Bab 4 - Gourmet Part 2

96 1 0
                                    

Setelah menyelesaikan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap bagian tubuh Lisa dan Valeria, Chef Laurent serta Michelle bersiap untuk melanjutkan ke tahap berikutnya dari demonstrasi mereka. Ruangan semakin terasa tegang dengan rasa penasaran yang memuncak di antara para audiens yang menunggu langkah selanjutnya.

Chef Laurent melangkah ke arah meja yang telah disiapkan dengan cermat sebelumnya, sebuah meja besi yang bersih dan terawat. Dengan penuh perhatian, ia memastikan semua peralatan dan persiapan untuk memasak berada di tempat yang tepat. Meja ini dirancang khusus untuk keperluan ini, dengan permukaan yang halus dan mudah dibersihkan, serta dilengkapi dengan berbagai alat dapur yang diperlukan.

Sementara itu, Lisa, yang telah berdiri dengan tenang, mengatur napasnya dengan lembut. Senyum percaya diri terukir di wajahnya saat dia memandang para audiens yang ada di ruangan. Suasana di sekitar mulai terasa lebih intim dan penuh perhatian.

"Baiklah. Semuanya. Silahkan kalian menyaksikan bagaimana aku disajikan hingga ke meja ya," kata Lisa dengan nada suara yang mantap dan berani, menyampaikan keinginannya untuk melanjutkan proses ini dengan penuh keyakinan.

Dia mulai bergerak menuju meja besi yang telah disiapkan, langkahnya anggun dan tenang. Dengan gerakan yang lembut namun tegas, Lisa mengangkat satu kakinya dan meletakkannya di atas meja. Kemudian, dia mengikuti dengan kakinya yang lain, perlahan-lahan berbaring telentang di atas permukaan meja.

Meja besi itu dingin dan keras, namun Lisa tampak nyaman dan siap. Dia menyesuaikan posisinya dengan hati-hati, memastikan bahwa tubuhnya terletak dengan sempurna di atas meja. Kaki dan tangannya disusun dengan rapi, membentuk posisi yang memungkinkan Chef Laurent untuk memulai proses selanjutnya dengan mudah.

Lisa meletakkan tangannya di samping tubuhnya, sementara kakinya sedikit dibuka untuk memberikan akses yang optimal bagi persiapan kuliner yang akan dilakukan. Tubuhnya, yang telanjang, memantulkan cahaya ruangan, menciptakan kilauan lembut di kulitnya yang halus. Setiap lekuk dan kontur tubuhnya tampak menonjol dengan jelas, menambah ketegangan dan antusiasme di antara para penonton.

Chef Laurent mengamati dengan cermat, memastikan bahwa segala sesuatu telah siap sebelum memulai proses memasak. Michelle, berdiri di samping meja dengan sikap penuh perhatian, siap untuk membantu dan memastikan bahwa setiap langkah berjalan sesuai rencana.

Lisa tersenyum dengan penuh keyakinan, menatap sekeliling dengan rasa bangga saat para wartawan merekam untuk mendokumentasikan momen tersebut. Michelle dengan tenang mendekati meja, membawa tali karet elastis yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan hati-hati, dia mengikat kedua tangan dan kaki Lisa, memastikan bahwa ikatannya cukup kuat untuk menahan tetapi tidak terlalu ketat untuk menyebabkan rasa sakit. Lisa tetap berusaha tenang, matanya menatap langit-langit podium. Meski hatinya sudah siap, tubuhnya tampak gemetar, memperlihatkan ketegangan yang ada di dalam dirinya.

Chef Laurent kemudian mengambil sebuah pisau tajam, yang dibungkus dengan kain steril dari atas meja. Pisau itu berkilauan di bawah cahaya lampu, menambah kesan tajam dan mematikan. Lisa menelan ludahnya sendiri ketika melihat pisau yang akan menyembelihnya, wajahnya menunjukkan campuran ketakutan dan keberanian. Chef Laurent mengarahkan pisau itu ke leher Lisa dan dengan suara mantap, ia berkata, "Baiklah. Kita mulai prosesnya."

Dengan gerakan yang terlatih dan penuh perhatian, Chef Laurent mulai mengiris leher Lisa. Pisau itu bergerak dengan pasti, memotong kulit dan jaringan di bawahnya. Lisa menjerit kesakitan saat lehernya diiris berulang kali pada arah yang sama, jeritannya menggema di seluruh ruangan. Setiap irisannya membuat luka semakin dalam, hingga akhirnya nadi di lehernya benar-benar terputus.

Darah segar segera mengalir dari lukanya, membasahi meja dan lantai di bawahnya. Aliran darah itu deras dan terus menerus, menciptakan genangan merah. Bau darah mulai tercium, menambah ketegangan di ruangan. Para penonton menahan napas, beberapa di antaranya terlihat terkejut dan ngeri dengan apa yang mereka saksikan. Lisa, yang tadi tersenyum percaya diri, kini terbaring lemah, nafasnya tersengal-sengal saat tubuhnya mulai kehilangan banyak darah.

FARM GIRLS: BEAUTY & YOUNG MEAT GIRLSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang