Selesai belanja, Gia dituntun Agan menuju ruang khusus karyawan untuk bertemu Abah. Awalnya Gia menolak karena malu katanya. Tidak bertemu Abah selama 4 tahun ini membuat Gia kian sungkan.
"Nanti aja deh ketemu Abahnya, bareng Oma. Aku malu." kata Gia tadi pas Agan menawarinya mampir dulu ke dalam ruangan.
"Malu kenapa? Kan, Mbak udah kenal sama Abah. Santai aja sih." ujar Agan menenangkan. "Dulu Mbak Gia berani-berani aja temuin Abah tanpa Agan."
"Ya maluuu ... udah lama nggak ketemu."
"Nggak apa-apa, Mbaaak."
Akhirnya, Gia pun luluh dan mau menemui Abah. Sekarang, obrolan sudah berjalan setengah jam. Abah bahkan terkejut saat Gia datang ke ruangan. Tidak menyangka bahwa gadis itu akhirnya kembali lagi ke Duri.
Percakapan mereka mengalir sedemikian banyak. Abah membicarakan banyak hal yang terjadi di Duri selama 4 tahun belakangan ini. Sedangkan Gia hanya bagian mengangguk paham dan merespons Abah dengan senyuman yang tidak ia lunturkan.
"...makanya ini dilebarin, Neng. Sekarang mah jualnya tambah macem-macem dah."
"Ya, nggak apa-apa, Bah. Alhamdulillah tambah berkah, tambah jaya."
"Iya dah alhamdulillah ini berkat do'a anak-binik." Abah menghambur tawa renyahnya.
Gia pun turut mengumbar tawanya.
Di sebelahnya Gia, Agan hanya menyimak sembari tersenyum tipis, melihat obrolan seru antara Abah dan—ehem—calon mantunya Abah. Alias, calon istrinya. Hahahaha, amin.
"Berarti ini lu balik lagi jadi perawat ya, Neng?" tanya Abah.
Gia menganggukan kepalanya, "iya, Bah. Dapet dari channel-nya Oma. Oma punya kenalan di rumah sakit swasta yang ada di sini. Ya udah deh, saya nggak lewatin kesempatan."
Bukan bermaksud untuk nepotisme, tapi Gia lebih tidak ingin melewatkan kesempatan yang ada. Beruntungnya Oma yang memiliki banyak relasi membuat Gia dipromosikan bergabung di rumah sakit swasta milik rekannya Oma. Lagipula, tidak ada catatan cacat dari Gia selama bekerja jadi seorang tenaga kesehatan di rumah sakit sebelumnya. Profesional serta kompetensi gadis itu jadi bahan pertimbangan masuk kerja jalur orang dalam.
"Batiknya si Oma gimana?"
"Oma kasih kepercayaan ke Mamah buat kelola bisnis batiknya Oma, Bah. Sekarang jadi ngumpul semua di sini."
Abah mengangguk pelan. Turut senang kalau keluarganya Oma Wida sudah baik-baik saja. Segala perseteruan dalam keluarganya Oma Wida bisa surut seiring berjalannya waktu. Tak perlu ada situasi dingin atau kebencian yang menetap di hati. Tinggal menikmati keutuhan serta keharmonisan keluarga yang jarang dirasakan.
Sama sepertinya keluarganya sekarang, semua jadi lengkap. Menurunkan ego dan lebih memprioritaskan keluarga membuat Abah jadi belajar banyak hal bahwa keluarga itu berharga.
"Gua ikut seneng dah, Neng. Keluarga Oma lu, diri lu, akhirnya bisa bersatu dan damai sekarang."
Tak ada yang bisa Gia sampaikan selain tersenyum dan menganggukan kepala.
"Iya, Bah."
"Kapan-kapan main, Neng, ke rumah. Sekarang rumahnya udah rapi daripada 4 taun yang lalu. Kalo mau bertamu juga kagak malu-maluin." tawar Abah.
"Iya, Bah. Insya Allah nanti Gia mampir ke rumah Abah." balas Gia dengan anggukan sopan.
"Masih pacaran kagak sih lu berdua?" tanya Abah seraya melirik Agan dan Gia secara bergantian.
![](https://img.wattpad.com/cover/368606334-288-k505167.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Agen Agan ✔️
Fiksi PenggemarDia bukan seorang raja ataupun seorang pangeran. Dia hanyalah seorang Agan. Pemuda penjaga sebuah agen yang pernah bermimpi menunggangi seekor kuda putih dan bertemu seorang gadis cantik yang disinyalir seorang putri. Namun ketika terbangun, yang...