CUPLIKAN NOVEL CETAK

14 3 0
                                    


Aku tidak tahu apa yang direncanakan Orion, tapi aku percaya kepadanya. Maka saat dia membawaku kembali untuk memasuki gerbang rumah ini, aku sudah gugup tapi tekadku bulat, aku harus membuat semuanya membayar atas apa yang mereka perbuat.

Tante Janish dan Clara.

"Kamu berani ke sini?"

Saat kamu memasuki pintu utama, Tante Janish ternyata sudah menyambut kami. Dia menatapku dengan sinis, lalu menatap Orion dengan kesal.

"Kak, ayolah. Kamu harus memberi penghargaan kepadaku."

Tiba-tiba Dia bersikap menyebalkan. Dia menarik tanganku dengan paksa membuatku terkesiap lalu dengan cepat mencium pipiku yang benar-benar membuat amarahku menggelegak. Aku memberontak, tapi tentu saja aku tidak bisa melepaskan tangannya yang kuat itu. Bahkan dia sudah menepuk pantatku dengan keras.

"Kurang ajar."

Aku meneriakkan hal itu. Tapi Orion malah tertawa.

"Lihat kan Kak? Aku sudah menaklukkannya. Dia sudah berada di dalam pelukanku. Gadis ini sudah aku renggut kesuciannya, dan dia tidak bisa berkutik."

Setelah mengatakan hal itu, Orion benar-benar menciumku di depan Tante Janish. Aku kali ini sudah kehilangan kesabaran dan benci dengan perlakukan Orion.

"Biadab kamu."

Aku mengumpat dan memberontak lagi. Orion memelukku lebih erat dan membiarkan Tante Janish melihat penyiksaan ini.

"Kak, kamu tidak perlu khawatir dengannya. Aku yang akan menangani. Tapi kakak harus beri aku kedudukan di perusahaan."

Tante Janish menatap kami dengan bergantian dan rupanya dia tertarik.

"Kamu memang adik kesayanganku. Hasil didikanku yang membuat kamu jadi kejam seperti ini. Oke, aku percaya kamu tidak akan mengecewakanku. Terserah kamu mau memperlakukannya seperti apa, tapi ingat, jangan sampai dia lepas kendali seperti kemarin."

Hanya dengan begitu, Tante Janish berlalu. Orion masik memelukku erat sampai Tante Janish menghilang lalu aku melangkah mundur. Terlalu jijik dengan sentuhan Orion.

"Kamu... aku tidak akan setuju kalau..."

Orion memberi tanda untuk membuatku terdiam. Dia menunjuk kamera cctv yang ada di atas kami.

"Ayolah manis, kita lanjutkan di kamar."

Dia dengan cepat menarikku kembali dan menyeretku untuk naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.

Saat benar-benar sudah ada di dalam kamar Orion, aku kini melampiaskan amarahku. Aku memukulnya dan menamparnya. Orion tidak membalas dan tidak menghindar.

"Sudah puas?"

Dia mengatakan hal itu. Aku masih dikuasai oleh emosi tapi sudah sedikit reda saat melihat sudut bibir Orion yang terkena tamparanku kini berdarah.

"Kamu gila."

Aku mengatakan hal itu. Orion kini terduduk di tepi kasur dan berada di sampingku persis.

"Hanya orang gila yang bisa melawan orang gila. Janish itu sudah gila, kamu pikir kamu bisa melawannya tanpa kita harus menyusun siasat?"

 Janish itu sudah gila, kamu pikir kamu bisa melawannya tanpa kita harus menyusun siasat?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

INI CUPLIKAN DI NOVEL CETAK YA

YUK YANG MAU IKUTAN PO MASIH ADA KUOTA YA LANGSUNG KE WA 085643207626

DI SARANG MUSUHWhere stories live. Discover now