3

173 25 4
                                    


Pagi terasa lebih hangat karena musim salju akan segera berakhir. Hinata gadis manis itu memakai jaket ungu kesukaanya. Berjalan keluar dari penginapan. Tujuan pagi ini adalah berjalan menuju restoran milik Kiba. Berjalan kaki menuju kereta ia menunggu kereta berdiri disana dengan menyatukan kedua telapak tangan menghembuskan uap hangat dari bibir.

Suara kereta datang cukup keras. Ia segera masuk kedalam. Duduk di dekat jendela mengamati pemandangan dari sana. Tanganya terangkat rendah mengetukkan jari telunjuk pada kaca menggambar sebuah emoji senyum.

"Hangat. Seperti suasana hari ini. " Gumamnya. Bibir kecilnya membentuk senyum lembut.

.

Melanjutkan perjalanan setelah turun dari kereta. Jalan-jalan masih tertutupi salju meski sudah tidak lebat. Disana ia sudah melihat restoran milik Kiba. Mendorong pintu cukup kuat hingga untuk masuk. Iris lavendernya melirik ke kanan dan kiri mencari sang empu.

"Hinata! Disini," segera ia mendekat pada pemuda tampan dengan tato di kedua pipinya.

"Kiba ... Kau mau menemaniku berjalan -jalan ?" Ucapnya setelah mendekat.

"Hmp! Aku sedikit sibuk hari ini. Tapi kau bisa menggunakan mobilku untuk berjalan-jalan di kota ini," Tukasnya dengan senyum ramahnya. "Ini kunci mobilnya. Mobilku ada di bagasi belakang sana."

Hinata memandang kunci itu sebentar, lantas segera mengambilnya, wajahnya masam Kiba tertawa ringan ia memeluk tubuh mungil sang gadis agar tidak marah.

"Tidak setia." Dengusan keluar darinya.

"Hei! Aku ini sangat setia. " Tukasnya tidak terima. Hinata segera melepas ia hanya mencebik kecil, usapan lembut di atas kepala membuatnya luluh.

"Baiklah, aku pergi dulu, lain kali kau harus membayarnya. Ingat itu!"

"Iya-iya tuan putri, sudah pergilah, hati-hati." Mengangguk saja. Ia segera berjalan keluar untuk mengambil mobil.

Hinata mengendarai mobil dengan santai dia hanya bingung kemana dirinya akan pergi jika saja ada teman mungkin dia tidak akan bingung sendiri. Di tengah jalan mobil tiba-tiba berhenti bergerak. Ia mencoba menghidupkan tapi sepertinya tidak bisa. Hingga kedua kalinya berhasil, menghela napas kesal ia melanjutkan kembali.

Mobil terasa berat hingga akhirnya kembali berhenti ia mencebik kesal. Turun dari sana dan melihat apakah ada yang salah.

"Kiba ini, memberiku mobil dengan tidak sehat. Ban bocor bahkan tadi macet." Keluhnya.

Dia membuka pintu mobil menarik kuat, tapi sepertinya tidak bisa! Dia ingin menangis sekarang.

"Astaga! Bahkan pintunya pun tidak bisa dibuka, aku sangat kesal. Tas ku ada di dalam sana."

Dia berjongkok di dekat mobil, merasa sedih akan hari yang ia kira hangat kini berubah buruk.

" Butuh bantuan ? " Suara berat dari belakang punggung terdengar. Menolehkan kepala ia segera berdiri. Kini mereka saling berhadapan.

"K-kau Sasuke. Hmph ... I-ini mobilnya tidak bisa berjalan." Ucapnya. "Ban mobil bocor, bahkan pintunya tidak bisa dibuka." Lanjutnya.

"Begitu,"

Dia mendekat di depan sang gadis mengulurkan tangan  mencoba membuka pintu. Hinata terhenyak karena sedekat ini dia melirik pada lengan itu kini beralih pada wajah pemuda itu yang begitu dekat dari samping.

Sasuke menoleh pada Hinata wajah keduanya begitu dekat , bibir dingin itu hampir menyentuh bibir pink si gadis.

"Bagiamana jika dibawa ke bengkel ?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SNOW LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang