERZA - Moeza dan Erza Sebermula adalah aku dan kamu yang berlabuh pada kata "kita" sebelum akhirnya hancur dan melebur. Semesta yang memaksa Erza melepas Moeza buat raganya hanya dipenuhi Lobus y...