Chapter 07

1.9K 226 5
                                    

"Pelakunya adalah kakak sulung ku. Pewaris keluarga Rouvin, Kairos Rouvin."


.
.
.



Mereka yang berada di sana membeku seketika dengan apa yang Noah ucapkan. Bahkan Aquila memlebarkan matanya mendongak pada Noah dengan raut tak percaya tercetak jelas di wajahnya. Manik ungunya bergetar terkejut dengan informasi yang di dapatkannya dari sang adik.

"Iya. Kak Kairos yang melakukannya." Tegas Noah seolah menjawab ketidakpercayaan yang melanda diri Aquila.

"Kau tahu kenapa?" Noah terdiam sejenak sebelum kembali melanjutkan ucapannya ingin melihat reaksi sang kakak, "karena dia menyayangi mu. Kami menyayangi mu."

Aquila hanya membeku mendengarnya tidak mampu menjawab apapun, antara kebingungan juga terkejut bukan main. Inilah sebab kenapa sedari awal ia tidak pernah mengatakannya kepada siapapun tentang hubungannya dengan Cassias, tentang perlakuan lelaki itu kepadanya.

Karena Aquila tahu jika mereka mengetahuinya pasti akan marah. Pada awalnya ia bersyukur karena Noah yang tutup mata dengan hal itu mengingat hubungan keduanya sejak awal memanglah tidak terlalu dekat, tetapi lihat apa yang di lakukan adiknya sekarang. Noah bahkan secara terang-terangan menantang teman-teman Cassias seolah tidak mengenal rasa takut.

Noah bergerak mendekatkan bibirnya pada telinga Aquila dan berbisik, "Kau pikir bagaimana perasaan ayah dan kakak saat sosok yang begitu mereka jaga diam-diam berniat untuk bunuh diri?"

Aquila semakin di buat terdiam saat mendengarnya dengan nafas tercekat. Ia yang hanya bisa menunduk tidak mampu untuk menatap adiknya yang melihatnya tajam.

Noah kembali berdiri tegak dan menarik tangan Aquila, "aku rasa tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Kakak ku akan aku bawa pulang. Tapi sebelum itu ..."

Noah menggantungkan ucapannya, manik ungu gelapnya melirik tajam pada Jasmine yang berjengit merasa ketakutan dengan tatapan si bungsu Rouvin, "... ingat ini. Kau akan mati."

Ujaran itu terdengar begitu mengerikan bagi mereka terutama untuk Jasmine yang berhasil di buat buat gemetar. Manik coklat madunya penuh dengan ketakutan. Itu bukanlah ancaman atau pun peringatan belaka. Itu adalah sebuah perkataan nyata yang kemungkinan akan terjadi tidak lama lagi.

Keluarga Rouvin tidak pernah main-main dengan ucapannya. Sekali mereka berujar maka hal itu pasti akan terjadi, karena itu perkataan Noah mengundang ketakutan nyata bagi gadis itu.

Karena itu juga, tidak pernah ada keluarga lain yang berani menganggu Rouvin. Mereka itu begitu kejam hingga orang yang berurusan dengannya tidak lama lagi akan jatuh.

Tetapi Jasmine, gadis itu berani berurusan secara langsung dengan sosok yang seharusnya tidak pernah di usiknya hanya karena ia mendapat privilage di sukai oleh si sulung Declan yang kekuatan keluarganya setara dengan Rouvin.

Tidak. Dia tidak boleh mati. Ia tidak boleh mati sebelum mendapatkan Cassias seutuhnya. Kekayaan yang selama ini di incarnya, Jasmine tidak akan pernah membiarkan hal itu.

"Siapa kau?"

Pertanyaan itu terlontar dengan begitu dingin menggema di indra pendengarannya. Tatapan dingin yang tidak pernah di terima olehnya di lihat, tidak ada lagi nada lembut dalam suaranya. Jasmine terpaku dengan Cassias yang menatapnya seolah orang asing.

"Aku tidak pernah mengenal seseorang rendahan sepertimu."

Jasmine tergagu mendengarnya. Cassias tidak mengenalnya katanya. Tapi bagaimana mungkin?

"Aku ... aku kekasihmu." Ujar gadis itu bergetar.

Alis itu menukik tajam, raut wajahnya yang dingin semakin datar, "kekasih? Aku hanya memiliki satu orang yang pantas di sebut sebagai kekasih, dan orang itu adalah Aquila Rouvin, bukan kau."

Back to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang